Side Story

1K 84 7
                                        




⚠️Konten Dewasa⚠️
21+
Harap bijak dalam membaca.








Ramkham memiliki hobi berburu di hutan, sama seperti ayahnya. Ia seringkali pergi dari pagi buta menuju hutan, lalu menghabiskan waktu seharian untuk berburu. Tentunya dengan ditemani oleh pengawal pribadinya. Siapa lagi jika bukan Singto?

Belum lama ini, Ramkham mendapat heat pertamanya ketika usianya menginjak 16 tahun. Iya. Ramkham adalah seorang omega. Ketika tubuhnya mengalami demam akibat heat, ibunya langsung memberi Ramkham pil supresan yang sampai kini selalu rutin ia minum ketika siklus heatnya sudah dekat.

"Kak Singto! Itu rusanya!", teriak Ramkham sembari memacu kudanya untuk berlari mengejar rusa buruannya.

Singto mengarahkan busur dan anak panahnya untuk menargetkan rusa yang sedang berlari itu. Sementara kuda yang ditunggangi Singto tetap berlari meski Singto tak memegang kekangnya.

Sayang sekali rusa itu tidak berhasil dipanah, karena tiba-tiba turun hujan lebat sehingga buruan yang telah diincarnya berhasil lepas.

"Pangeran Ramkham, sebaiknya kita mencari tempat berteduh.", ucap Singto sembari memacu kuda yang ditungganginya untuk pergi ke sebuah desa yang letaknya tak jauh dari hutan. Ramkham mengikuti di belakangnya.

Sampailah keduanya di sebuah penginapan yang sangat sederhana, hanya sebuah rumah rakyat biasa yang menyewakan beberapa kamar kepada orang luar yang berkunjung ke desa.

Pemilik penginapan mengatakan bahwa sisa kamar kosong hanya tinggal satu. Dikarenakan hujan lebat, banyak orang yang mampir berteduh di penginapannya. Singto tetap menerima kunci kamar yang diberikan oleh pemilik penginapan, karena ia berpikir dirinya dan Ramkham hanya akan berteduh dan menunggu hingga hujan reda, lalu kembali ke istana.

"Sebaiknya Yang Mulia segera mengganti pakaian terlebih dahulu. Pakaian ganti ini hanya untuk sementara, Yang Mulia.", ucap Singto sembari melihat pakaian Ramkham yang telah basah kuyub terkena air hujan. "Nanti ketika hujan mereda baru kita kembali ke istana."

Ramkham mengangguk dan mengambil pakaian yang diberikan oleh Singto. Hanya sebuah pakaian kalangan rakyat biasa yang didapatkan dari pemilik penginapan.

"Kak Singto gak ganti? Pakaian kakak juga basah."

"Pangeran Ramkham terlebih dahulu, nanti saya setelah Yang Mulia.", jawab Singto sembari tetap menunggu di luar kamar.

Meskipun sudah lebih dari 5 tahun lamanya,  Ramkham masih belum terbiasa dengan sikap Singto yang berbicara sangat sopan padanya hanya karena statusnya sebagai pangeran.

Ramkham telah mengganti pakaiannya dengan pakaian sementara. Pakaian yang sangat biasa dan hanya terbuat dari kain katun polos. Sangat berbeda dengan pakaian berlapis satin dan bordir perak yang sebelumnya digunakan oleh Ramkham.

Singto tidak sadar tengah memperhatikan Ramkham sedari tadi, hingga membuat Ramkham merasa canggung. "Ada apa kak?", tanyanya.

Singto tersadar, "Oh. Tidak apa-apa. Berikan pakaian Yang Mulia, biar saya keringkan."

Seandainya kamu hanya rakyat biasa seperti yang nampak di depanku saat ini...., batin Singto.

Singto juga mengganti pakaiannya dan mengeringkan pakaian basahnya. Ia dan Ramkham menunggu hingga hujan mereda. Namun, hingga matahari terbenam hujannya masih tak kunjung reda.

"Sepertinya malam ini, kita harus menginap disini. Yang Mulia masuk saja ke dalam kamar. Saya akan menunggu disini.", ucap Singto yang sedang duduk bersebelahan dengan Ramkham di depan pintu kamar.

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang