Part 12: Pesta Kemenangan

689 86 4
                                    



Sam Phraya dan Artitthaya bersama dengan segerombolan prajurit hendak bertolak dari tengah hutan untuk kembali ke ibukota Kerajaan Utara. Kala itu fajar baru saja menyingsing. Sinar matahari yang terpancar setengahnya belum sampai menerangi hingga ke tengah hutan. Di tengah cahaya yang masih sangat minim itu, para prajurit memadamkan api unggun dan mengemasi barang bawaan mereka.

Artitthaya melepas dua peliharaan kesayangannya dari ikatan di pohon. Dua hewan buas itu harus segera kembali ke istana sebelum melewati jam sarapannya atau akan menjadi bahaya.

Sam Phraya menunggangi kudanya dan memimpin gerombolan di depan. Bersama dengan sang istri yang menunggang kuda di sampingnya dan juga dua serigala raksasa yang mengapit di kiri-kanan mereka dan ikut berlari dikala kuda mereka berlari.

Kerajaan Utara sedang berada di musim semi. Hewan-hewan bangun dari hibernasi panjang dan pepohonan kembali menghijau. Bunga-bunga pun bermekaran. Memang Kerajaan Utara adalah wilayah dengan keindahan alam yang tiada tara. Setelah keluar dari hutan, gerombolan itu harus melewati padang rumput yang luas, ditambah dengan menyeberangi sungai melalui sebuah jembatan kayu yang telah dibangun dengan kokoh.

Artitthaya paling suka dengan pemandangan di musim semi. Seakan-akan mengingatkannya akan cintanya ketika awal bersemi. Hingga kini cintanya pun masih berseri-seri, belum gugur dan tidak akan pernah gugur. Ia menoleh ke sampingnya untuk melihat Sam.

Sam menyadari Artit yang sedari tadi memandangnya.

"Apa yang kamu lihat, Artitthaya?", ucap Sam sembari memandang pada Artit dengan lekat dan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

"Aku melihat orang yang kucintai.", Artit mengulurkan tangannya pada Sam yang disambut kembali oleh uluran tangannya. Sam menautkan jemari tangannya ke jemari Artit dan menggenggamnya erat. Lalu Sam menambatkan sebuah kecupan di punggung tangan Artit yang digenggamnya.

Kedua kuda yang Sam dan Artit tunggangi berjalan berdampingan, tidak berlari, hanya berjalan pelan sejenak sembari menikmati indahnya pemandangan padang rumput yang sejauh mata memandang berwarna hijau.

Terbuai dengan pemandangan di sepanjang jalan, tak terasa gerombolan itu telah sampai di depan tembok tinggi yang menjadi pembatas wilayah ibukota. Pintu tembok yang bagaikan benteng itu telah terbuka lebar untuk menyambut kepulangan para prajurit.

Rakyat ibukota telah berbaris berjejer di sisi jalan. Begitu melihat sang Adipati telah pulang dengan kemenangan, para rakyat bersorak dengan lantang dan penuh tenaga.

"HIDUP ADIPATI!! HIDUP KERAJAAN UTARA!!"

Ini bukan kali pertama Artitthaya melihat acara penyambutan rakyat Kerajaan Utara yang sangat antusias menyambut kedatangan sang Adipati dan juga para prajurit. Acara penyambutan itu selalu meriah. Sangat terlihat bahwa rakyat Kerajaan Utara sangat memuja sang Adipati.

Meskipun sebenarnya acara penyambutan kepulangan para prajurit itu tak selalu penuh dengan kebahagiaan. Para prajurit yang berbaris di belakang Artit dan Sam mulai berpencar untuk kembali ke keluarga masing-masing. Tak jarang pula Artitthaya melihat tangisan seorang istri yang suaminya tak berhasil pulang. Walaupun suara isak tangisnya tertutup oleh kericuhan keluarga prajurit yang pulang dengan selamat.

Di dunia yang penuh dengan peperangan itu, setiap keluarga para prajurit telah menyadari risikonya. Para prajurit yang telah gugur di medan perang adalah pahlawan demi menjaga keutuhan wilayah kerajaan yang menjadi rumahnya.

Setiap kembali dari medan perang, Sam Phraya akan mengibarkan bendera Kerajaan Utara di halaman depan istana dan menyalakan obor raksasa untuk menghormati para prajurit yang telah gugur.

Malam saat kembalinya para prajurit dari medan perang, selalu ada acara yang wajib diadakan, yaitu Pesta Kemenangan. Rakyat diperbolehkan untuk berkumpul di halaman depan istana dan menerima makanan ringan yang disediakan oleh dapur istana.

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang