36. Hati yang Terbolak-balik

3.2K 379 34
                                    

Happy reading :)

***

Astri masih belum siuman hingga tiba di rumah sakit. Petugas membantu memindahkan Astri ke brankar dan mendorongnya hingga ke ruang pemeriksaan di IGD. Setelah memastikan Astri mendapatkan pertolongan dengan baik, Fais mendekati ibu Mahmud.

"Maaf, apakah Ibu mengenal saya?" Ibu Mahmud menggeleng pelan.

"Baik, Bu. Jika begitu, kita tidak usah berkenalan saja, nggih. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah lancang membawa Astri. Saya refleks saja tadi, Bu. Dan saya mohon dengan sangat kepada Ibu, tolong rahasiakan ini dari Astri, juga..., Ustadz Mahmud. Jika mereka bertanya, tolong sampaikan saja bahwa Ibu tidak mengenal saya."

Degh. Ibu Mahmud menelan ludah, lalu mengambil napas dalam-dalam. Laki-laki muda yang berdiri di depannya mengenal Astri. Wajah nya mirip dengan anaknya, Mahmud. Wajah itu pula mengingatkan sang ibu pada Farhan. Maka tanpa harus berkenalan, ibu Mahmud yang memang peka bisa mengerti, siapa yang sedang berdiri di hadapannya.

"Saya pamit dulu, Bu. Sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya dari Ibu. Dan saya mohon kepada Ibu, tolong doakan saya, agar saya bisa menjadi laki-laki dengan kesabaran dan kebaikan seperti putra Ibu."

Fais meraih tangan ibu Mahmud dan menciumnya. Setetes air membasahi punggung tangan ibu. Tak ada satupun kata yang mampu ibu ucapkan, hanya mengusap bahu laki-laki itu dua kali. Mata ibu turut pula membasah.

"Terima kasih banyak, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawab ibu Mahmud, sangat lirih.

Laki-laki itu —Fais berlalu dari hadapan ibu Mahmud. Berbagai cerita masa lalu bersama Astri berkelebat tak henti-henti. Begitu pintu mobil tertutup, tangisnya tak terbendung lagi. Yang mampu dia lakukan hanya mengucap istighfar berkali-kali.

Rasa bersalah itu hadir menyesaki hati. Sangat nyeri. Penyesalannya tak lagi berarti. Sikap pengecutnya di masa lalu tak bisa lagi diperbaiki di masa kini. Sedang masa depannya pun masih diperjuangkan oleh orang lain, bukan dirinya sendiri.

Ya..., orang yang dulu mengambil tanggung jawab atas semua perbuatan buruknya, kali ini harus kembali berjuang untuk masa depan baiknya. Entah hutang budi macam apa lagi yang harus dia pikul di hadapan Mahmud, jika Azizah sampai mau memaafkan dan menerimanya lagi nanti. Bahkan jika harus berlutut memohon maaf kepadanya, Fais rela. Sangat rela.

Di lantai dua bangsal VIP, Mahmud sedang menghadapi sosok yang pernah mengisi hati. Dia manusia biasa, ingatan akan harapan yang pernah dianyam bersama tentu saja ada, tapi rasa cintanya pada Astri lebih tak terbendung lagi. Ketaatan dan kemauan Astri berubah menjadi lebih baik, membuat segala pengorbanan Mahmud terasa tak seberapa dibandingkan kebahagiaan yang dia dapatkan. Keberadaan Farhan juga sangat mengambil hatinya, hingga tak tersisa lagi perasaan istimewa untuk perempuan muda yang saat ini berada satu ruang dengannya.

"Sebelumnya saya mohon maaf, Ning. Seharusnya saya tidak dibutuhkan di sini, sebab ada guru-guru saya yang lebih mumpuni dalam menasihati. Namun adakalanya, suara dari mereka yang memiliki hubungan dekat menjadi tidak atau sulit terdengar ketika kita menganggap mereka tidak pernah berada di posisi yang sama dengan yang kita alami.

"Saya yakin, itu pulalah yang membuat Abah memanggil saya untuk berada di sini saat ini. Sebab saya pernah ada di posisi yang..., mungkin tak sama, tapi serupa."

Mahmud menoleh kepada Pak Kyainya, lalu memandang sekilas pada Azizah. Ningnya itu mengangguk-angguk, agaknya setuju dengan ucapan Mahmud. Apa yang dialaminya saat ini tak pernah dialami kakak-kakaknya, bahkan kedua orang tuanya. Mereka semua menikah dengan orang-orang pilihan, putra atau putri dari pimpinan pesantren, yang masa lalunya baik, yang ilmu agamanya bagus. Cuma dia yang menikah dengan orang di luar pesantren. Dalam keluarga Fais, hanya ayahnya yang dulu mengenyam pendidikan di pesantren yang sama dengan Pak Kyai. Ayah mertua Azizah saja, ibu mertuanya tidak, anak-anaknya apalagi.

Bin FulanahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang