Tekan vote dan tembuskan 100 komentar, kenapa sih nungguin 100 aja kudu sampai 2 hari:(
Kalau gini caranya, KlaRez bakalan slow update😊
~~~~~
Arez menggeliat pelan saat tak lagi merasakan pelukan hangat Klara, perlahan dia membuka matanya walau masih berat.
"Ssshh..ahh sakit tau Eiden.."
"Iya maaf kak, ini bakalan pelan-pelan."
Mata Arez langsung terbuka lebar, dia bangun saat mendengar suara-suara yang bisa mengakibatkan kesalah pahaman di telinganya.
Didekat pintu dia melihat Klara berdiri berhadapan dengan Eiden, posisi mereka seperti orang yang berciuman.
Kedua tangan Arez sontak mengepal kuat, dia cemburu, bahkan sangat.
"MOMMY SEDANG APA!?" teriaknya marah.
Klara tersentak kaget, dia langsung menarik diri dari hadapan Eiden, melihat dengan jelas ekspresi kecemburuan yang besar.
"Aku sedang meminta bantuan Eiden untuk meniup debu dimataku." jawab Klara langsung.
Arez tampak tak percaya, dia turun dari kasur dan berjalan cepat menuju pintu. "Sayang, tunggu dulu-"
"Awas! Kamu pikir aku bakal percaya? Enggak! Aku gamau lihat muka kamu lagi!" emosi terlihat jelas diwajah Arez saat ini.
Dia langsung pergi dari kamar Klara, Klara tak mengejarnya, lagipula dia jujur lalu untuk apa menjelaskan lagi.
"Kakak gak mau kejar si anak manja itu?"
Klara menggeleng pelan. "Biar saja, dia masih labil. Terserah dia sajalah." masalahnya kepala Klara masih sakit dan berat.
Dia tak mau memperpanjang masalah dan lebih baik mendiamkan Arez saja agar remaja itu tenang. "Biar saya kompres lagi Kak." cetus Eiden pelan.
"Hm."
Tunggu keadaanya membaik dulu, baru Klara akan membujuk Arez nanti, jika Arez tetap tak mau yasudahlah.
Klara tak bisa memaksa kan perasaan seseorang, Klara juga tau kok kalau Arez itu belum memiliki perasaan padanya.
Hanya sebatas perlakuan baby boy pada Mommy, bukan laki-laki pada perempuan.
"Sakit banget hati aku Eiden.." lirih Klara, panas tubuhnya saja belum turun.
Eiden mengelus pelan rambt Klara dan menenangkannya. "Sst, istirahat Kak. Biar saya jagain." ujar Eiden lembut.
Klara memejamkan matanya pelan, kepalanya terlalu sakit untuk diajak berpikir berat.
.....
4 Hari berlalu, Arez sudah kembali masuk ke sekolahnya seperti biasa, dia juga baru memotong rambutnya dan sedikit diwarnai.
Saat terkena sinar matahari, rambutnya akan berubah menjadi warna biru dongker.
"Rez, lo putus sama Kak Klara?" bisik Java, pasalnya Kak Bebi yang memintanya untuk bertanya.
Kata Kak Bebi, Kak Klara masuk rumah sakit karena demamnya tak kunjung turun ditambah ruam kemerahan ditubuhnya tak juga hilang.
"Enggak, emang kenapa?" tanya Arez tak acuh. Lagipula Arez sudah tak perduli pada perjanjian mereka, toh jika memang dibatalkan tak apa.
Java ber oh ria. "Kak Klara di opname, alerginya makin parah dan demamnya gak turun juga."
Arez terdiam, ketikannya di ponsel terhenti seketika, sesuatu dalam hatinya memaksa diri untuk bertanya lebih lanjut.
Tapi sisi lainnya menahan "Oh, gue...gak perduli.." gumam Arez lirih..
Java terkekeh pelan, dia menjitak dahi Arez seketika. "Tolol! Lo kan suka sama Kak Klara, kenapa malah gini. Lo gak takut Kak Klara direbut Eiden? Gue denger Eiden deket loh sama keluarga Kak Klara." pancingnya lagi.
Arez lemas, ah..dia tak akan pernah terima kalau Klara menjadi milik orang lain.
Bahu Arez bergetar pelan. "Rez-"
"Kasih tau gue dimana Rumah sakitnya."
"Hah?"
"KAK KLARA DIRAWAT DIMANA!?"
Napas Arez memburu, dia sudah panik ini.
"O-oh iya biar gue chat ke Wa lo."
Arez menggigit kukunya gugup, panik dan takut jadi satu.
®^^®
Bersambung😾
KAMU SEDANG MEMBACA
Klara's Baby [End]
Teen FictionCoolboy in publick, baby boy in private. Ekonomi keluarga yang mulai melarat membuat Arez mau tak mau harus mencari cara cepat untuk mendapatkan uang, terlebih untuk menebus hutang orang tuanya. Umur yang masih beranjak 17 tahun membuat Arez bingung...