💍KlaRez-31💍

16.8K 1.8K 213
                                    

Oh jadi gini ya, cerita yang gak sesuai selera kalian gak bakal kalian vote, kelihatan jelas kok siapa yang tertarik dan tau cara menghargai dengan yang gak tertarik tapi gatau dirinya terus baca sampai akhir hahahahaha, aneh.

Tekan vote dan tembuskan 100 komen🖐

~~~~~~

2 Tahun Kemudian.

Arez mengusap wajahnya kasar, ingatan yang selama ini dia cari akhirnya kembali setelah 2 tahun lamanya.

Bahkan sekarang Arez sudah Kuliah sembari bekerja di Perusahaan Ayahnya. Arez sudah kuliah Semester ke 4.

"Arez, cepetan sarapan. River udah nungguin di depan." Arez dan River sama, sama-sama ditinggalkan.

Bedanya River kini sangat dingin dan pendiam, dia tak tau dimana Embun sampai saat ini, mungkin masih butuh beberapa tahun lagi agar mereka bertemu.

"Iya Bu.." gumam Arez lesu.

Dia harus segera mendatangi Kantor Klara, dia sudah sangat merindukannya, inginnya sih dia chat dari wa.

Tapi ternyata nomernya sudah tak digunakan lagi, Klara sudah ganti nomor.

"Kamu sudah ingat Klara kan?" tanya Piter.

Arez mengangguk. "Hati-hati, sekarang kamu yang harus ngejer cinta Klara." cetusnya pelan.

"Tapi kenapa? Apa Kak Klara udah gak sayang Arez lagi?"

Nanda menggeleng pelan. "Bukan begitu, kamu bakalan tau alasannya, yang ibu mau dari kamu Rez, kamu harus berjuang dapetin Klara, kini kamu harus ngejer Klara sampai dapat, jangan sampai keduluan orang lain. Kami dan orang tua Klara mau nya kalian bersama."

Arez termenung mendengar ucapan Nanda, apa bisa Arez berjuang demi Klara? Arez sedikit ragu tapi dia akan meyakinkan diri kalau dia bisa.

"Yaudah Bu, Arez bakal ngejer Kak Klara sampai dapat!"

"Good, itu baru semangat."

Arez tertawa pelan, dia tak sabar bertemu Klara lagi, rasanya tuh jantung Arez udah deg-deg parah.

Bagaimana ya reaksi Klara nantinya saat tau Arez sudah mengingatnya.

Pasti, antara kaget dan shock hahaha.

Apalagi Arez udah termasuk dewasa, tapi sayang berat badannya turun lagi jadi 65 Kg, gapapa masih berisi kok.

...

Klara keluar dari dalam kamarnya dengan dasi yang belum terpasang sempurnah.

"Babyyyy, pasangkan dulu dasinyaaa."

Eiden yang tadinya sedang memasak di dapur sontak menoleh, apron yang bisanya Arez pakai kini sudah menjadi miliknya.

Sama halnya seperti Klara, sudah menjadi miliknya saat ini.

"Sini sayang, kamu udah diajarin caranya pakai dasi pun masih aja gak paham." Klara yang diomelin pun hanya mampu tertawa pelan.

Dia menangkup wajah Eiden dan menciumi pipinya. "Gemes banget cih, tunangan siapa sih?" geramnya tak tahan.

"Tunangannya, Klara dong."

Klara tertawa lagi, dia memeluk tubuh berisi Eiden. "Kepala aku sering sakit, belikan obat yang biasa ya."

"Iya sayang."

Eiden tersenyum dibalik pelukan itu, bahkan oranh tuanya sampai dilawan demi bertunangan dengan Eiden.

Luar biasa sekali pengaruh obat yang Nenek nya berikan, sedikit lagi Klara akan menikahinya dan mereka akan bersama sampai punya anak kelak.

"Udah, aku mau berangkat."

"Loh, sarapannya?"

"Anter aja ke Kantor, aku udah telat ini."

Eiden mengangguk pelan, saat dia hendak mencium bibir Klara, Klara menahannya. "Ih, kenapa sih gaboleh?" keluh Eiden.

Memang Klara selalu menolak ciuman bibir, entah apa alasannya. Padahal kalau mereka ciuman efek obatnya akan semakin kuat.

"Gamau, gak sekarang."

"Kapan?"

"Nanti pas malam pertama."

Wajah Eiden langsung merona merah, dia malu. "Apaan sih!?"

Klara gemas sekali. "Cieee, maluu."

Eiden menyembunyikan wajahnya dibelahan dada Klara, dia masih belum terbiasa dengan Klara yang gombal dan manis seperti ini.

Rasanya setiap hari Eiden bisa melelah dibuat Klara.

Ternyata ini juga yang Arez rasakan dulu, dan kini Arez sudah hilanh 100 persen dari ingatan Klara.

Klara kini hanya berfokus padanya dan bukan pada yang lain, prioritas Klara kini adalah Eiden.

Bahkan Klara sudah berhenti mengirimi uang pada keluarga Arez dan beralih pada keluarga Eiden.

Kehidupan Ibu Eiden yang seorang janda dan tinggal seorang diri kini sudah terjamin, bahkan hutang piutang pun sudah terbayar.

Eiden, sebenarnya ingin berhenti menggunakan obat itu pada Klara, tapi dia takut Klara akan menjadi milik Arez lagi.

Eiden sudah terlalu nyaman berada di dekat Klara, gadis baik yang rela menolongnya dan memberikannya pekerjaan agar bisa membiyai Ibunya di kampung.

Seandainya Klara murni jatuh cinta pada Eiden, nampaknya Eiden akan menjadi laki-laki paling bahagia.

Klara idaman setiap pria lemah, Klara ini gentle woman, Klara selalu memperlakukan pasangannya dengan baik.

Klara juga royal, siapa yang tak bahagia jika mendapat pasangan yang royal seperti Klara.

Mana soft banget lagi, pengertian.

Hanya saja yang kurang, otaknya sedikit lemot.

Udah, itu aja.

©^^®

Bersambung😾

Jadi gini, gak asik dong kalau ceritanya Arez ingat dan ketemu Klara lalu mereka baikan.

Disatu sisi, Klara terlalu banyak berjuang sementara Arez tidak karena dia lupa.

Dan kini, Arez yang harus berjuang karena Klara melupakannya, bukankah itu timbal balik yang bagus🖐

Klara's Baby [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang