Gausah ngelunjak:v
Tekan vote dan tembuskan 70 komen🖐
~~~~~~
Klara mendesah pelan, kepalanya sakit begitu dia bangun dari tidurnya, entah apa yang terjadi padanya semalam.
"Aneh.." gumamnya pelan, tak mau ambil pusing, Klara beranjak pelan turun dari kasur.
Cklek.
"Kak, mandi dulu. Aku udah buat sarapan." Klara menatap Eiden yang masuk ke dalam kamar, kenapa Eiden terlihat sangat menawan pagi ini.
Klara menggeleng pelan. "Oke, makasih Eiden." gumam Klara.
Eiden mengangguk, dia keluar dari kamar dengan senyum penuh misterius diwajahnya, ditambah kekehan pelan.
Kring!
Klara meraih ponselnya pelan. "Halo."
"Klara, tolong jemput Tirta di sekolah ya. Micel lagi sibuk."
Helaan napas lirih Klara berikan.
"Baik tante." jawabnya lembut.
Ada saja kerjaan yang harus dia kerjakan, pusing kepala Klara jadinya, dia berfikir sejenak. Ah? Arez.
Klara kini jarang memikirkan Arez lagi, entahlah kayaknya Arez mulai hilang dari pikirannya.
"Tidak-tidak, Arez tak boleh disingkirkan."
Arez harus selalu diingat.
...
Tawa mereka pecah begitu lelucon yang Java berikan berhasil membuat humor mereka anjlok.
Saat ini mereka berjalan bersama menuju motor mereka masing-masing. Sampai tatapan mata Arez tertuju pada seseorang yang ada di pagar sekolah.
Tanpa sadar, senyum diwajah Arez mengembang begitu saja.
Tatapan matanya cerah, jantungnya berdebar. Dia berlari semangat mendekati perempuan yang 2 minggu ini melekat di pikirannya.
"KAK KLARAAAAA." pekiknya girang.
Klara yang tadinya sedang menunggu adiknya pulang sekolah menoleh, dia kaget karena mantan yang melupakannya ada disini.
Sebisa mungkin Klara biasa saja, dia tersenyum sopan. "Selamat siang Arez." sapanya formal.
Arez sampai di depan Klara, dia amat bersemangat melihat adanya perempuan itu disini.
"Kakak nungguin siapa? Nungguin Arez ya?" tanya nya antusias.
Klara menahan senyum lebarnya, dia berdehem pelan. "Maaf, saya menunggu seseorang yang jelasnya bukan kamu Arez." jelas Klara tenang.
Senyum diwajah Arez luntur, denyut terasa di dadanya, tapi dia kembali mengulas senyum.
"Oooh gitu, oh ya Kak Klara, aku boleh minta nomor wa kakak gak?" harapnya.
Dia berharap Klara mau memberikan nomor wa nya, agar Arez bisa menghubungi Klara kapan saja.
Klara menggeleng pelan, dia menyentil dahi Arez pelan.
"Saya tak perlu memberikan nomor wa saya padamu, karena diponsel kamu sudah ada. Dan tolong jangan hubungi saya jika kamu belum mengingat siapa saya dihidup kamu."
Penjelasan Klara membuat hati Arez hancur, entahlah, sakit sekali rasanya.
"Kak-"
"KAK ARAAAAAA."
Keduanya menoleh begitu Tirta berlari semangat kearah Klara, cowok mungil yang dinobatkan sebagai cowok terpendek di sekolah mereka.
Tinggi Tirta hanya 160 cm dengan berat badan 60 kg. Kulit putih dan pipi chubbynya membuat dia sangat menggemaskan.
Sayangnya dia punya pacar, namanya Micel. Orang biasa memanggil Micel dengan sebutan Misyel, tapi jika Tirta yang memanggilnya, sebutannya Micel, pakai C.
Klara langsung memeluk Tirta dan menggendongnya, dengan sigap Klara menahan punggung Tirta.
"Iih Tita udah kangen sama Kak Micel, ayo ke kantor Kak Micel!"
Klara mengangguk, dia menatap Arez tenang. "Sampai jumpa ya Arez, saya pulang dulu." tanpa menunggu jawaban Arez yang terdiam dengan air mata mengalir dipipinya, Klara pergi.
Tunggu, kenapa rasanya sesakit ini.
Benar kata Klara, dia masih tak mengingat siapa Klara dan untuk apa juga dia meminta nomor wa Klara.
"Ha..hahahaha..sialan..hiks.."
Ke 3 teman Arez datang dan langsung menenangkan Arez.
"Udah, ayo pulang. Lo harus ingat Kak Klara dulu baru boleh deketin dia lagi." celetuk Java.
Arez diam, dia mengusap air matanya. "Gue udah gak sanggup.." lirihnya pilu.
Hatinya meronta ingin selalu bersama Klara tapi otaknya tak tau alasan apa yang tepat untuk dia mendekati Klara.
®^^®
Bersambung😾
KAMU SEDANG MEMBACA
Klara's Baby [End]
Teen FictionCoolboy in publick, baby boy in private. Ekonomi keluarga yang mulai melarat membuat Arez mau tak mau harus mencari cara cepat untuk mendapatkan uang, terlebih untuk menebus hutang orang tuanya. Umur yang masih beranjak 17 tahun membuat Arez bingung...