Artitthaya mengajak Sam Phraya ke suatu tempat. Tempat itu adalah sebuah danau yang penuh dengan bunga lotus. Sesuai dengan nama kediaman keluarga Thirat "Danau Lotus", diberi nama seperti itu karena ada danau lotus yang besar di belakang rumahnya.Selain memiliki danau besar, kediaman keluarga Thirat juga dekat dengan sebuah air terjun. Artitthaya mengajak Sam Phraya berkeliling agar mereka tidak merasa canggung. Apalagi setelah mendengar perkataan Sam Phraya yang menginginkan Artitthaya untuk menikah dengannya.
Sifat Sam Phraya yang iseng sejak kecil ternyata belum berubah. Ketika berjalan di pinggir sungai dekat air terjun, Sam Phraya melihat sebuah belalang sembah di dekat rumput lalu menangkapnya.
"Baaaa!!", seru Sam yang berusaha mengejutkan Artit dengan serangga yang berada di tangannya. Ia mendekatkan belalang sembah itu ke wajah Artit. Namun, Artit malah dengan wajah jutek menatap ke arah Sam. Ia tidak tertarik sama sekali dengan bercandaan temannya itu karena sudah menduga Sam akan melakukan itu. Ia sudah melihat belalang itu dari tadi.
"Kamu sudah tidak takut serangga?", tanya Sam Phraya pada Artit. Seingatnya, ketika masih berguru di padepokan, Artit sangat benci serangga—semua jenis serangga apalagi yang bisa terbang dan melompat.
"Mana ada pria berusia 26 tahun yang masih takut serangga?", jawab Artit dengan nada dingin.
"Hahaha....", Sam tertawa canggung.
"Aku bingung mengapa dulu aku bisa berada di samping orang sepertimu.", ucap Artit. "Kamu selalu mengerjaiku dan suka melanggar peraturan. Aku jadi sering kena hukuman karenamu."
Sam Phraya hanya terkekeh. "Tapi kamu selalu mengikuti ide-ide jahilku makanya kita bersahabat. Iya kan, partner kenakalan?"
"Dasar sesat."
***
14 tahun yang lalu...
Kembali ke masa saat Artitthaya dan Sam Phraya masih berusia 12 tahun. Saat itu adalah pertama kalinya mereka bertemu di padepokan Kaki Langit.
Artit mengajak anak laki-laki yang nampak kumal itu ke ruang kesehatan. Disana, seorang senior membantu membersihkan luka yang ada di tubuh Sam.
Senior itu bertanya pada Sam, "Bagaimana kamu bisa terluka?"
"Aku terjatuh saat menaiki tangga menuju puncak gunung karena sedikit pusing.", jawab Sam.
"Sudah berapa lama kamu tidak mandi?", tanya seniornya lagi.
"Satu minggu? Mungkin. Aku sudah lupa."
"Setelah ini kamu mandi, lalu ganti pakaianmu dengan ini. Nanti Aioon juga akan mengantarmu untuk makan."
Seniornya itu pun meminta Artit untuk membantu mengurus Sam, karena dirinya masih sibuk untuk mempersiapkan ujian kelulusan. Ia memberikan obat-obatan pada Artit agar anak itu yang melanjutkan merawat Sam.
Setelah Sam selesai mandi, Artit memintanya duduk lagi untuk mengoleskan obat.
"Hsss... Pelan-pelan, Aioon.", ucap Sam yang merintih kesakitan hingga membuat Artit terkejut.
"Maaf. Sakit ya?", Artit dengan spontan meniup-niup luka yang ada di lutut Sam itu.
"Bagaimana kamu bisa pergi dari utara ke barat? Naik apa kamu?", tanya Artit yang penasaran.
"Naik kapal lah.."
"Kok bisa? Katanya kamu kabur dari rumah? Bagaimana caranya naik kapal?"
"Memangnya darimana asalmu?", Sam malah bertanya balik pada Artit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne
Historical Fiction[SingKit] ⚠️OMEGAVERSE (A/B/O), 21+⚠️ Pada suatu benua yang berada di belahan Bumi bagian utara, terdapat 6 pulau yang memiliki 6 kerajaan dengan wilayahnya masing-masing. Hingga seseorang berhasil menyatukan keenam kerajaan menjadi satu kerajaan ya...