“Apa namanya Fay?” tanya Angeline.
Fanya di seberang terperangah, mungkinkah maksud Angeline adalah Fay yang ia kenal?
“Fay? Apa maksudmu Faynara?”
Balik bertanya, Angeline menghela napas kesal. “Aku bahkan tidak tahu nama panjangnya. Yang ku tahu dia bernama, Fay!”
“T-tapi ... setahuku Fay itu tomboi, dia selalu memakai jeans dan kemeja panjang. Yang bertunangan dengan Adrian itu syar'i.”
Benar firasat Angeline. Gadis yang dimaksud Fanya adalah Fay. Rupanya gadis itu tidak mengindahkan kata-katanya.
“Yang ku lihat terakhir kali, Fay memang sudah berpakaian syar'i.”
“Benarkah? Ya sudah. Aku tutup dulu teleponnya.”
“Oh ya, Fanya, besok kita perlu bertemu.”
“Oke.”
Tut ....
Sambungan terputus, Fanya beralih menelepon bosnya, Erwin.
“Selamat malam, Pak!”
Terdengar gumaman di seberang sana, entahlah. Erwin sedang apa.
“Gawat sekali, Pak. Rupanya Bapak kalah start dengan Adrian.”
“Adrian? Siapa?”
“Saingan Bapak, yang sama-sama menyukai Fay.”
“Lalu?”
Cuek sekali Erwin, lihat saja sebentar lagi pasti ia akan terkejut mendengar pengakuannya.
“Fay sudah dilamar Adrian.”
Erwin yang tengah duduk meminum kopi itu menyemburkannya begitu saja.
“Saya perlu bertemu denganmu besok, kita bicarakan ini secara langsung,” ujar Erwin.
“Tapi besok saya harus bertemu dengan teman saya.”
“Tidak apa, kita bertiga.”
°•°
“Selamat pagi, Sayang.”
Fay datar, gadis itu sedang menyiapkan sarapan. Ingat! Hanya menyiapkan, bukan membuat.
Selesai sarapan, Fay mengantar Adrian ke depan atas dasar paksaan tentunya. Huh sudah seperti suami istri saja.
“Fay, kita nikah bareng sama resepsinya, Mbak Diana saja, yuk!”
Lirikan tajam menghunus Fay lontarkan. “Mas kira nikah itu gampang. Belum ada persiapan kita, ngaco!”
“Ya, makanya gimana. Setiap kali saya ajak kamu diskusi tentang pernikahan kita kamu acuh, loh.”
“Udah lah, sana berangkat!” usir Fay. Gadis itu menyerahkan tas Adrian.
“Makasih, istriku.”
Pelototan mata itu membuat Adrian tak acuh dan pura-pura membenarkan kemeja.
“Saya berangkat, assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.”
Fay memandangi Adrian yang semakin jauh dari pandangan. Gadis itu merasa ada yang kurang dari lelaki itu. Aha! Biar nanti saja jika Adrian sudah pulang.
°•°
“Masih ada yang sakit, Pak?” tanya Adrian, lelaki yang berprofesi sebagai dokter itu tengah mengontrol kondisi pasien.
Sekarang, ia berada di ruang rawat Wawan.
“Dokter, tidak mengajak calonnya?”
“Tidak, Pak. Dia sedang beristirahat di rumah.” Adrian tersenyum manis, di matanya, Wawan bukanlah pasien, melainkan calon mertuanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/288211292-288-k460901.jpg)
YOU ARE READING
Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)
RomanceKesakitan yang didapat dari kedua lelaki yang pernah dipanggilnya ayah juga kematian sang ibu dua tahun lalu, membuat Gilsha Faynara membenci seorang laki-laki. Pertemuannya dengan dokter muda melalui sebuah peristiwa membuat hatinya goyah. Dengan...