Fay memandang sinis ke arah suaminya yang keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk menutup setengah tubuh. Ketika Adrian mendekati lemari, Fay mulai bersedekap dada.
“Mas ...,” panggilnya geram. Adrian menoleh dengan sedikit terkekeh.
“Iya. Diangkat dulu, baru diambil. Seperti ini?”Adrian praktik mengambil kaus yang berada di tengah-tengah tumpukkan pakaiannya. Sesuai instruksi Fay, lelaki itu mengangkat pakaian yang berada di atasnya, kemudian barulah ia menarik kaus yang menjadi inginnya.
“Tumben.” Fay menjatuhkan tubuh ke ranjang, kemudian menyilangkan kaki. Santai.
Usai berpakaian. Adrian mendekati Fay dan menarik pipi sang istri yang makin terlihat tembam. Belakangan ini, Fay sering memarahinya karena hal-hal yang sebenarnya sepele. Itu membuat Adrian gemas.
“Ke dokter kandungan, yuk!” Adrian mengelus perut Fay.“Siapa tahu sudah ada baby-nya.”
Berikutnya, Adrian merebah di pangkuan Fay. Kepalanya dihadapkan ke perut, dan dia mulai membacakan doa agar di dalam perut sang istri segera terisi.
“Enggak akan diulangi lagi, kok," ujar Ardan, lelaki itu bahkan mengangkat kedua jarinya kepada Sarah.
Adrian tersentak, dia berdiri meninggalkan meja makan dengan lesu. Percakapan kedua orang tuanya tentang kebiasaan menarik baju hingga berantakan tadi, membuatnya berangan-angan hal yang sama dengan Fay. Sudah tiga hari ini, Adrian berusaha mencari. Namun, hasilnya nihil. Mencoba menghubungi Ridho, tidak pernah digubris. Dan yang paling menyakitkan, nomornya telah diblokir oleh sang istri.
Adrian membuka sosial media. Dia ingat, jika Fay memiliki akun Instagram. Dengan harapan yang besar, Adrian memulai dengan ‘bismillah’. Postingan terakhir adalah dua hari yang lalu. Terdapat potret gadis yang dicinta menggunakan gamis berwarna ungu dengan hijab sepadan. Entah di mana tempatnya, tubuh Fay membelakangi namun wajahnya menoleh. Gadis itu menunjukkan bunga. Di slide kedua, Fay menghadap langit dengan mata terpejam. Tangannya menangkup seperti tanda permohonan.
“Saya rindu, Fay ....” Adrian mengirimkan direct message dengan tangan bergetar. Masihkah sudi sang istri memberi maaf kepadanya?
Hingga satu jam lamanya, pesannya tak kunjung dibalas.Adrian belum patah semangat. Lelaki yang merebahkan diri dengan pakaian santai itu mulai membuat akun baru.
[Saya rindu, Fay ....]
Fay menjauhkan ponsel ketika Fanya mendekatkan wajahingin tahu. “Bukan apa-apa.”
“Satu jam lagi aku mau balik ke Jakarta. Kita jalan-jalan sebentar, yuk!”
Fay dan Fanya duduk bersisian di sebuah kedai. Bakso dipesan sebagai menu makan siang setelah kurang dari satu jam mereka mengelilingi mal.
“Kamu kayak selebgram aja, sih. Hape-nya bunyi terus.” Fanya terkekeh.
Gadis yang diejek itu menenggak es jeruk yang sudah dipesan. Ada satu akun dengan nama Fana mengomentari postingannya dua harilalu.
[Cantik sekali. Sudah punya suami, Mbak?]
Melihat wajah Fay mengerut bingung. Fanya mendekatkankepala. “Dih, enggak usah dilayani. Biasanya yang kayak gitu laki-laki modus.Nama akunnya cewek, ternyata aslinya cowok.”
“Benarkah?”
Fanya mengangguk mantap.
°•°
“Sepertinya karena komentar itu, Fay jadi curiga. Aku buat lagi, deh.”
[Mbak.] Dibubuhkan stiker tangan melambai sebagai sapaan.Adrian berdebar ketika Fay menerima pesannya. Tak lama, gadis itu juga terlihat mengetik balasan.
[Kenapa, ya?]
[Mbak cantik sekali. Kenalkan saya Yaya. Hehe.]
[Salam kenal. Saya Faynara.]
[Mbak bisa cantik gitu, apa si rahasianya?]
Adrian mengulas senyum melihat Fay terus mengetik membalas pesannya. Dia akan perlahan memulai agar tidak menimbulkan curiga.
[Enggak ada rahasianya, sih. Mungkin sudah dari lahir?bAhaha, tapi saya tidak merasa cantik.]
“Gemes banget, si, Fay. Bagaimana bisa kamu seakrab ini bertukar pesan dengan orang yang baru dikenal?”
[Mbak Fay ini orang mana? Kok, mendadak saya ingin ketemu dengan orang seramah kamu, Mbak.]
Hingga menit kelima, Adrian baru membuka mata. Dia menghela napas kecewa. Fay tidak lagi menjawab.
°•°
“Kamu hati-hati, ya.” Fay mengantar Fanya hingga keluar rumah. Mobil Erwin sudah datang menjemput.
Setelah Fanya dan Erwin pergi, Fay membuka ponsel. Balasan dari teman dunia maya membuatnya kembali mengembangkan senyum. Dia merasa dekat.
“Ah, tapi bukankah terlalu singkat jika langsungmemberikan alamat. Bisa saja dia adalah orang jahat. Astagfirullah, Fay ... jangan suuzan.”
Pada akhirnya, Fay memilih menuliskan alamat pada orang yang baru dikenalnya tersebut.
[Abang udah ada di luar.]
Fay tersenyum membuka pintu, membiarkan Ridho masuk dengan tatapan menggoda.
“Sayangnya, Nur lagi di pasar.”
“Heh, apa maksudmu?”
Ridho dipersilakan duduk, sedangkan Fay menuju ke dapur untuk membuat minum. Getaran yang berasal dari saku gamis membuatnya berhenti dari kegiatannya mengaduk kopi.
[Kapan-kapan saya mampir. Senang berkenalan denganmu. Jika ada hari yang menyenangkan, kamu bisa berbagi.]
Fanya tersenyum lebar. Kebetulan, beberapa hari lagi menuju ulang tahunnya. Daripada hanya dirayakan olehnya dan Nur. Alangkah lebih baik jika mengundang orang itu sekalian.
[Kebetulan sekali, kamu bisa datang tiga hari ke depan untuk ikut berpartisipasi dalam acara ulang tahunku. Aku ingin sekali-kali merayakannya.] Fay membubuhkan emotikon tertawa. Merasa lucu ketika umurnya yang tidak lagi muda ingin merayakan hari lahir dengan kue dan nyanyian Happy Birthday.
“Sejak kapan Bapak kembali?”
“Baru saja.”
Fay mendengarkan dari balik tembok. Percakapan keduanya sangat canggung. Ridho lebih memilih memindai layar ponsel daripada menyuruh gadis dengan kantong belanjaan itu duduk. Atau paling tidak ... menatapnya.
“Em ... Nur, terima kasih sudah menjaga Fay dengan baik.”
Nur menunduk.
“Sama-sama,Pak. Sudah menjadi tugas saya.”
Demi menghilangkan kecanggungan yang terjadi, Fay pura-pura tidak tahu apa pun dan langsung menaruh kopi untuk Ridho.
“Ayo, Nur. Aku bantu bawa belanjaannya. Kasihan banget,ada cowok tapi enggak peka.” Fay melirik Ridho. Karena merasa disindir, maka tanpa banyak bicara Ridho mengambil alih kantong belanjaan dari tangan Nur.
“Kaku banget, ya.” Fay dan Nur terkekeh melihat Ridho menuju dapur tanpa kata.
°•°
To be continued ....Betewe, untuk reader yang budiman, silahkan tinggalkan kesan kalian di part ini dengan bahasa yang sopan.
Em... Kira-kira nanti Fay ketemu sama Adrian gak ya? Itu dokter satu juga usil banget siii. Nanti kalau ketahuan, terus Fay kecewa lagi gimana? Bakalan lama dooong baikannya. Author capek uy ngurusin kalian berdua. -_-
![](https://img.wattpad.com/cover/288211292-288-k460901.jpg)
YOU ARE READING
Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)
RomanceKesakitan yang didapat dari kedua lelaki yang pernah dipanggilnya ayah juga kematian sang ibu dua tahun lalu, membuat Gilsha Faynara membenci seorang laki-laki. Pertemuannya dengan dokter muda melalui sebuah peristiwa membuat hatinya goyah. Dengan...