Suda Phraya kini telah tinggal di istana Kerajaan Keenam selama beberapa bulan lamanya. Ia menjalani pelatihan dan mempelajari berbagai tugas, serta tata krama dalam istana jika kelak ia menjadi Ratu di Kerajaan Keenam. Suda mengalami kesulitan dalam menjalani pelatihan untuk menjadi wanita bangsawan seperti yang diinginkan Ratu, karena ia dibesarkan di Kerajaan Utara. Wanita di Kerajaan Utara tidak dituntut untuk menjadi lemah lembut dan sempurna seperti tuntutan di dalam istana Kerajaan Keenam.Suda Phraya harus meninggalkan kegemarannya pergi berburu. Biasanya saat masih berada di Utara, Suda gemar pergi berburu bersama ayahnya dan juga kakaknya, maupun berlatih bela diri bersama kakaknya. Tapi kini, jangankan untuk berlatih bela diri. Suda dilarang untuk menyentuh senjata apapun, karena bukan tugas wanita untuk berperang. Suda diajarkan bahwa tugas wanita hanya untuk menyenangkan suaminya dan ia belajar untuk dapat menyenangkan calon suaminya kelak.
Suda meninggalkan pedangnya dan menyerahkannya pada seorang pengawal ketika akan memasuki pintu istana. Di Utara, setiap anggota keluarga Phraya yang telah menyentuh usia 15 tahun akan dihadiahi dengan pedang ukiran namanya sendiri. Pedang bagaikan jati diri bagi seorang keturunan prajurit di Utara. Ketika harus menyerahkan pedangnya, sama saja seperti Suda Phraya kehilangan jati dirinya. Suda berpikir memang ia harus merelakan kehidupan lamanya, karena ia akan menikah dan tinggal dengan keluarga suaminya. Ia harus menaati peraturan di keluarga barunya kelak.
Selama menjalani pelatihan, ia diperkenankan untuk menghadiri acara makan sang Raja bersama dengan keluarganya. Suda kerap mencuri pandang pada Putra Mahkota dan tetap merasa bahagia setiap dapat melihat sang Putra Mahkota, karena ia telah terbutakan oleh cinta. Suda melakukan apapun untuk menjalani tugasnya dengan baik agar dapat menjadi pasangan yang layak untuk sang Putra Mahkota.
Hingga suatu hari, Suda berkesempatan untuk mencoba langsung pelatihan yang ia jalani. Ia diperkenankan untuk bertemu dengan Putra Mahkota di gazebo istana, masih dalam pengawasan para pengawal dan pelayan istana. Sang Putra Mahkota sedang membaca buku, Suda tidak tahu buku apa itu. Ia berpikir bahwa sang Putra Mahkota sedang membaca buku filosofi atau buku sastra lainnya. Padahal yang sebenarnya dibaca oleh Putra Mahkota adalah buku cerita dewasa tulisan dari seorang rakyat di ibukota yang sedang menjadi trend di kalangan anak remaja.
Suda berlutut di samping sang Putra Mahkota yang sedang duduk membaca bukunya. Suda menuangkan teh dari poci ke sebuah cangkir untuk disuguhkan pada Putra Mahkota.
"Hahaha", tawa sang Putra Mahkota saat membaca tulisan yang menurutnya lucu. Perhatian Suda teralih memandang Putra Mahkota yang terlihat menawan ketika sedang tertawa, sehingga teh yang sedang dituangnya tumpah mengenai pakaian Putra Mahkota.
Putra Mahkota langsung berdiri dan menyibakkan pakaiannya yang terkena tumpahan teh. "Apaan sih?! Menuang teh saja tidak becus!", ucap Putra Mahkota dengan nada membentak.
Suda terbelalak mendengar ucapan Putra Mahkota. Ini kali pertama seseorang membentaknya. Ia memang salah telah menumpahkan teh hingga membuat pakaian Putra Mahkota basah. Tapi apakah ia harus dimarahi seperti itu? Di Kerajaan Utara, pantang bagi seorang alfa untuk berlaku kasar pada omega karena omega seharusnya diperlakukan seperti Ratu.
"Maafkan saya, Putra Mahkota."
"Ehem.", Putra Mahkota nampak berusaha menahan amarahnya. "Lain kali jangan melakukan kesalahan yang aku tidak suka. Jika ingin menjadi istriku, kau tidak boleh melakukan kesalahan."
"Baik, Yang Mulia."
Putra Mahkota melempar bukunya ke lantai. "Sudahlah aku ingin istirahat. Aku sedang tidak ingin diganggu.", ucapnya seraya melangkah pergi meninggalkan gazebo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne
Tarihi Kurgu[SingKit] ⚠️OMEGAVERSE (A/B/O), 21+⚠️ Pada suatu benua yang berada di belahan Bumi bagian utara, terdapat 6 pulau yang memiliki 6 kerajaan dengan wilayahnya masing-masing. Hingga seseorang berhasil menyatukan keenam kerajaan menjadi satu kerajaan ya...