Part 11: Misteri

689 86 10
                                    



Seorang kepala Biro Kepolisian yang baru menggantikan posisi Artitthaya mendatangi kediaman Menteri Urusan Militer, Thong Phraya untuk melaporkan sebuah kasus.

"Saya menemukan berkas perkara yang terakhir diselidiki oleh Tuan Artitthaya, tapi masih belum terselesaikan.", pria itu menunjukkan berkas tersebut kepada Thong Phraya.

Thong Phraya membaca berkas perkara yang memuat laporan penyelidikan menghilangnya seorang pejabat tingkat dua yang bekerja di kantor catatan negara. Hingga saat ini, kasus itu belum menemukan titik terang karena pejabat yang menghilang belum ditemukan. Diduga kuat pejabat tersebut disekap atau telah dibunuh, namun tidak ada bukti kuat yang mendukungnya. Sehingga akhirnya kasus itu menjadi misteri yang tidak dapat dipecahkan.

"Tujuanmu datang kemari karena ingin menutup kasus ini?", tanya Thong.

"Benar, Tuan Menteri. Kasus ini sudah bertahun-tahun tidak menemukan petunjuk. Lebih baik kasus ini ditutup saja. Jika ada petunjuk lain maka penyelidikan ini baru bisa dilanjutkan."

Thong Phraya berpikir keras sebelum mengambil keputusan. Kasus hilangnya pejabat kelas dua itu pasti bukan tanpa sebab, apalagi pejabat itu merupakan salah satu pejabat dalam golongan yang berada di pihak Raja. Oleh karena itu, ia mempercayakan Artitthaya untuk menyelidikinya. Tetapi, Artitthaya saja bahkan kesulitan mencari tahu. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya dalang dibalik menghilangnya pejabat itu?

Thong Phraya sebelumnya adalah seorang Adipati di Utara. Sebenarnya Raja yang sekarang menjabat sebagai Raja Kerajaan Keenam adalah rezim pertama setelah berhasil mengkudeta Raja yang sebelumnya.

Raja Yang Agung Don Ratsadathirat sebelumnya hanyalah seorang kepala Biro Kepolisian yang adalah sahabat dekat dari Thong Phraya ketika di Utara. Don berasal dari Utara, sebelum akhirnya pergi ke Selatan dan masuk ke dalam Biro Kepolisian.

Ketika Don masih menjadi kepala Biro Kepolisian, ia menyelidiki kasus yang menyebabkan kematian rakyat. Kematian yang disebabkan oleh kelaparan itu terjadi dimana-mana dan ternyata dikarenakan peraturan penarikan pajak yang menindas rakyat. Raja terdahulu sangat haus akan kekayaan untuk memuaskan hasratnya sendiri tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat. Hingga akhirnya Thong Phraya pun geram karena merasa bahwa Kerajaan Utara sudah terlalu diperas dan terkena dampak dari ketamakan sang Raja.

Don pergi ke Utara untuk bertemu dengan Adipati Thong Phraya dan meminta temannya itu untuk memberontak dan mengkudeta Raja, karena Thong Phraya memiliki prajurit yang mampu melakukan itu. Thong menyetujui ide sahabatnya itu asalkan Don yang menjadi Raja dari Kerajaan Keenam.

Akhirnya terpecahlah perang dalam. Prajurit militer di Utara dibawah pimpinan Thong Phraya menyerang ibukota Kerajaan Keenam yang ada di Selatan dan berhasil membantai sang Raja beserta seluruh keluarga dan antek-anteknya.

Keluarga Lan yang merupakan salah satu golongan pejabat di Selatan berada di pihak Don Ratsadathirat, sehingga tidak ikut dibantai.

Don Ratsadathirat memilih untuk menikahi Ayut Lan yang merupakan putri dari keluarga Lan bukan karena rasa cinta. Tetapi, karena keluarga Lan memiliki kekuasaan di wilayah Selatan berkat kekayaan yang dimilikinya. Sebagian besar Keluarga Lan adalah pedagang yang kaya raya dan keluarga terpandang di Selatan. Sehingga dengan menikahi Ayut Lan maka posisi Don sebagai Raja yang baru akan mendapat dukungan kuat dari kalangan pejabat dan juga rakyat. Meskipun cinta pertama sang Raja adalah istri dari sepupunya sendiri, yaitu ibunda dari Artitthaya.

Setelah Don Ratsadathirat menjadi Raja Yang Agung, Adipati Thong Phraya bersama pasukannya kembali ke Utara. Ia bersumpah pada temannya yang telah menjadi Raja itu bahwa ia akan setia pada Kerajaan Keenam hingga akhir hayatnya dan melindungi sang Raja dalam kondisi apapun. Kemudian Thong Phraya memilih untuk kembali ke Kerajaan Utara dan menjaga perbatasan, serta tidak ikut campur dalam urusan pemerintahan Don.

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang