Raja Prasat memanggil tabib istana untuk datang ke pavilionnya karena ia terus batuk tanpa henti. Sakit batuknya sudah cukup lama ia derita. Mungkin lebih dari satu tahun lamanya. Sejak ia menikah dengan mendiang Ratunya."Panggil tabib... uhuk.. uhuk... tabib ..uhuk uhuk...", ucap Raja Prasat yang terus batuk tanpa henti hingga napasnya sesak. Sebelumnya sakit batuknya tak separah ini. Setelah ia meminum obat yang baru malah sakitnya menjadi semakin parah.
Raja Prasat menutup mulutnya dengan telapak tangan ketika terbatuk dan telapak tangannya bersimbah darah. Ia batuk berdarah.
Tabib yang baru datang ke istana pun melihat Raja Prasat yang berteriak-teriak histeris karena batuknya mengeluarkan darah. Tabib istana pun terkejut melihatnya dan sedikit menjauh dari sang Raja. Karena yang tabib itu ketahui, orang yang mengalami batuk berdarah seperti Raja Prasat dapat menularkan penyakitnya pada orang lain.
"Apa yang terjadi padaku... Cepat bawakan obat... uhuk... uhuk..."
"Ampuni saya Yang Mulia.", tabib itu berlari untuk meracik ramuan obat yang ia tahu tak akan berhasil. Karena penyakit seperti itu sangat mematikan dan tidak ada obatnya.
Tabib itu menyerahkan ramuan obatnya untuk diminum oleh Raja Prasat sembari menutupi hidung dan mulutnya dengan kain.
"Ini Yang Mulia."
Raja Prasat langsung meminumnya, tetapi batuknya makin menjadi-jadi hingga mangkok berisi cairan obat itu bercampur dengan darah.
"Tolong aku... Tolong aku...", Raja Prasat seperti tercekik dan mulutnya telah bersimbah darah. Setelah itu ia tak lagi bernyawa.
"Yang Mulia! Yang Muliaaa!!", teriakan histeris sang tabib yang langsung bersujud di lantai.
Teriakan tabib itu membuat pengawal Raja masuk ke dalam ruangan dan menyaksikan Rajanya telah meninggal dunia. Sang pengawal langsung mengarahkan pedangnya pada si tabib.
"Apa yang kau lakukan pada Yang Mulia?! Beraninya kau meracuni Yang Mulia!", gertak sang pengawal Raja.
"Ampuni saya tuan. Saya tidak mungkin berani memberikan racun. Yang Mulia Raja menderita penyakit menular berbahaya yang tidak ada obatnya. Ampuni saya tuan. Ampuni saya. Jangan bunuh saya, tuan."
Namun pengawal itu tak peduli dan langsung membunuh sang tabib. Tabib itu menjadi kambing hitam sebagai penyebab kematian Raja Prasat yang tewas diracun, daripada harus memberi tahu pada seluruh rakyat bahwa Rajanya terkena penyakit menular yang akan membuat takut seluruh rakyat.
Ratu Ayut Lan sangat terkejut hingga jatuh pingsan ketika mendengar kabar putranya telah tiada. Cucunya masih belum genap berusia satu tahun. Siapa yang akan menggantikan menduduki tahta?
Penasihat Lan begitu mendengar kabar cucunya telah tiada langsung merancang rencana agar tahta tak dibiarkan kosong. Ia berencana untuk menjadikan Ratu Ayut Lan sebagai Ratu sementara hingga Putra Mahkota cukup besar untuk dapat menduduki tahta.
Seluruh rakyat Kerajaan di wilayah Selatan menangisi kematian Rajanya. Berita kematian Raja itu pun langsung menyebar ke seluruh wilayah Kerajaan Keenam, beserta dengan kabar bahwa Ratu Ayut Lan kini menjadi Ratu sementara untuk menggantikan Putra Mahkota yang masih terlalu muda.
Seorang wanita memandang dari luar istana Kerajaan Keenam yang sedang membunyikan alat musik gong sebagai pertanda sang Raja telah tiada. Para rakyat bersujud di halaman depan istana sembari menangisi kematian sang Raja.
Sementara itu, wanita berpakaian hitam dengan topi anyaman bambu di kepalanya dan kain hitam panjang yang menutupi wajahnya tidak bersujud sama sekali. Dibalik kain hitam yang menutupi wajahnya, ia tersenyum penuh kemenangan. Wanita itu siapa lagi jika bukan Suda Phraya. Benar, ia yang merencanakan kematian Raja Prasat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne
Fiction Historique[SingKit] ⚠️OMEGAVERSE (A/B/O), 21+⚠️ Pada suatu benua yang berada di belahan Bumi bagian utara, terdapat 6 pulau yang memiliki 6 kerajaan dengan wilayahnya masing-masing. Hingga seseorang berhasil menyatukan keenam kerajaan menjadi satu kerajaan ya...