8. Faynara Jadi OG?

98 11 0
                                    

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Sarah yang tengah duduk santai memangku majalah menyambut uluran tangan Adrian dan Fay.

"Fay, sini duduk!"

Fay menurut, duduk di sebelah Sarah yang memakai hijab instant berwarna cokelat susu. Dipadukan dengan gamis berwarna hitam.

"Adrian, Mama seneng deh akhirnya kamu mau buka hati buat gadis seperti Fay."

"Mama harap, kalian bisa serius menjalani hubungan biar langgeng sampai pelaminan," lanjutnya. Membuat kedua orang disebelah kanan dan kirinya saling bertatapan.

"Adrian sih iya saja Ma, coba Mama tanya ke Fay gimana?"

Sarah tersenyum menghadap Fay, tangannya mengelus surai gadis yang beberapa hari ini menjadi kesayangannya. "Gimana, Sayang?"

Fay tersenyum remeh pada Adrian yang bersedekap dada. Menatap sarah dengan seulas senyum.

"Em Fay gimana ya Tan, soalnya Mas Adrian aja belum ngomong dia sayang sama Fay."

Adrian membelalakkan mata, tidak menyangka sama sekali bahwa Fay berani berkata semacam itu. Berdehem keras, menormalkan suara. Siap berbicara pada Sarah yang sudah beralih menatapnya.

"Kamu nggak gentle banget jadi cowok! Kalau memang sudah suka ya ungkapkan Adrian."

Sarah geram, ia meninggalkan kedua anaknya yang masih bersitegang menggunakan tatapan mata yang siap menerkam masing-masing.

"Kamu ngapain ngomong begitu?"

"Dih, kan lo duluan yang mancing." Fay berdecak sebal.

Beranjak pergi, Fay meninggalkan Adrian menuju kamarnya untuk mengemasi pakaian dan barang lainnya. Untuk keputusannya kali ini, ia tidak tahu apakah Sarah dan keluarga Adrian akan keberatan atau malah dengan senang hati mengizinkannya pergi.

Melirik jam dinding yang menunjukkan angka setengah delapan, ia turun dari kamar yang memang tersedia di lantai atas. Menggendong tasnya dan melangkah ke dapur tempat semuanya berkumpul untuk makan malam.

"Sini Fay, duduk. Kita makan!" Suara Diana membuat Ardan dan Sarah menoleh ke belakang.

Tatapan heran dilayangkan pada Fay yang berdiri dengan tas punggungnya. Adrian duduk tegak, menyuruh Fay duduk di sampingnya. Adrian mulai menjelaskan.

"Jadi gini Ma, Pa, Mbak. Fay sudah dapat pekerjaan di kafe dekat rumah sakit milik Adrian. Dia ingin mandiri dan tidak ingin merepotkan kita. Makanya tadi siang Adrian sewakan kontrakan. Oh iya rumahnya juga dekat dengan rumah sakit, jadi jika Mama atau Mbak ingin berkunjung silahkan. Ya Fay?"

Fay mengangguk. "Maaf semuanya, bukan bermaksud tidak menghargai kalian. Hanya saja Fay em tidak enak jika terus berada di sini. Fay harap, kalian semua paham."

Semuanya mengangguk menjawab tak apa walau sebenarnya berat. Diana menyadari sesuatu, gadis cantik berhijab itu menatap lekat Fay.

"Kamu kerja di kafe?" Fay mengangguk.

"Kalau nggak salah, kamu pernah bilang ke aku. Kuliah jurusan kedokteran. Ya kan? Yang waktu itu aku juga sempat nawarin kamu jadi asisten Adrian."

Fay menganga, tidak percaya bahwa Diana ingat perkataannya beberapa waktu lalu. Adrian menoleh ke arah Diana. "Benarkah? Mbak salah dengar kali, Fay itu kuliah jurusan hukum. Dia sendiri yang bilang."

Kakak beradik itu mulai berargumen, membuat Ardan dan Sarah kebingungan.

"Stop," sela Ardan. Dirinya menatap anaknya dan bergantian menatap Fay yang tengah menatapnya kikuk.

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Where stories live. Discover now