15

150 17 0
                                    

"Paman.... Apa salah ku ?" Suara Jue-Ni lirih namun terdengar oleh Shindong.

Air mata jatuh satu satu di pipi gadis cantik yang menatap keluar jendela. Suara nya bergetar. Nafas yang terlihat naik turun menjelaskan bahwa sesaknya kembali terasa.

"Kita menemui dr.Yoona ya ?" Shindong mencoba menenangkan Jue-Ni yang mulai terisak.

"Hiks.. Tak usah Paman.Hiks... Aku ingin tidur. Aku lelah." Jue-Ni menutup matanya. menyamankan posisi nya menjadi agar lebih tenang.

Shindong tau bagaimana rasa sakit gadis ini. Namun Shindong juga mengerti bagaimana Irine dan Chanyeol lebih bahagia dengan keluarga nya. Walaupun tetap salah dengan mengorbankan Seorang putri cantik yang tak tau apa apa.

Mobil melaju menuju mansion yang sudah lama hanya meninggalkan Jue-Ni bersama pada Maid dan Bodyguard.
Mansion tanpa kehangatan. Dinding kamar yang menjadi saksi kerapuhan seorang Park Jue-Ni.

Sesampainya di halaman mansion, Jue-Ni melangkahkan kakinya memasuki kamar. Kali ini semua terlihat tenang. Walaupun jejak air mata terlihat jelas di wajah cantik nya.

Shindong mengintruksi kan 2 orang bodyguard untuk berjaga di depan kamar Jue-Ni. Takut hal buruk kembali terjadi.

"Hallo... Yoda~yaa..." Shindong menghubungi Chanyeol.

"Hyung. Aku akan menyelesaikan semuanya sekarang. Nanti Malam, Kami akan menemui Jue-Ni dan Kedua orang tua kami" Chanyeol tak ingin menambah kesakitan putri nya lagi. 

"Yoda~ya... Trima Kasih" Shindong mematikan ponsel nya dan segera menemui sang Nona Muda. Ia hanya memberikan Info untuk pertemuan keluarga nanti malam di kediaman keluarga Jung Yunho melalui depan pintu. Kemudian kembali ke kantor untuk kembali bekerja bersama Tuan Jung.

'Pertemuan ini akan menjadi akhir semua nya kan ?' Lirih Jue-Ni. Tubuh nya merosot di balik pintu. Air matanya kembali jatuh. Dadanya terasa lebih sesak.

'Aku juga ingin memiliki orang tua'
Isak tangis Jue-Ni tertahan, dengan sekuat tenaga Ia membekap mulutnya agar tak terdengar siapapun.

'Aku salah. Aku tak boleh egois. Mereka lebih bahagia tanpa aku kan ?' Semua terasa sangat menyakitkan. Tubuh Jue-Ni bergetar hebat. Rasa sakit terasa semakin menusuk nya.

Jue-Ni mengeluarkan tangisnya.
'Ah... kenapa aku sangat lemah ? Kenapa Aku selalu menangis ?' lirih Jue-Ni meratapi dirinya.

'Tuhan, maafkan aku. Aku masih sangat lemah' Jue-Ni masih dengan posisi bersandarnya pada pintu kamar.

Jue-Ni menarik nafas panjang nya yang terasa menyakitkan. Lalu berdiri dan merebahkan diri di kasur nya. Meringkuk di dalam selimut menunggu malam.

...............









Terlihat kecemasan di wajah Tuan Jung ketika melihat sang cucu berjalan dengan wajah sembab nya. Shindong yang sedari tadi berdiri menjaga Jue-Ni menunduk pelan ketika sang nona muda sudah memasuki ruang keluarga.

Tak lama diikuti kedatangan Tuan Park beserta Ny. So-Ra, Park Chanyeol dan Jung Irine. Melihat kehadiran semuanya, Shindong undur diri dan menutup rapat ruang keluarga tersebut.

Jue-Ni mendudukkan diri di sofa yang berada di antara keluarga Jung dan keluarga Park. Chanyeol dan Irine duduk di sofa single yang tersusun bersebelahan dan terletak bersebarangan dengan sofa single yang di duduki Jue-Ni.

Wajah bingung kedua keluarga terlihat jelas. Kecuali Jue-Ni. Wajah datar nan sendu dan sembab terlihat sangat menyakitkan.

