part 61 momen

358 20 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Excuse me, I want to order coffee as usual" pesan Shela pada seorang barista wanita

"coffe latte?" tebak seorang barista dengan sedikit tersenyum

"of course" balas Shela kemudian pergi untuk mencari tempat duduk dekat jendela.

"coffee latte for beautiful Shela" ucap seorang barista dengan membawa coffe latte milik Shela

"thanks" balas Shela

Sudah lama dan hampir setiap satu minggu tiga kali Shela sering membeli coffe di kedai ini jadi tidak heran jika Shela dekat dengan baristan yang ada disana. Bahkan Shela sering mampir hanya untuk numpang tidur sebentar di dekat jendela.

"hari ini kamu mau kemana?" tanya seorang barista

"kamu bisa bahasa Indonesia?"

"ya, saya mulai mencoba belajar bahasa Indonesia sedikit sedikit"

Shela tersenyum kagum saat mendengar jawaban dari Kenzie. ya, meskipun cara bicaranya tidak begitu lancar tapi ia mengagumi usaha wanita ini. sebenarnya umur Shela dan Kenzie hanya beda tiga tahun jadi cara bicara merekapun seperti teman.

"do you know this person?" tanya Kenzie dengan menunjukan ponselnya pada Shela

"ah! Kalau ini gue kenal!" seruh Shela saat melihat ponsel milik Kenzie.

"sorry but i don't understand" gumam Kenzie pada Shela

"sorry sorry so his name is Afgansyah and almost all Indonesian people know him including me" ucap Shela semangat. Jadi Kenzie ini tahu Afgansyah? Jujur Shela kaget saat melihat foto penyayi sekaligus actor terkenal seperti Afgansyah.

"he is a famous singer and actor" lanjut Shela

"Wow, I'm even more in awe of him. besides being handsome and sweet, he is also talented" balas Kenzie

"yes i agree with you" gumam Shela semangat

Pembicara-an mereka berdua terpaksa berhenti karna Kenzie harus membuat coffe untuk pengunjung. Dan Shela pun harus mulai pergi dari kedai ini karna ia akan pergi bekerja.

Sore ini Shela akan pergi menuju tempat ia bekerja jujur ia sedikit deg degkan karna baru pertama kali ia bermain piano di depan orang orang banyak.

Hampir dua puluh menit akhirnya Shela bisa sampai di tempat kerja barunya. tempat restoran yang begitu besar. Dengan penuh semangat Shela mulai berjalan menuju pintu belakang karena disana adalah tempat khusus keluar masuknya para pegawai.

"Are you the one who will play the piano later?" tanya Seorang karyawan saat melihat Shela yang baru saja masuk

"yes" balas Shela dengan sedikit menggaguk

"good you came on time"

Shela tersenyum saat mendengarkan tanggapan dari salah satu pegawai disini tak ingin berlama lama ia kemudian mulai bersiap siap. Hanya butuh lima menit akhirnya Shela sudah siap untuk memainkan piano hitam yang ada di depannya ini.

Semua pengunjung mulai tertuju pada Shela seakan akan mereka semua menikmati setiap nada yang Shela ciptakan.

***

Pintu belakang restoran mulai terbuka menampilkan seorang gadis membawa tas miliknya dengan wajah sedikit kelelahan ia berjalan menuruni anak tangga. Hari ini adalah hari yang sangat melahkan bagi Shela. selai ia harus kuliah dan bekerja ia juga harus memikirkan banyak hal.

Jika jam segini di Indonesia mungkin jalanan akan sepih dan banyak orang yang sudah tidur. Tapi, berbeda dengan negara ini semakin malam jalanan semakin ramai seperti saat ini Shela berjalan melewati terotoan bersama dengan banyak orang. dengan kedua tangan di masukkan ke dalam jaket ia terus berjalan. sampai pada akhirnya ia mulai menaiki bus warnah merah.

Tangan Shela mulai mengambil headset dari dalam tasnya yang ia pangku. Kemudian ia mulai memasang benda kecil itu kedalam lubang telinganya. Lagu berjudul masih berharab mulai masuk ke dalam pendengarannya. Setiap perjalanan Shela menyenderkan kepalanya di samping kaca Bus dengan menatap jalanan. Tanpa ia sadari ia mulai mengingat seseorang yang sangat berarti baginya. ya, orang itu seorang cowok yang sering membuatnya tersenyum dan bahagia sampai pada akhirnya ia harus melepaskan cowok itu.

Sesampai di apartemen Shela langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Hanya butuh lima menit untuk Shela mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur sampai, ia mulai membuka matanya untuk memersikan tubuhnya yang sudah lengket. Sebelum masuk kamar mandi Shela tak lupa untuk mengcek ponselnya termasuk aplikasi Whatsapp, Line, Instagram dan Twitter karena Shela tidak ingin lagi sampai tertinggal berita seperti tahun lalu.

Setelah selesai mandi Shela mulai berjalan menuju laci putih kecil untuk mengambil buku. Isi buku itu bukan tulisan atau diary tapi kumpulan gambaran momen yang Shela buat lima tahun lalu. buku yang ia selalu bawa kemana mana. Bisa disebut buku kenangan, buku kerinduan yang tak tergapai. Buku, ya, sebuah buku kecil berisi gambaran momen penting dalam hidupnya.

Dapat Shela lihat sebuah gambar seorang laki laki anak remaja yang sedang duduk di ujung rofftop dengan menghadap depan sehingga hanya bisa terlihat punggung dan rambutnya. Sekilas bibir Shela mulai tersenyum kecil sangat kecil sampai nyaris tak terlihat. Halaman berikutnya terdapat wajah remaja SMA laki laki yang sedang bermain basket sendirian. kemeja putih yang di biarkan terbuka sehingga melihatkan kaos hitam polosnya serta rambut yang terlihat sedikit basah karena keringat. Halaman berikutnya menampilkan dua wajah anak remaja SMA yang sedang bergoncengan. Lihat saja mereka sama sama tersenyum bebas seolah olah sepasang kekasih ini sedang menunjukan kepada dunia kalau mereka sedang bahagia. Tanpa sadar jari jari tangan shela mulai mengusap pelan gambaran itu. kedua bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman sampai pada akhirnya senyuman itu berganti diam membisu seolah olah Shela sedang menahan suara isakan tangisannya. Satu demi satu halaman mulai Shela buka sampai pada akhirnya Shela berhenti ke halaman terakhir yang membuatnya ingin sekali memutar waktu kembali. ya, memutar waktu untuk mengulang semua kejadian kejadian yang indah namun hanya sesaat. Jika Shela bisa mengatur waktu kembali ia lebih memilih tidak masuk kedalam SMA Angkasa sehingga ia tidak perlu menjadi siswi baru di SMA Angkasa dan tidak juga mengenal siapa itu Vano.

"m-makasih..." lirih Shela dengan suara gemetar

"a-atas semua kejutan yang kamu buat" lanjut Shela kemudian ia mulai menangis.

"maafin aku..." lirih Shela saat mengingat kejadian lima tahun yang lalu. ini alasan gadis ini untuk mengulang waktu dan lebih memilih untuk nggak mengenal cowok itu karena Shela tau sekarang endingnya bagaimana.

"kamu cowok pertama yang sering ngasih aku surprise sampai akhirnya kamu ngasih aku sebuah surprise yang nggak bakal aku lupain" gumam Shela dengan suara serak.

"jadi ini endingnya?" tanya Shela pada dirinya sendiri.

"kalau ini endingnya, terus ngapai harus ada pertemuan? kalau ujung ujungnya harus saling mengiklashkan"

"ngapain ada kata kata kebahagian kalau ujung ujungnya sama sama tersakiti? Ngapain ada kata janji kalau ujung ujunngnya di ingkari?" jeda Shela kemudian diam dengan tatapan hampa.

"tapi, sekarang aku paham kenapa ada kata momen. Karena, momen diciptain untuk menyapa masa lalu bukan mengulang"

Shela mulai mengambil bulpen hitam untuk menggambar sesuatu di buku diary miliknya.

"apa ini saatnya aku menyapa momen lima tahun yang lalu?"

ALVANO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang