Part 34: Aku Mencintaimu

632 74 13
                                    



Kerajaan Keenam yang berada di wilayah selatan sedang dilingkupi dengan keadaan yang membingungkan. Istri Raja Prasat melahirkan penerus tahta seorang putra, tetapi sang Ratu langsung kehilangan nyawa pasca melahirkan. Sehingga, rakyat di wilayah Selatan tidah tahu ingin berbahagia atas kelahiran seorang putra Raja atau ingin bersedih karena kehilangan seorang Ratu.

Raja Prasat sendiri tak terlalu merasakan kesedihan. Justru ia merasa sangat senang karena mendapat seorang putra. Kehilangan istrinya tak menjadi pukulan berat untuknya, karena ia tidak mencintai istrinya. Hanya saja Raja Prasat tetap harus memasang wajah bersedih di hadapan Penasihat Vajira, ayah dari mendiang Ratu nya.

Keluarga Vajira masih sangat berduka karena kehilangan putri tercintanya. Raja Prasat melakukan prosesi kremasi dan penghormatan terakhir pada Ratunya yang telah tiada dengan raut wajah yang nampak sangat kehilangan. Meskipun hanya tipuan belaka.

Putra Raja Prasat diasuh oleh para pelayan istana dan juga Ratu Ayut Lan. Setelah memiliki seorang putra, Raja Prasat menyusun kembali kekuatan militernya, karena ia masih ingin merebut wilayah Utara. Alasan dirinya berdiam diri selama beberapa tahun adalah untuk mengumpulkan kekuatan militer. Ia mengirim surat perintah ke tiap wilayah Kerajaan milik Kerajaan Keenam, yaitu Tenggara, Barat, Barat Laut, dan Timur. Setiap wilayah diperintahkan oleh Raja Prasat untuk melatih paling sedikit 50.000 orang prajurit yang akan dikirim untuk menyerang Utara.

Di wilayah Selatan, Raja Prasat memerintahkan pada rakyatnya agar seluruh anak tertua laki-laki dari tiap keluarga dikirim ke markas prajurit. Mereka diwajibkan untuk berlatih menjadi prajurit karena keadaan kerajaan sedang genting.

Kerajaan Barat yang telah dipimpin oleh Ratu Somhua juga menerima perintah dari Raja Prasat. Namun, sang Raja belum mengetahui bahwa wilayah Barat telah diambil alih. Ratu Somhua sengaja merahasiakan keberadaannya dan menyuruh salah satu tangan kanannya untuk menjadi Adipati di Kerajaan Barat.

Chai Muang selaku Adipati di Kerajaan Timur tidak setuju terhadap perintah Raja Prasat. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Jika ia melanggar perintah Raja Kerajaan Keenam maka kerajaannya sendiri yang akan menjadi korban karena militernya tak begitu kuat.

Melatih prajurit tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Sebagian besar rakyat yang diwajibkan untuk menjadi prajurit masih anak-anak. Dan mereka telah dipaksa berlatih sejak kecil untuk siap berperang. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir perang tidak berlangsung lagi.

Sam Phraya pun tak melemahkan pertahanan kerajaannya. Ia juga melakukan pelatihan terhadap prajurit-prajurit generasi muda untuk memperkuat militernya. Sam tahu bahwa pada waktunya, Kerajaan Utara pasti akan diserang kembali untuk direbut wilayahnya. Dan peperangan itu tidak dapat dihindari.

Sam melatih putranya, Ramcha untuk menggunakan pedang dan memanah, meskipun usia putranya masih belum mencapai 6 tahun. Sam mempersiapkan putranya itu untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada dirinya. Ramcha harus bisa menggantikannya sebagai Raja jika suatu saat terjadi sesuatu pada Sam. Ia mempercayai putranya, karena Ramcha bukan sembarang anak biasa. Dari sejak bayi, Ramcha telah terbiasa berlatih bela diri dan juga dapat belajar lebih cepat karena kecerdasan yang dimiliki.

Artitthaya menghampiri suami dan putranya yang sedang berlatih di lapangan pedang. Ketika Artit sampai, ia menyaksikan putranya telah terjatuh di tanah dan pedang Sam hampir menebas kepala putranya. Untung saja pedang Sam berhenti beberapa centimeter sebelum mengenai kepala putranya.

"SAM!!!", teriak Artit yang terkejut. Namun, begitu Sam berhenti sebelum mengenai putranya, Artitthaya langsung merasa lega.

"Mengapa begitu terkejut, istriku? Kamu kira aku akan menyelakai anakku sendiri?"

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang