39

131 21 0
                                    

10 Menit sudah gadis cantik ini terbangun dari pingsan nya. Masih terasa nyeri dan sakit di seluruh tubuhnya...

"Nona...  Selamat Anda sudah melewati masa kritis. Dan Anda sudah menjalani operasi usus besar. Mulai sekarang Anda harus mengatur pola makan dan minum Anda. Dan tetap harus mengecek kesehatan Anda" Suara dr. Yuta dan dr. Moon menjelaskan pada Nona Muda tersebut.

"Trima Kasih dokter" Lirih Jue-Ni pelan.

"Mm.... Jika Anda memerlukan sesuatu, silakan tekan tombol ini. Akan ada suster yang merawat Anda" dr. Yuta menyerah sebuah alat yang tersambung pada ruang jaga Suster.

"Bagaimana keadaan Jisung dan Nana ?" Jue-Ni teringat akan kedua orang yang beberapa bulan ini mengisi hidup nya.

"Nona Nana sedang menjalani terapi bersama dr. Yoona. Ia mengalami shock yang bisa di bilang lumayan berat. Tuan Jisung sedang menjalani pengobatan karena luka dalam yang Ia dapatkan" dr. Yuta menjelaskan.

"Trima Kasih" Jue-Ni kembali memejamkan matanya. Hingga suara pintu terbuka, membuat Jue-Ni memandang ke arah pintu bersamaan dengan dr. Yuta dan dr. Moon.

Terlihat sosok kedua orang dewasa yang sebenarnya sangat Jue-Ni rindukan. Melihat kedatangannya kedua nya dr.Yuta dan dr. Moon pun pamit.

Setelah kepergian kedua dokter tersebut Chanyeol dan Irine duduk di masing masing sisi ranjang Jue-Ni.

"Bagaimana keadaan mu ?" Chanyeol membuka suaranya.

"Trima kasih sudah menjenguk ku" Lirih Jue-Ni setengah berbisik.

"Jue-Ni~yaa... Kami kira lebih baik agar kita semua menjaga jarak terlebih dahulu" Irine terlihat menahan tangisnya.

Jue-Ni belum mengerti maksud Irine. Bukankah selama ini mereka tak pernah dekat ?

"Nana mengalami shock berat setelah kejadian kejadian yang menimpanya. Mama sangat khawatir pada kondisi mental Nana. Mama harap Kau akan bisa menjalani hidup mu dengan baik. Tanpa Mama" Irine menggigit bibir bawah nya seraya menahan air mata yang sudah jatuh di pipinya.

Jue-Ni paham. Ia hanya menarik nafas panjang nya. Ia mengerti dengan maksud dari kata kata Irine.

"Aku mengerti" Ucap Jue-Ni kemudian memejamkan matanya.

"Terima Kasih Jue-Ni~ya... Kau Anak kuat. Mama tau Kau selalu mampu menjalani semuanya" Irine mengecup lama kening Jue-Ni, kemudian keluar dari kamar inap tersebut, Disusul Chanyeol.

Air mata Jue-Ni lolos...

'Apa harusnya aku menjadi lemah agar Mama di samping ku ?'

'Hoo... Kau bahkan tak pernah di harapkan'

'Berhentilah mengharapkan mereka akan menjadikan mu Putrinya'

'Harusanya tubuh ini menyerah'

Jue-Ni adalah spesialis yang mampu menyakiti dirinya sendiri.

........................

"Kau yakin mengatakan itu pada Jue-Ni ?" Chanyeol meyakinkan Irine

"Oppa... Aku melihat bagaimana Nana sangat ketakutan . Aku tak ingin Nana menderita. Aku tak ingin hal buruk terjadi pada putri ku" Irine masih berjalan dengan cemas menyusuri lorong rumah sakit.

"Dengan mengorbankan lagi perasaan Jue-Ni ? Seharusnya dari awal kau tak perlu mendekatkan mereka." Chanyeol terlihat sedih.

"Kau juga seharusnya membatasi pertemuan mereka. Banyak hal yang harus kau waspadai jika berkaitan dengan Jue-Ni. Kita tak pernah tau masa lalu nya" Irine menghentikan langkah kakinya dan menatap mata Chanyeol.

"Kau benar... Aku pun takut hal buruk terjadi pada Jisung jika Ia selalu dekat dengan Jue-Ni. Tapi Jue-Ni juga tanggung jawab kita" Chanyeol menduduk kan diri di kursi tunggu yang berada di lorong rumah sakit tersebut.

"Selama ini Ia hidup bersama Orang tua ku. Kita tak pernah tau siapa saja musuh mereka. Yang akan berdampak pada putra dan putri kita" Irine ikut mendudukkan dirinya.

"Jue-Ni juga putri kita. Apakah Ia pantas mendapatkan ini semua ?" Chanyeol menundukkan kepalanya.

"Jue-Ni itu berbeda. Dia lebih kuat dari yang kita kira. Ia sangat terlatih untuk menjaga dirinya" Irine menyandarkan tubuh lelahnya.

"Rin~aa.... Jue-Ni seharusnya tak merasakan ini" Chanyeol mengusak kasar wajah nya.

"Percayalah, Jue-Ni bisa melewati semuanya. Ia sudah terbiasa. Aku akan kembali. Nana sudah menungguku" Irine berdiri dan meninggalkan Chanyeol yang masih menyandarkan tubuhnya pada kursi.

Pikiran Chanyeol melayang membayangkan wajah gadis cantik nya yang bahkan tak pernah terlihat tersenyum.

"Yoda~ya...." Suara Donghae menyapa telinga Chanyeol.

"Hyung... Aku bingung" Chanyeol masih dengan posisinya.

Donghae mendudukkan dirinya di samping Chanyeol.

"Kau tau, Jue-Ni putri yang sangat kuat dan cerdas. Ia bahkan sanggup bekerja tanpa istirahat. Ia bisa mengembalikan kejayaan perusahaan Tuan Jung dengan mudah" Donghae menjeda ucapannya.

"Tapi Ia sangat rapuh. Ia penuh luka. Ia bahkan sangat menderita." Donghae menarik nafas panjangnya.

"Bisakah setidaknya kau jangan meninggalkan nya ? Setidaknya Ia harus memiliki alasan untuk bertahan hidup sekarang. Tak ada lagi tempat untuk nya sekedar pulang dan beristirahat" Donghae cemas.

"Hyung Aku takut Jisung kembali terluka. Jisung itu putraku. Aku sangat menyayangi Jisung. Aku bisa gila jika terjadi hal buruk pada Jisung" Chanyeol masih dengan mata terpejam nya.

"Jue-Ni juga putrimu kan ? Dia bukan kesalahan Yoda~ya..." Donghae mencoba membuka pikiran Chanyeol.

Chanyeol membuka matanya. Menegakkan tubuhnya.

"Ia bagian masa laluku, Hyung. Aku belum bisa mengambil keputusan sekarang. Terima Kasih Hyung. Aku akan kembali ke kantor." Chanyeol pergi meninggalkan Donghae yang masih duduk dengan penuh rasa iba pada mereka.

'Semoga Kau tak gegabah dalam mengambil keputusan Yoda~ya' Donghae menguapkan doa nya pada sang Sahabat.

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang