Part 40: Singa dari Barat

540 79 1
                                    




Ramkham kini telah berusia 10 tahun, tak terasa sudah 6 tahun lamanya ia dan kakaknya belajar di padepokan Kaki Langit. Sehari-hari Ramkham ditemani oleh Singto selaku teman sekamarnya dan orang yang paling dekat dengannya setelah kakak kandungnya. Ramkham sudah menganggap Singto seperti kakaknya sendiri, meskipun ia sering dijahili karena usianya yang paling muda.

Singto, Ramcha, dan seorang teman sekamar Ramcha yang bernama Thien seringkali menjahili Ramkham. Mereka bertiga seumuran, sementara Ramkham yang paling kecil di antara mereka. Orang menyebut Ramkham yang paling kecil dalam geng itu sebagai 'untel bawang', alias sebutan untuk orang termuda dalam kelompok dan kerap menjadi sasaran keusilan.

Ramcha pun tak luput ikut menjahili adiknya sendiri karena teman-temannya. Lagipula mereka hanya bercanda dan candaan mereka tidak sampai menyakiti Ramkham, sehingga Ramcha membiarkannya.

Salah satu kejahilan mereka adalah menipu Ramkham yang masih polos dengan mengatakan bahwa mereka memiliki hewan peliharaan spiritual yang disebut 'pata'. Hewan tersebut hanya dapat dimiliki oleh orang-orang pilihan. Ramkham yang tidak bisa melihat hewan peliharaan kakak-kakaknya itu dikatai tidak bisa melihatnya karena tidak terpilih.

Sebenarnya tidak ada hewan bernama 'pata' itu. Namun Ramkham tertipu karena tiga orang yang kompak menjahilinya sama-sama terlihat seolah memiliki hewan peliharaan itu. Mereka menggendong hewan itu selayaknya menggendong kelinci, mengelus-elus, dan bahkan memberi makan, tapi Ramkham tetap tidak bisa melihatnya.

"Kit juga punya pata!", seru Ramkham pada kakak-kakaknya itu dan malah ditertawakan.

"Mana pata mu? Gak ada itu. Kita gak lihat. Kamu gak boleh bohong adek.", ucap Thien. Lalu Thien menoleh ke arah dua temannya, "Iya kan Rama, iya kan Singto?"

Ramcha dan Singto kompak mengangguk.

Ramkham pun semakin kesal dibuatnya. "Kak Ramcha gimana bisa punya pata?!"

"Rama.", jawab Ramcha.

"Maksudku kak Rama gimana bisa punya pata?!", ucap Ramkham yang mulai meninggikan suara karena kesal.

"Belajar. Hanya orang-orang berilmu tinggi yang bisa dipilih oleh hewan ini. Kamu gimana bisa lihat kalau tiap hari malas meditasi, tiap hari malas latihan bela diri. Lihat kakak-kakakmu sudah menguasai beberapa jurus sementara kamu satu pun tidak.", ujar Ramcha pada adiknya. Sebenarnya ia melakukan pembohongan pada adiknya bukan hanya jahil semata, tapi ia ingin agar adiknya belajar bela diri dengan benar.

Ramkham tidak suka meditasi dan tidak suka belajar bela diri karena baginya gerakan bela diri itu terlalu sulit untuk diikuti. Ia juga yang paling lemah dari murid-murid Kaki Langit lainnya. Akhirnya Ramkham pun menjadi enggan melatih kemampuan bela dirinya, melainkan memilih untuk membaca. Ia menghabiskan waktu sehari-hari di perpustakaan untuk belajar konfusianisme, yaitu etika-etika, filosofi, hingga politik. Dibutuhkan kecerdasan otak untuk memahami buku-buku yang dibaca oleh Ramkham, bukan hanya kekuatan fisik semata. Bahkan Ramcha yang terkenal pintar saja tidak mampu memahami pemahaman filsuf seperti yang dipahami oleh Ramkham di usianya.

Tetapi bukan anak Sam Phraya apabila tidak bertekad kuat. Ramkham merasa tertantang karena tidak bisa melihat hewan spiritual itu. Ia tidak dapat tidur setiap malam karena memikirkannya. Ia pun bertanya pada teman sekamarnya.

"Kak Singto.", panggil Ramkham pada pria yang tidur di tempat tidur di seberangnya.

"Hm?", jawab Singto yang sudah setengah tertidur.

"Kakak ketemu pata nya kakak dimana?"

"Ngapain malem-malem nanya itu? Ini udah lewat jam malam. Mending kamu tidur."

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang