47

133 16 0
                                    

Wajah cantik itu menatap lembut suami tampannya dengan penuh rasa penasaran. Tatapan mata tajamnya membuat sang suami membeku.

Wanita cantik yang terlihat lembut ini adalah monster seribu wajah. Ia mampu memanipulasi apapun demi kesenangannya.

"Sekarang apa yang membuat mu ketahuan ?" Dengan bersidekap dada dan mata penuh penghakiman, Jung Taeyong menatap Jaehyun datar.

"Sepertinya ada yang memata-matai semua pergerakan ku" Jaehyun masih menunduk seraya memijat kepalanya dengan kedua tangan nya.

"Bagaimana kau sangat ceroboh Jae ?" Taeyong masih dengan posisi nya.

"Entahlah. Aku merasa ada yang menyadap ponsel ku" Jaehyun mengeluarkan ponsel nya.

"Kita sudah sampai sejauh ini. Dan kau tau kan, tidak mudah bersikap lembut di depan gadis lemah itu." Taeyong masih menatap tajam suaminya.

Belum sempat Jaehyun membalas ucapan istrinya, ponsel nya berdering.
Menampilkan nama Jung Juni yang sebenarnya mereka hindari.

Dengan keterpaksaan Jaehyun mengangkat ponsel nya dan menjawab panggilan Juni dengan sikap biasa.

"Hallo putri ku.... Bagaimana kabar mu?" Jaehyun menggulirkan tombol loudspeaker pada ponsel nya.

"Aku baik. Bagaimana kabar kalian ? Dimana Eomma ?" Juni dengan suara datar namun lembut nya.

"Kami baik. Eomma mu sudah tidur. Dia lelah karena merindukan mu." Jaehyun berbohong.

"Benarkah ? Apa Eomma makan dengan baik ?" Juni terdengar cemas.

"Hmmm... tenang saja. Kami baik baik saja. Tapi apa kau baik baik saja ? Tumben kau menelpon putri ku ?" Jaehyun mulai curiga pada Juni.

"Aku... Aku... Aku merindukan kalian. Aku rindu pelukan Eomma" Juni terbata.

Jaehyun dan Taeyong tersenyum puas. Rencana mereka benar benar sudah membuat Juni luluh pada mereka.

"Kami juga sangat merindukan mu sayang. Sekarang Kau istirahat saja. Appa akan menyampaikan pesan mu pada Eomma. Jika ada apa apa, segera hubungi Appa. Oke ?" Jaehyun mengeluarkan smirk mematikannya.

"Hmmmm.... Selamat malam Appa." Suara Juni tak terdengar.

Jaehyun segera kembali meletakan ponsel nya. Tanpa Ia sadari Juni masih berada dalam sambungan telpon. Hanya dengan aplikasi yang sudah Ia pelajari dari Guanlin terlihat sambungan telepon seperti sudah terputus.

"Kau dengar, Dia hanya perlu kau berikan sedikit perhatian Ia akan memercayai mu." Jaehyun menyandarkan tubuh nya di sofa.

"Kau benar. Rasa haus akan kasih sayang orang tua membuat nya tak bisa membedakan ketulusan dan kebohongan" Taeyong ikut bersuara.

"Menurut mu, bagaimana jika Ia mengetahui fakta sesungguhnya tentang dirinya ? Aku tak bisa menahan geli akan wajah dingin nya yang akan menangis tersedu" Ucap Jaehyun kembali membuka memorinya.

"Biarkan dia menikmati kehidupannya yang sekarang. Karena setelah semua nya beralih ketangan kita. Ia hanya akan menangis seperti bayi" Taeyong tertawa dingin.

"Sayang... Wajah cantik mu sangat menutupi jiwa monster di dalam jiwa mu. Aku beruntung memiliki mu. Ayo kita istirahat. Kita harus bergerak cepat mulai besok. Sebelum gadis sial itu kembali" Jaehyun menarik tubuh Taeyong membawanya keatas ranjang dan mulai menikmati bibir manis sang istri. Tak lupa Ia mencumbu sang istri yang terlihat menggoda dengan balutan  gaun tidur berwarna Merah darah nya.

Taeyong sangat menikmati setiap sentuhan Jaehyun yang sangat mahir dalam memanjakan tubuh nya. Ia memberikan akses pada jemari Jaehyun yang mulai menyentuh dan meremas bagian sensitif nya. Ditambah  bibir sang suami yang sudah melumat bibir dan membelit lidah nya. Sesekali memberikan tanda pada leher jenjang dan dada nya.

Desahan demi desahan lolos sempurna dari bibir Taeyong. Membuat Juni benar benar memutus panggilan telpon, dan membiarkan kedua manusia tersebut menikmati malam nya.

Juni masih terpaku dengan ucapan Jaehyun dan Taeyong. Yangyang yang mendengar isi pembicaraan mereka mencoba menenangkan Juni.

Juni menatap tajam kearah luar jendela. Terlihat malam gelap tanpa bintang, dihiasi kilat yang menandakan akan turun hujan.

Rasa sakit yang menjadi jadi membuat Juni benar benar menyesali perbuatannya. Ia merasa bodoh karena membawa kembali monster dari masa lalu. Jemari Juni mengepal sempurna, berusaha menahan sesak yang mendera. Emosi nya benar benar memuncak.

"Juni~ya.... dr. Luhan akan datang. Tenangkan diri mu" Yangyang menahan bahu Juni yang bergetar.

Juni menarik nafas panjang nya, bersamaan dengan datang nya dr. Luhan beserta seorang dokter lainnya dan beberapa perawat.

"Selamat malam Nona Juni. Perkenalkan dia dr. Jiyeon, seorang spikiater di rumah sakit ini. Maaf jika saya lancang membawanya kesini nona. Kami hanya ingin melakukan beberapa tes untuk Anda. Demi kesehatan Anda" dr. Luhan menjelaskan dengan senyum manisnya.

"Selamat malam Nona Juni" dr. Jiyeon menyapa Juni dengan penuh kehangatan.

"Malam dok. Hmmm.. tak apa dokter." Juni masih dengan wajah datarnya.

Namun Jiyeon bisa melihat begitu banyak hal yang Juni pendam. Sorot mata penuh rasa sakit dan kebencian itu benar benar membuat Jiyeon ikut merasakan sakit yang luar biasa.

dr. Luhan pun segera memeriksa kondisi kesehatan fisik Juni bersama beberapa perawat. Setelah selesai, dr. Luhan memberikan ruang pada Juni dan Jiyeon dengan mengajak Yangyang dan para perawat untuk keluar dari ruangan.

"Hmmm.... Boleh aku memanggil mu Juni saja ?" dr. Jiyeon mencoba menarik kursi untuk duduk di samping ranjang Juni.

"Hmmm...." Juni berdehem pelan.

"Bagaimana perasaan mu hari ini ?" Jiyeon menatap teduh manik rubah penuh emosi dan kesedihan di hadapannya.

"Aku... aku tidak tau" Juni menyembunyikan air mata nya. Sungguh Juni sangat ingin mengatakan semua yang Ia rasakan. Jiyeon mampu memberikan ketenangan dan kehangatan untuk Juni.

"Aku mengerti. Ini sangat berat bagimu. Kau tau, Aku ingin berterima kasih padamu" Jiyeon menggenggam kedua jemari Juni dengan hangat dan menatap wajah bingung Juni yang menatap nya setelah mengatakan Terima Kasih.

"Untuk ?" Juni dengan wajah bingung nya.

"Untuk bertahan sampai detik ini. Untuk membiarkan ku menggenggam jemari mu. Untuk mengijinkan ku untuk membantumu" Jiyeon tersenyum tulus dan hangat pada Juni.

Senyuman yang membuat Juni tak bisa menutupi semua kesedihannya. Juni begitu tersentuh dengan ucapan Jiyeon yang berterima kasih padanya untuk hal hal kecil itu.

Juni menatap kedua mata Jiyeon, Ia dapat merasakan ketulusan disana. Ia seperti menemukan sebuah titik terang dan tempat pulang.

Namun dengan cepat Juni memutus kontak mata mereka. Juni tak ingin larut dalam kenyamanan dan kehangatan dari orang lain. Ia tak ingin sakit lagi dengan memercayai Jiyeon.

"Tak apa Juni~ya.... Aku mengerti. Semua akan baik baik saja. Aku tau, hati mu sedang tidak baik baik saja. Tapi Aku akan berusaha membantu mu" Jiyeon kembali mengelus lembut permukaan kulit tangan Juni.

"Istirahat lah. Selamat Malam Juni" Jiyeon berdiri dan meninggalkan Juni yang masih bersandar di kepala ranjang nya.

Juni masih memproses setiap ucapan dr. Jiyeon. Jiyeon membuat Juni teringat akan dr. Yoona.

'Apa aku boleh merindukan dr. Yoona ?'
Batin Juni kembali sakit.

Juni memutuskan merebahkan  tubuh nya dan memejamkan matanya. Ia semakin merasa lelah....

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Maaf guys... hampir kelepasan untuk adegan Jaeyong nya 😅

Masih belum dapat pencerahan guys mau sad ending atau happy ending 😬

Maaf ya, alur nya lama dan bikin bosen. Tapi aku bener bener nikmatin nulis cerita ini.

Makasih yang sudah baca dan ninggalin jejak ☺

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang