“Selamat pagi, Sayang,” sapa Adrian ketika melihat Fay keluar dari rumah.
“Sayang-sayang, pala lu.”
“Astaghfirullah ... Fay.”
“Ngapain pagi-pagi ke sini.”
“Saya mau mengantar kamu, hari ini jadwal pemotretan, kan?”
Hari ini, seperti yang diketahui Adrian. Fay akan melakukan pemotretan menjadi model gamis masa kini. Tubuh Fay yang ideal dan parasnya yang ayu mampu menarik perhatian sang pencari model.
“Gue bisa berangkat sendiri, ah.”
“Tidak, kamu itu harus biasa saya antar ke mana-mana.”
Fay membenarkan penampilannya. Gadis dengan rambut sepunggung itu memakai celana kulot putih dan sweater crop merah hati.
“Nggak pede pakai ginian, lo ngasih pakaian gini amat,” keluh Fay. Pakaian itu memang Adrian yang belikan. Karena mana mungkin Fay mempunyai model pakaian yang sedikit saja menyerupai pakaian wanita.
“Itu lebih baik, no debat, Sayang.” Adrian mengelus surai milik Fay.
Keduanya masuk mobil setelah sedikit berdebat. Seakan tidak pernah ada hari tanpa perdebatan bagi mereka berdua.
“Lo pernah pacaran, nggak?”
Adrian melirik Fay, terbit senyum sinis dari wajahnya. “Ya kamu pikir sendiri lah, masa cowok keren seperti saya tidak pernah pacaran.”
“Mantan saya banyak asal kamu tahu, Fay.”
“Lo pernah nyakitin hati cewek?”
Tatapan Fay lurus, suaranya terdengar lirih. Dan Adrian belum menyadari itu.
“Mungkin sering, kan saya yang mutusin mereka. Kata orang, cewek kalau diputuskan sakit hati.”
Setelah jawaban itu yang meluncur dari Adrian, Fay tiba-tiba menjadi diam seribu bahasa. Adrian yang merasa aneh kembali bertanya, “memang kenapa? Kamu pernah disakiti cowok ya?”
Sejujurnya, apa yang dikatakan Adrian tidak benar sama sekali, bahkan Adrian tidak pernah dekat dengan wanita mana pun kecuali dengan Sarah, Diana dan satu lagi.... Angeline, dia teman masa kecil Adrian yang berprofesi sebagai dosen. Tapi sekarang ia bekerja di salah satu Universitas Jepang.
Ah, Adrian jadi ingat, bagaimana dulu ia memaksa agar Angeline tidak pergi meninggalkannya. Waktu itu, Angeline menunjukkan surat panggilan kerja. Adrian dengan senang hati membukanya, tapi nyatanya senyum itu luntur seketika melihat Negeri Sakura yang menjadi pilihan gadis itu bekerja.
“Kamu yakin? Kamu tega ninggalin aku,” tutur Adrian waktu itu.
“Tega atau tidak, ini demi masa depan, Adrian. Ini impian aku.”
“Ya terserah kamu.”
Angeline memeluk Adrian erat sebagai tanda perpisahan, Adrian yang notabenenya sebagai laki-laki bahkan sampai mengeluarkan air mata karena rasa sayangnya pada Angeline yang memang sudah terjalin lama. Hingga saat ini, Adrian dan Angeline sama-sama tidak pernah saling bertukar kabar. Mereka sibuk dengan impian masing-masing.
YOU ARE READING
Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)
Storie d'amoreKesakitan yang didapat dari kedua lelaki yang pernah dipanggilnya ayah juga kematian sang ibu dua tahun lalu, membuat Gilsha Faynara membenci seorang laki-laki. Pertemuannya dengan dokter muda melalui sebuah peristiwa membuat hatinya goyah. Dengan...