19

142 17 0
                                    

Setelah acara pemakaman. Jue-Ni pulang bersama Tuan Park dan Nyonya So-Ra. Tak ada pembicaraan apapun sampai dengan memasuki masion besar itu.

Mata Jue-Ni kembali memanas. Melihat semua dekorasi ucapan selamat atas wisuda nya. Terpampang jelas foto keluarga yang sangat besar tepat diarah pintu masuk mansion.

Jue-Ni melangkah kan kaki nya dengan pelan. Park Andy dengan sigap menahan tubuh Jue-Ni yang kembali bergetar melihat semua persiapan pesta tersebut.

Rasa sakit kembali terasa. Kini menghimpit ketat paru parunya, memberikan efek sesak yang amat sangat.

"Jue-Ni~yaa.. Kau bisa tinggal bersama Kakek" Park Andy yang sangat tak tega melihat keadaan Jue-Ni mencoba membuat Jue-Ni setidaknya merasa tak sendirian.

"Aku akan tetap disini Kek. Hiks.... Mereka juga akan disini. Hiks... hiks" Maid dan beberapa bodyguard sangat sedih melihat Nona Muda mereka sangat kacau.

"Kami akan menemanimu sayang." Nyonya So-Ra menenangkan Jue-Ni.

Tak ada kata kata apapun. Ny. So-Ra dan Tuan Park mengantarkan Jue-Ni ke kamarnya. Membantu merebahkan tubuh ringkih tersebut.

So-Ra mengelus lembut kepala Jue-ni. Saat melihat gadis itu tertidur So-Ra beralih dan membiarkan Jue-Ni beristirahat.

"Apa Dia tertidur ?" Suara Tuan Park terdengar lirih.

"Hmm.... Bagaimana kita menyampaikan padanya bahwa besok sidang perceraian Yoda dan Rin~a" Ucap Ny. So-Ra lirih.

"Bisakan Dia tak datang ?" Park Andy merasa tak nyaman meminta Jue-Ni hadir.

"Aku berharap bisa. Namun Dia adalah penentu keputusan Hakim" So-Ra menutup pintu kamar Jue-Ni perlahan dan mengajak suaminya untuk berbicara di ruang tamu.

Tanpa mereka sadari Jue-Ni mendengar semuanya. Ia tak tidur, hanya memejamkan matanya yang lelah. Kini air mata kembali jatuh di pipinya. Jue-Ni meremat kuat selimut nya. Menutup bibir mungilnya. Ia kembali menangis tak bersuara.

'Ini menyakitkan Tuhan' Lirih Jue-Ni di sela tangisnya.

'Mengapa tak Kau ambil aku saja ?' Jue-Ni benar benar sakit.

'Apa yang harus aku lakukan setelah ini ?'

Jue-Ni menangis hingga tertidur. Berharap semua ini hanya mimpi. Tak apa jika mimpi buruk ini terjadi. Harapannya ini hanya mimpi, dan semua akan kembali normal saat Ia terbangun.

Semoga saja...

.
.
.
.
.

"Selamat pagi Jue-Ni~yaaaaa ?" Suara Ru-Na membuat Jue-Ni mengerjapkan matanya. Ia menatap semua orang yang menyayanginya berada dalam ruangan di meja makan.

"Kalian ?" Jue-Ni membangunkan tubuhnya, berusaha berjalan mendekati semua orang. Tapi mereka semakin menjauh. Jue-Ni berusaha berlari menggapai Opa dan Oma nya namun Ia terjatuh. Semuanya menghilang.

Dengan nafas tersengal Jue-Ni membuka matanya. Tersadar dari mimpinya membuat Jue-Ni bergegas menuju ruang makan. Disana Ia melihat Tuan Park dan Nyonya So-Ra dan beberapa maid.

"Jue-Ni... Ayo sarapan dulu sayang" So-Ra berusaha menggandeng lengan Jue-Ni menuju meja makan.

"Dimana Opa, Oma, Paman Shindong Bibi Ru-Na dan Bibi Su-a ?" Jue-Ni ingin memastikan semua hanya mimpi.

"Jue-Ni~yaaa....." Tatapan cemas Ny.So-Ra membuat Jue-Ni yakin. Hal itu benar terjadi dan bukan mimpi.

"Aku akan mandi dulu" Jue-Ni melangkahkan kakinya menaiki tangga dan mandi.

20 Menit kemudian Jue-Ni keluar dengan pakaian rapinya. Ia tau, siang ini harus menghadiri persidangan dan ke kantor sang Opa.

Jue-Ni yang ditemani Tuan Park dan Nyonya So-Ra bersama menuju Pengadilan.

Jue-Ni melihat Park Chanyeol beserta Istrinya dan Na Irine bersama suaminya. Jue-Ni meremat jemarinya.
Mengatur nafasnya. Menyetel tubuhnya untuk bersikap dingin seperti biasa.

Tubuh dan pikiran lelahnya seolah sulit terkontrol sekarang. Entahlah, Jue-Ni seolah merasakan remuk di badannya.

Selama persidangan Jue-Ni hanya bicara ketika Hakim meminta suara nya untuk memfinalkan semua.

Hingga putusan sidang pun final. Kedua orang tuanya resmi bercerai. Jue-Ni melangkahkan Kakinya menuju mobil bersama Tuan Park. Nyonya So-Ra sedang memeluk Putra dan menantunya.

"Wendy.... Tolong Kau jaga pernikahan kalian ya. Ibu merestui kalian" Wendy menerima pelukan dari Ibu mertuanya tersebut.

"Baik bu. Terima Kasih sudah mau selalu berada di sisi ku" Chanyeol ikut memeluk tubuh ibu dan istrinya.

Tak jauh berbeda dengan Irine yang sangat diterima baik oleh keluarga Na. Terlihat Irine berlari memeluk Suho dan Nana serta beberapa orang disana.

"Jue-Ni~yaaa....." Suara Chanyeol menyapu pendengaran Jue-Ni yang hendak memasuki mobilnya.

Jue-Ni dan Park Andy membalikan tubuhnya. Terlihat Chanyeol, Wendy dan Ny. So-Ra menghampiri mereka.
Jue-Ni membungkukkan badannya perlahan.

Hingga pelukan hangat Chanyeol membuatnya kaku. Pelukan yang selalu Ia dambakan. Sang Papa bahkan tak pernah bertegur sapa dengannya.

"Jue-Ni~ya... Kau harus tetap memanggil ku Papa. Dan Kau bisa memanggil nya Bunda" Chanyeol memperkenalkan secara langsung Wendy pada Jue-Ni.

Wendy yang tersenyum manis segera memeluk tubuh gadis yang di perkenalan sang Suami.

"Salam Kenal Jue-Ni~ya... Jangan sungkan untuk datang padaku" Wendy benar benar menyalurkan rasa sayang nya pada Jue-Ni.

Tubuh Jue-Ni tak bereaksi. Hanya tatapannya sedikit menghangat.

"Kau tetap memiliki keluarga sayang" So-Ra menatap manik mata rubah tersebut.

"Trima Kasih" Ucap Jue-Ni singkat setelah Wendy melepas pelukannya.

"Ayo kita pulang, Jue-Ni perlu istirahat." Ucapan sarkas Tuan Park membuat semua senyum mereka hilang.

Nyonya So-Ra yang mengerti pun segera menengahi semuanya.

"Jangan lupa berkunjung" Ucap Ny.Sora sebelum memasuki mobil mengikuti Jue-Ni dan Tuan Park.

Mobil melaju meninggalkan halaman pengadilan. Bersama dengan pandangan Chanyeol dan Irine melihat Jue-Ni yang benar benar semakin menyedihkan.

'Mama ingin memeluk mu Jue-Ni~ya' Lirih Irine.

'Maafkan Papa ini harus terjadi padamu Jue-Ni~ya'

Tanpa mereka sadari, flash kamera berkali kali menangkap foto mereka.

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang