Part 31: Jalan-Jalan

527 73 3
                                    



Artitthaya terbangun di pagi hari. Seperti biasa, Sam masih tertidur di sampingnya. Artit merasa ada yang hilang. Dimana Ramcha?

Artit panik karena putranya itu tidak ada di tempat tidur. Kemana Ramcha? Jangan sampai selama ini semuanya hanya mimpi. Artit langsung bangun dari tempat tidurnya dan berlari keluar pavilion. Ia masih tidak dapat menemukan putranya.

"Ramcha... Ramchaa...", panggil Artit, namun tak ada jawaban. Ia semakin panik. Tidak mungkin selama ini ia bermimpi. Putranya sudah tidur bersamanya selama beberapa hari terakhir.

"Kamu dimana, Ramcha?"

"Disini ibu hehehe...", terdengar suara seorang anak kecil yang berada di belakangnya. Artit langsung berbalik dan melihat putranya telah berdiri di belakangnya.

Artit langsung berlari memeluk Ramcha karena sempat takut akan kehilangan anaknya lagi. Selama beberapa hari terakhir sejak kembalinya Ramcha ke pelukannya memang terasa seperti mimpi. Artit takut jika itu benar hanya mimpi. Tapi Ramcha nyata. Artit pun memeluknya semakin erat.

"Uhhh... Ibu..."

Artit melepaskan pelukannya, "Ibu memelukmu terlalu erat ya?"

Anak itu mengangguk.

"Kamu kemana saja? Ibu mencarimu kemana-mana."

"Aku tadi bangun terus lihat ayah sama ibu masih tidur, jadi aku keluar."

"Lain kali kalau mau pergi keluar bangunkan ayah atau ibu dulu ya, nak... Kamu habis darimana?"

"Dari taman. Aku menangkap ini, ibu.", anak itu menunjukkan sebuah hewan yang ia pegang di tangan. Bukan serangga, tapi ulat.

"HIIII!!!", teriak Artit yang terkejut.

Artit langsung mundur dan dengan cepat menggoyangkan tangan anaknya agar melepaskan ulat itu. "Lepaskan, Ramcha. Jangan sembarangan pegang ulat. Itu kotor. Ada yang bisa bikin gatal-gatal. Ayo kita masuk cuci tangan."

Sam terbangun karena mendengar suara ribut-ribut. Ia melihat istrinya yang sedang menarik putranya masuk ke dalam kamar mandi.

"Sedang apa?", tanya Sam yang berdiri di dekat pintu kamar mandi.

"Ramcha habis pegang ulat, jadi aku mau bersihkan tangannya.", jawab Artit. "Jangan pegang-pegang hewan di taman lagi ya, kotor nak.."

"Iya ibu."

Sam hanya terkekeh pelan ketika melihat Artit mengomeli anaknya sembari sibuk mencuci tangan dan kakinya. Ia teringat akan perlakuan ibunya padanya dulu.

"Nanti jalan-jalan ke pasar yuk. Ramcha belum pernah, kan?", ajak Sam pada Artit dan Ramcha.

"Yeee ke pasar!!", seru Ramcha yang langsung riang.

Sam, Artit, dan Ramcha mengenakan pakaian biasa, bukan pakaian resmi kerajaan, lalu mereka keluar dari istana untuk pergi ke pasar yang tak jauh dari istana. Begitu sampai di pasar, para rakyat yang tinggal di ibukota kebanyakan sudah mengenali wajah Raja dan Ratunya. Mereka langsung membungkuk untuk memberi hormat dan menyapa, "Yang Mulia... Semoga Yang Mulia sehat selalu."

Sam tersenyum, "Terima kasih."

Sepertinya hanya di Kerajaan Utara saja, rakyat biasa bisa berbicara secara langsung dengan sang Raja. Kebanyakan di wilayah Kerajaan lain, rakyat bahkan tidak mengetahui bagaimana wajah pemimpin mereka, karena pemimpin mereka tak pernah mau berbaur dengan rakyat jelata. Sangat berbeda dengan Utara. Oleh karena itu, rakyat di wilayah Utara sepenuhnya segan dan mendukung keputusan pemimpin mereka untuk menjadikan Kerajaan Utara mandiri.

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang