Tak ingatkan dulu, di sini kalian kayaknya bakal mikir, "Ih, kok gini banget si ceritanya? Maksa!"
Atau ... (Isi sendiri di kolom komentar setelah selesai baca ya nanti).
Happy Reading!
.
.
.“Apakah kado untuk Fay sudah siap, Tuan?”
“Ah iya,” sahut Ridho menanggapi ucapan Nur. Keduanya lantas berjalan beriringan hendak menghampiri Fay.
Binar bahagia begitu kentara di manik cokelat Ridho, lelaki itu membayangkan ekspresi Fay ketika menerima hadiah spesial darinya. Sedangkan Nur hanya menguntit di belakang sang majikan, membawa kotak kecil sebagai kado ulang tahun gadis bernama Faynara.
Ridho meraih pintu yang terhubung ke taman, sesaat dia dan Nur saling berpandangan melihat tidak ada siapa pun di sana. Bukankah seharusnya ada Fay dan teman barunya? Ke mana mereka? Mengapa hanya ada kue yang telah dipotong sebagian?
Telah benar-benar merasakan ketidakhadiran Fay, Nur spontan meneriakkan nama itu berulang kali. Ridho pun sama. Keduanya akhirnya memutuskan untuk berpencar mencari Fay ke setiap ruang yang ada di rumah mewah.
Puluhan menit berlalu, barulah Ridho sadar, jika dia bisa menghubungi Fay lewat telepon pintar yang tengah dia genggam. Mengapa tidak kepikiran sejak tadi? Dasar bodoh!
Nur datang dengan napas putus-putusnya.
“Tidak ada di mana-mana, Tuan.”Ridho mengangguk. Mempersilakan Nur duduk di sofa yang sama dengannya dan mulai menunjukkan isyarat diam. Dia akan mulai menghubungi Fay agar tahu keadaan gadis itu.
Sialnya, justru suara operator yang menyahut setelah beberapa kali berdering.
Nur inisiatif berjalan ke taman. Melihat ponsel tergeletak dengan layar menyala di tengah rumput, gadis itu langsung berpikir macam-macam. Dia berteriak, membuat Ridho mendekat dengan wajah panik.
“Ada apa?”
“Ini milik Fay, Tuan. Lalu, lalu apakah Fay ... dia ....”
°•°
“Saya hancur, perasaan sesal dan salah terus menghantui. Saya mikirin kamu terus, Fay. Saya kalut, tidak tahu lagi bagaimana cara supaya kamu bisa kembali selain cara tadi.” Adrian menunduk menyesali perbuatannya, tangannya terpaut dengan Fay. Sangat erat, menunjukkan bahwa dirinya takut kehilangan gadis tersebut.“Dan soal masalah yang lalu, tidak ada kata selain maaf. Itu pun tidak bisa merekatkan kembali hati kamu yang telanjur patah. Saya akui, saya adalah orang yang keras kepala, saya adalah orang yang mudah terhasut, saya juga tergesa-gesa setiap kali mengambil keputusan.” Mata lelaki itu berkaca, untuk kali ini, biarkan dia menangis di hadapan gadis tercinta. “Saya salah, saya minta maaf.”
Fay menyeka lelehan di pipi, gadis itu bimbang. Satu sisi sangat mencintai Adrian, satu sisi telah merasa tersakiti. Kepercayaannya kepada lelaki itu perlahan hilang, takut suatu saat hal semacam itu kembali terulang.
“Fay ....” Mata itu memandang sendu, seperti anak kucing yang tengah memohon meminta makan, maka Adrian sedang memohon ampunan dari sang istri.
Panjang lebar Adrian mengutarakan kalimat maaf, maka selama itulah air mata terus turun dari mata Fay.
“Mas, kamu udah lega?” tanya Fay tiba-tiba. Gadis itu memegang bahu Adrian yang tengah duduk bersimpuh di kakinya.
“Belum, selama kamu belum mau memaafkan saya dan mengatakan akan kembali, saya belum lega.”
Perlahan, tangan lentik Fay menuntun sang suami agar duduk bersisian dengannya.
“Siapalah aku jika bukan karena kamu? Permintaan maaf Mas, aku terima.” Terukir senyum kecil di bibir. Adrian menggeram senang. “Tapi ....”
Kata terakhir yang menggantung membuat Adrian menegang. Fay memegang lengannya masih dengan senyum terukir di wajahnya yang cantik.
“Untuk melupakan semua itu aku butuh waktu. Percaya atau tidak, kamu sendiri yang telah merusak kepercayaanku, Mas. Sekuat-kuatnya aku menahan untuk tidak membencimu, itu terjadi. Aku banyak melihat lelaki lebih baik darimu di luar sana. Tapi kembali lagi, aku bukan siapa-siapa jika tidak karena kamu. Untuk itu ... tolong bantu aku mengembalikan kepercayaanku padamu agar kembali penuh.”
Adrian terdiam. Bingung harus mengatakan apa. Dia mengalami dua hal sekaligus, bahagia dan sedih. Dia bahagia Fay mau kembali berjuang dengannya, tetapi sedih karena dia telah menyakiti gadis itu.
“Jangan terlalu dipikirkan.” Adrian memandangi tangan yang tengah mengelus lembut pundaknya. Bagaimana bisa, kini Fay yang bersikap sangat dewasa? Tak tahan, Adrian memeluk Fay dengan erat.
“Oh iya.” Adrian merenggangkan pelukan, “Kamu sedang berulang tahun hari ini. Doa terbaik untuk kamu ya, maaf karena sudah membuat hari spesialmu menjadi kacau.”
“Em, saya akan menggantinya. Lain hari kita buat pesta kecil-kecilan di sini?” Fay menggeleng. “Tidak perlu, Mas.”
“Kamu mau kado apa?” Adrian kembali bertanya.
“Terserah saja. Apa pun yang Mas berikan aku terima.”
Adrian berdehem keras, melihat Fay manut begitu mendadak membuatnya jadi salah tingkah dan ingin melakukan sesuatu dengan bibir yang terkatup rapat itu.
“Fay ...,” panggilnya, dan yang didapat adalah tatapan lembut dari mata yang sembap tersebut.
“Saya ... em, itu kamu ....”
Ke mana hilangnya kata-kata yang sudah tersusun rapi dalam benak? Adrian mengumpat, baru kali ini merasa gugup di hadapan Fay yang telah bertransformasi menjadi pendiam.
“Ngomong apa, sih?” tanya Fay, meski dalam hati gemas dengan sikap tak biasa yang ditunjukkan sang suami.
“Fay! Demi apa pun kamu lebih baik galak daripada diam dan terus memamerkan senyum seperti ini. Saya tidak kuat, Fay. Saya ... saya ....”
“Ya?” Fay sabar menanti, apa kiranya kata yang hendak diucapkan oleh Adrian? Namun, menunggu begitu lama, Adrian justru pamit ke kamar mandi dengan muka yang merah. Lucu sekali!
Fay terperanjat. Cinta memang mematahkan logika. Hatinya juga tidak mau berbohong bahwa Adrian-lah pemiliknya. Maka, daripada lebih sakit karena tidak bisa bersanding dengan yang dicinta, biarkan Fay berdamai dengan Adrian untuk kembali hidup bersama dengan bahagia. Semoga saja.
Melihat ponsel Adrian yang tergeletak, gadis itu ingat harus menghubungi Ridho segera. Pasti abangnya itu panik karena tiba-tiba dirinya tiada.
Melihat nama di nomornya, Fay kembali menyunggingkan senyum. Faynaraku. Dia telah diklaim oleh Adrian!
°•°
Cieee yang udah nungguin, pas lihat notif langsung gercep baca! 😍
Thank you, ya ....
YOU ARE READING
Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)
RomanceKesakitan yang didapat dari kedua lelaki yang pernah dipanggilnya ayah juga kematian sang ibu dua tahun lalu, membuat Gilsha Faynara membenci seorang laki-laki. Pertemuannya dengan dokter muda melalui sebuah peristiwa membuat hatinya goyah. Dengan...