Part 10: Selir

919 93 7
                                    


⚠️Konten dewasa⚠️
21+
Harap bijak dalam membaca.













Sam Phraya menggandeng istrinya ke dalam kamar miliknya, lalu menyuruhnya untuk menanggalkan seluruh pakaiannya.

"Aku harus memastikan tidak ada luka di tubuh istriku."

Sam memperhatikan tubuh telanjang Artit, ia mencari adakah luka yang dialami oleh istrinya itu meskipun Artit sudah mengatakan ia tidak apa-apa.

"Lihat kan? Aku gak terluka sama sekali. Kamu gak lupa kan? Aku ini Artitthaya..."

"Aku hanya ingin memastikan. Aku belum merasa tenang jika belum melihat langsung", jawab Sam.

Artit mendaratkan kedua tangannya di dada suaminya.

"Sekarang giliran kamu yang buka baju. Aku juga mau lihat ada luka apa gak."

"Aku gak pergi berperang, istri..."

Artit mengerucutkan bibirnya karena suaminya itu tidak memahami maksud terselubungnya.

"Ada apa istri? Kamu nampak kesal."

"Iya aku kesal mengapa Adipati Sam Phraya tidak peka?"

Sam menatap pada Artit dengan raut wajah yang benar-benar tidak mengerti apa yang diinginkan oleh istrinya. Artit pun akhirnya berbicara jujur meski sedikit gelagapan dan salah tingkah.

"Kamu sudah meninggalkanku sendirian lebih dari satu minggu. Apa kamu tidak rindu?"

Oh. Hahaha Artitthaya..., batin Sam yang akhirnya memahami apa yang diinginkan oleh istrinya. Ia butuh asupan secara lahiriah dan batiniah.

Sam Phraya pun duduk di tepi ranjangnya.

"Tentu saja aku rindu. Kemari. Lakukan apapun yang kamu mau."

Artitthaya tersenyum padanya dan langsung saja menurunkan celana milik Sam hingga menunjukkan barang bagus Sam yang masih belum bangkit.

Artit berlutut di hadapan Sam dan memasukkan barang yang masih lemas itu ke dalam mulutnya. Ia mengulum sembari mengelus dari pangkal hingga ke ujung barang lunak itu. Lama-kelamaan urat-urat di sekujur barang itu mulai mengeras dan berdiri tegap seperti batang pohon ketika berada di dalam rongga mulut Artit. Lidah Artit sibuk menari-nari di atas tudung batang keras itu hingga membuat sang empunya meloloskan napas berat.

Artit mendongak untuk menatap suaminya sembari mulutnya masih sibuk mengulum. Sam menyeringai pada Artit.

"Hahh... Dimana kamu belajar melakukan ini?"

"Hmmh.. kawu swuka ga?", ucap Artit yang tidak jelas karena mulut kecilnya penuh sesak.

Sam Phraya memberi tanda dengan tangannya agar Artit berdiri. Artit pun menghentikan kegiatannya dan berdiri. Lengan Sam merengkuh pinggang istrinya dan mendudukannya di atas pahanya.

Kedua tangan Sam meremas bokong bulat milik istrinya sembari menggesekkan batangnya ke belahan bokong istrinya.

"Suami... Jangan menggodaku. Cepat masukkan."

"Sebegitu rindu kah kamu padaku?"

"Kata siapa aku rindu kamu? Aku rindu barang bagusmu."

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang