Tekan vote dan tembuskan 60 komen🖐
~~~~~~~
Klara meletakan tas dan perbekalan mereka, bodyguardnya sudah membuat api bakaran untuk memanggang ikan.
"Kak, Arez ikut mandi sama mereka ya." izinnya begitu melihat teman-temannya main air begitu sampai.
Klara menggeleng pelan. "No, harus makan dulu ya baru main air."
Arez mengangguk patuh, dia duduk dibebatuan pinggir sungai. "Ganti baju dulu sayang." Klara memberikan kaus kendor dan celana pendek sepaha untuk Arez.
Arez mengangguk, dia langsung bangkit dan berganti pakaian di semak-semak dan balik pohon.
Klara sibuk meletakan alas duduk untuk Arez, dan sibuk menyiapkan nasi beserta ikan mentah yang tadi sudah dibeli.
Teman-teman Arez lagi sibuk main air mereka, asik sekali nampaknya, nanti Klara juga ikut main ah.
Apalagi Bebi juga lagi main air tuh disana.
Tak lama, Arez kembali dengan kaus dan celana pendeknya. "Duduk disini sayang, pelan-pelan." Klara dengan sigap menggapai tangan Arez dan membantunya melewati bebatuan.
Lalu duduk dengan tenang di tempatnya.
"Minum ini dulu."
"Ini apa?"
"Susu jahe, biar badan kamu hangat. Aku gamau kamu masuk angin."
Arez mengangguk dan menerima botol minum pemberian Klara, lalu meneguknya tenang.
Tatapannya jatuh pada teman-temannya saat ini, pada River yang sibuk main sama Embun, pada Minjun dan Revina juga, pada Java dan Bebi juga.
"EMBUN! JANGAN DISIRAM AKU NYA IIH!" Embun tergelak, dia menjauhinya Winter yang tadi dia siram pakai air sungai yang mengalir.
Rasa dingin menjalar ke tubuh Winter karena air yang Embun siram padanya, dia berlari mengejar Embun yang tampak lari sambil tertawa.
"Iih, Kak! Aku gak bisa berenang hueeee." rengek Java sembari memeluk leher Bebi, pacarnya.
Bebi terkikik pelan, dia memegang pinggang Java dan menahan tubuh cowok berkulit putih itu.
"Aku pegangin, sayang."
"Takuuut."
"Sst, tenang ya."
Java mengerucutkan bibirnya sembari mengangguk patuh.
"Ini sayang, ikannya udah matang." Klara memberikan piring berisi nasi dan ikan panggang.
Arez menerima piring plastik itu, dengan tenang dia mencuci tangannya di aliran sungai, lalu bersiap untuk makan.
"Awsh..panas Kak.." lirih Arez saat ikan bakar yang dia makan terasa panas.
Dengan sigap Klara meraih botol berisi air dingin, lalu memberikannya pada Arez lembut. "Aku tiup dulu ya, jangan dipegang nanti tangan kamu melepuh." ujarnya lembut.
Arez mengangguk patuh, dia menunggu Klara siap meniup siuran ikan bakar, lalu menyuapkannya ke mulut Arez.
"Enak?"
"Enak Kak, Rez suka hehehe."
"Nanti kita belanja lagi ya, untuk stock di rumah."
"Kak, Arez gak minta-"
"Ssst, sayangku, cintaku, labuku, nurut ya."
Arez mengerucutkan bibirnya lalu mengangguk patuh.
"EMBUUN!" Winter menangkap tubuh Embun saat berhasil mengejarnya.
Dengan gemas dia mencium pipi gembul Embun dan menggendong tubuhnya. "Nakal banget pacar aku ini." gumamnya gemas.
Perlahan Winter menurunkan Embun dan menggenggam tangannya erat, keduanya berjalan mendekati Minjun dan Revina.
"Winter, River kapan keluar?" pertanyaan itu menghancurkan senyum Winter saat ini.
Tatapan wajahnya menyendu seketika. "Kamu...gak suka ya kalau aku yang muncul?" lirihnya melemah.
Panik, dengan cepat Embun memeluk Winter erat. "Enggak gitu sayang, aku hanya bertanya." paniknya.
Winter masih sedih, raut wajahnya luyu disertai bibir yang melengkung kebawah. "Sayang, jangan sedih dong." bujuknya lagi.
Sejenak, Winter mendengar sesuatu yang aneh. Tapi dia tak menggubrisnya dan malah melepas pelukan Embun.
Seringai tercipta diwajah Winter, Embun masih menganggap Winter merajuk padanya.
"Win-"
"Lebih adil, jika kamu mati dan tak dimiliki siapapun lagi." Winter mendorong tubuh Embun kuat sampai dia terjebur ke tengah sungai yang riak airnya berubah.
Winter berjalan menjauhi Embun yang terheran.
Jarak antara posisi Embun dengan tempat teman-temannya tak terlalu jauh.
"Sayang sebentar ya, ada panggilan masuk." Klara meletakan piring tadi ke bebatuan lalu menjauh dari tempat Arez duduk.
Arez patuh saja, melihat Klara menjauh, Arez iseng turun untuk ikut main air, Arez berenang agak ketengah sekalian cari batu-batu sungai yang mungkin estetik.
"Heh! Lo kok dorong Embun sih!?" seru Revina kesal seraya berjalan menuju posisi Embun dan lompat ke dalamnya.
Arez menoleh kearah yang agak jauh darinya, Revina tengah membantu Embun berenang ke tepi walau sulit karena deru air mulai semakin deras.
"Arez sayang, katanya sungai ini bakalan kena banjir bandang, mending kita pul-" ucapan Klara berhenti saat melihat berusaha berenang kembali ke pinggir.
Bersamaan dengan banjir bandang yang mendera sungai yang mereka datangi ini.
Minjun, River, Java dan Klara melotot panik. "CEPAT NAIK!" teriak Java saat banjir itu menelan Embun dan Revina.
Lalu menelan Bebi dan Arez. "VINA! REVINA! TIDAK REVINA!!"
"AREZ! SIALAN!"
Byur!
Klara melompat ke dalam banjir bandang demi menyelamatkan Arez yang sudah tersapu banjir bandang.
"K-kak!" Klara berhasil menarik tangan Arez dan memeluknya erat, tak perduli dengan aliran air deras yang kecoklatan.
Dapat Klara rasakan bebatuan menghantam kepala mereka. Klara tak akan melepaskan Arez, dia tak akan melepaskannya.
Sementara Minjun, Java dan River lemas.
Air sungai yang sudah berubah kecoklatan dan sangat deras itu, telah menyapu orang yang mereka sayang.
"Maafin gue Riv, kalau Embun mati, setidaknya dia gajadi milik siapapun."
"Lo..brengsek Winter."
Benar, Winter sangat brengsek.
®^^®
Bersambung😾
KAMU SEDANG MEMBACA
Klara's Baby [End]
Teen FictionCoolboy in publick, baby boy in private. Ekonomi keluarga yang mulai melarat membuat Arez mau tak mau harus mencari cara cepat untuk mendapatkan uang, terlebih untuk menebus hutang orang tuanya. Umur yang masih beranjak 17 tahun membuat Arez bingung...