"Sebelum nya. Aku dan Irine ingin meminta maaf yang dalam pada kalian semua. Ini semua salah ku...." Chanyeol menjeda kalimatnya. Menatap satu satu wajah cemas semua orang. Hingga matanya menatap kearah gadis cantik yang tertunduk tanpa semangat. Wajah yang terlihat mirip dengannya. Wajah sembab yang Ia tahu betul sebabnya.

"Kami akan berpisah" Ucapan Chanyeol membuat semuanya terkejut.

"Yak... Park Chanyeol apa maksud ucapan mu ?" Tuan Park Andy yang sedang menahan amarah nya menatap tajam pada Putra nya tersebut.

"Maafkan Kami.......  Ibu, Ayah, Kami merasa sudah tak bisa menjalani ini lagi" Suara Irine terdengat takut takut.

"JUNG IRINE !!!" Tuan Jung meneriaki nama putri nya .

Seketika Chanyeol dan Irine bersimpuh di depan semua orang.

"Ayah... Kami salah. Kami terlalu egois dengan kebahagiaan kami" Chanyeol menunduk.

"APA KAU TIDAK MEMIKIRKAN PUTRI MU !!!" Kali ini suara tinggi Tuan Park Andy mendominasi ruangan.

"Ayah, Ibu.... Kami sudah memiliki keluarga. Kami juga memiliki Anak" Irine memohon pada kedua orang tuanya.

"JUNG IRINE !!! BAGAIMANA KAU BISA MELAKUKAN INI !!" Suara Tuan Jung Yunho bergetar sesak di dadanya terasa menyakitkan.

Seperti di hantam palu besar Tuan Park Andy, Tuan Jung Yunho dan Nyonya Yena mendengar kalimat dari bibir Irine.

"Suami ku.... Biarkan mereka bahagia" Suara Nyonya So-Ra mengalihkan atensi semua orang.

"Kau mengetahui ini !?" Tuan Park menatap penuh amarah pada sang istri.

"Aku hanya ingin Anak ku bahagia" Tangis So-Ra pecah. Ia berdiri dan memeluk Chanyeol dan Irine bersamaan.

Terdengar isak tangis ketiganya.

"Nenek benar. Mereka pantas bahagia" Suara lirih Jue-Ni membuat semuanya terdiam.

"Jue-Ni~yaa... Kau ?" Tuan Park berjalan kearah Jue-Ni, bersimpuh dan mensejajarkan tinggi tubuhnya setara dengan Jue-Ni yang masih duduk di sofa nya.

"Kakek... Aku pikir ini salah ku. Harusnya Aku tak hadir di tengah tengah mereka." Jue-Ni masih dengan tatapan sendu nya.

"Jue-Ni... Apa maksud mu sayang ?" Nyonya Yena dan Tuan Jung segera menghampiri Jue-Ni yang terlihat menahan semua tangisnya.

"Tuan Chanyeol dan Nyonya Irine pantas mendapatkan kebahagian mereka bersama keluarga nya" Jue-Ni tak lagi memanggil keduanya dengan sebutan Papa dan Mama.

Irine dan Chanyeol berkali kali mengucapkan maaf di sela tangisnya.

Jue-Ni berdiri berjalan pasti ke arah kedua nya. Nyonya So-Ra yang melihat kedatangan Jue-Ni pun beralih mendudukkan diri di samping Chanyeol.

"Aku sungguh menyayangi kalian. Aku juga ingin bersama kalian. Tapi Aku tau alasan kalian bahagia bukan Aku. Tak apa." Jue-Ni duduk menghadap keduanya.

"Kakek, Opa... Jangan sakiti mereka. Aku mohon" Jue-Ni membungkuk kan kepalanya dalam dalam. Menahan sesak didadanya.

"Boleh aku merasakan pelukan kalian ? Mungkin untuk terakhir kal......"

"Jue-Ni maafkan kami. Kami orangtua yang buruk untuk mu. Maafkan kami. Kau bisa meminta pelukan ini kapanpun Kau mau" Irine memotong ucapan Jue-Ni yang terdengar menyakitkan.

Irine dan Chanyeol memeluk erat tubuh kurus Jue-Ni dengan erat. Entah pelukan yang sudah lama Jue-Ni butuhkan.

Berkali kali Chanyeol dan Irine mengucap maaf.

Tak apa bagi Jue-Ni jika ini yang terakhir. Bahkan Ia tak pernah merasakan ini sebelum nya.

'Setidaknya Aku sempat merasakan pelukan kedua orang tua ku. Trima Kasih Tuhan' lirih Jue-Ni dalam hati.

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang