“MAS RIAN!”
Adrian menegakkan badan mendengar suara itu, wajah Fay bersungut sebal dengan tangan melambai di depan wajah lelaki yang memasang muka bingung sekaligus terkejut.
“Kok, kamu masih di sini?” tanya Adrian menatap datar gadis dengan kaos putih di depannya. Alis Fay terpaut mendengar pertanyaan Adrian. “Maksudnya? Lo ngusir gue!”
Nada suara Fay naik beberapa oktaf, Adrian meraup wajah kasar. Dirinya hanya membayangkan Fay pergi. Huuhh... Jika benar rasanya menyakitkan seperti yang ada di bayangan. Maka ia tidak akan membiarkan gadis yang mengisi hari-hari terakhirnya pergi.
“Ayo, kamu ikut saya kerja.” Tangannya menarik lengan Fay dengan cepat membuat gadis ayu itu menatap heran. “Motor gue udah jadi!”
Bentakan Fay membuat Adrian sadar dan melepaskan tangan, dirinya menatap kikuk pada Fay yang sibuk membereskan penampilannya. Terlihat mengambil sesuatu dari dalam saku celana jeans andalannya. Tangannya memegang sebuah ikat rambut, mengumpulkan rambutnya menjadi satu dan mengikatnya dengan gerakan luwes.
Adrian mendekat maju, tangannya menggapai kepala bagian belakang Fay. Menarik ikat rambut itu membuat rambut Fay kembali tergerai. Fay menatap horor sekaligus bingung mendapati keanehan pada lelaki yang tengah berada di depannya. Adrian mengacak rambutnya pelan. “Kamu lebih anggun kalau rambutnya digerai, tidak terlalu mirip dengan cowok.”
“Kamu bawa motor sendiri ngikutin saya di belakang. Ingat, tidak boleh ngebut dan jangan coba-coba mau kabur dari saya!” perintahnya, Adrian melenggang masuk ke mobil begitu saja. Meninggalkan Fay yang masih diam tak bergeming di tempatnya.
Dengan gerakan pelan, Fay menaiki motor Ninja-nya, memasang helm dan mulai melajukan motornya mengikuti kendaraan beroda empat di depannya. Pikirannya melayang pada hari-hari terakhir, dimana dirinya yang seakan menurut dan sering berdebar di dekat dokter muda itu.
Kepalanya geleng-geleng menyangkal, tidak mungkin jika aku mencintai dia secepat ini. Dan melupakan trauma di masa lalu. Gumamnya dalam hati.
Pemandangan itu tentu tak luput dari arah pandang pemuda yang menuntunnya di depan, matanya melirik melalui spion mengamati gadis yang dengan angkuh duduk di motor besar yang umumnya digunakan pria. Sobekan dilututnya yang menekuk begitu kentara. Adrian menghela napas lega, hendak menghembuskan tapi justru ingat dengan ucapan absurd beberapa menit lalu.
“Kamu kalau ambil napas, jangan dikeluarkan lagi, mubazir. DOSA!”
Mengingat perkataan dengan sedikit tekanan pada akhir kalimat itu membuatnya terkekeh sendiri hingga matanya ikut membentuk sebuah garis, lesung pipinya ikut muncul beberapa saat. Memutar kemudi belok ke arah kiri dengan tetap mengawasi gadis di belakangnya. Antisipasi siapa tahu Fay kabur begitu saja.
Keduanya turun dari dua kendaraan berbeda, seketika orang yang berlalu lalang mulai berbisik. Bahkan tak segan sampai ada yang menghentikan langkah hanya untuk sekadar mengamati gadis yang bersama pemilik rumah sakit.
“Ayo!”
“Bentar dulu, gue mau minta nomor ponsel lo!” Tangan Fay menengadah memegang ponsel, siap mengetik beberapa angka yang akan disebutkan Adrian.
![](https://img.wattpad.com/cover/288211292-288-k460901.jpg)
YOU ARE READING
Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)
RomanceKesakitan yang didapat dari kedua lelaki yang pernah dipanggilnya ayah juga kematian sang ibu dua tahun lalu, membuat Gilsha Faynara membenci seorang laki-laki. Pertemuannya dengan dokter muda melalui sebuah peristiwa membuat hatinya goyah. Dengan...