"Assalamu'alaikum."
Jawaban salam terdengar ramai, rupanya keluarga dari Solo sudah datang. Ardan adalah anak kedua dari dua bersaudara. Istilahnya adalah anak sulung.
"Iki sopo ta? Kok ayu tenan." (Ini siapa? Kok cantik sekali).
Wanita puluhan tahun dengan kebaya yang membungkus tubuh kurusnya dengan sanggul besar di kepala itu mendekati Fay, gadis itu tanggap, menyalami wanita itu dengan takzim.
"Jenengmu sopo?" (Namamu siapa?).
Fay yang sama sekali tidak mengerti bahasa Jawa itu hanya tersenyum. Rupanya Mbah Ningsih paham, nenek Adrian itu tersenyum dan menyuruh Adrian agar menjadi penengah.
"Nenek tidak tahu bahasa Indonesia sama sekali," ujar Adrian.
"Aku juga nggak tahu bahasa Jawa," balas Fay lirih.
"Mbah, badhe ngendiko nopo?" (Mbah, mau bicara apa?).
"Jenenge cah ayu kui sopo?" (Namanya gadis cantik ini siapa?).
Fay mengangguk mengerti ketika Adrian menerjemahkan kata yang diucapkan Mbah Ningsih, Adrian bahkan mengajari Fay membalas menggunakan bahasa Jawa juga.
"Kulo, Fay."
Kalimat itu keluar dengan kaku. Fay meringis merasa malu dan tak nyaman karena keluarga besar Adrian tengah berkumpul. Sekali lagi, Fay introvert, seseorang yang introvert cenderung lebih suka menyendiri dan merasa tidak nyaman saat banyak orang.
Suara salam terdengar, masuk lelaki seumuran Erwin dengan perempuan menggendong anak berusia lima tahun. Disusul dari belakang, lelaki seumuran Adrian datang dengan pakaian casual. Keren dan macho karena otot-otot bisepnya hanya terbalut oleh kaos putih yang pas di bagian lengan atas.
"Hai, Bro!" ujar lelaki berpakaian casual tadi pada Adrian. Dia duduk di tengah antara Adrian dan Fay. Kepalanya menoleh ke Fay.
"Hai, kamu siapa?"
Adrian melirik sinis, ia tahu betul seperti apa kelakuan Abang sepupunya ini. "Bang Ridho, jangan godain dia, dia calon istriku."
"Halah, dari dulu, waktu Angeline di sini kamu nggak segitunya. Nggak usah ngaku-ngaku, lah."
Ridho kembali menoleh, lelaki itu tersenyum kembali ke arah Fay. "Kamu cantik," pujinya pada Fay yang masih menampakkan wajah datar.
"Faktanya, cewek cuek seperti kamu ini lebih menarik. 90% laki-laki akan merasa lebih penasaran dan tertantang untuk mendapatkan."
Ridho, lelaki yang berprofesi sebagai psikiater itu masih mengajak Fay bicara, gadis itu masih sama. Ia menunduk dan gelisah.
"Kamu nggak asyik deh, saya ini tipe banyak bicara," ungkapnya. Lelaki itu bangkit dan beranjak pergi. Tinggal Adrian dan Fay di sana. Mbah Ningsih sudah pergi beberapa menit lalu karena harus menemani sang cicit bermain.
"Mas, aku butuh udara segar kayaknya, boleh kita keluar bentar, nggak?"
°•°
YOU ARE READING
Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)
Storie d'amoreKesakitan yang didapat dari kedua lelaki yang pernah dipanggilnya ayah juga kematian sang ibu dua tahun lalu, membuat Gilsha Faynara membenci seorang laki-laki. Pertemuannya dengan dokter muda melalui sebuah peristiwa membuat hatinya goyah. Dengan...