Part 50

248 19 5
                                    

Aku tau apa yang menjadi favoritmu
Aku tau jawabannya...
Dan itu ada di kalimat 'pertama'

LUCAS DOMINIC JOSEPHINE

***

‍‍‍‍Seorang gadis cantik duduk di balkon kamarnya. Matanya menatap hamburan bintang dilangit yang menghiasi malam ini. Surai hitamnya bergerak dengan arah angin yang menerpa wajah putihnya.

Di tangannya sudah ada sebuah kanvas berukuran sedang. Di kanvas itu juga ada gambar seorang wanita berhijab yang cantik dengan senyum bahagia. Ya, itu adalah lukisan Lucas sore tadi.

Setelah melukis Lucas langsung pergi meninggalkannya. Dan niatnya muncul untuk membawa hasil lukisan itu ke rumahnya dan memajangnya. Tapi, ia merasa aneh dengan seseorang yang ada di gambar itu. Ia juga berpikir kalau itu adalah dirinya dengan versi yang berbeda, namun pemikiran itu segera ditepisnya.

'Tidak mungkin ini aku. Dia bahkan lebih cantik dengan hijabnya', batinnya.

Drrtt drrtt...

Nisa memalingkan wajahnya ke meja kecil di sebelahnya. Tangannya terulur mengambil bendah pipih berwarna biru itu. Sebuah notif pesan masuk.

'Masuk atau kau akan sakit'

Kening nisa berkerut dan alisnya menyatu, 'bagaimana dia tau'.

Nisa segera mengedarkan pandangannya. Yapp dia mendapati sebuah mobil putih di depan rumahnya dan menatap lurus ke arah kamarnya. Pria itu berdiri bersandar pada pintu mobil yang tertutup. Tangannya juga dilipat didepan dada membuat tingkat ketampannnya bertambah ditambah lagi dengan rahang tegas dan outfit santai yang ia kenakan.

Nisa mengetik kata demi kata di keyboard. 'Bintangnya cantik, aku suka'

Lucas menatap langit. Benar, langit sangat indah. Seketika sebuah memori berputar di kepala Lucas tentang sebuah kejadian di taman mansion. Ia tertawa kecil sangat mengingat kalau Maira mengatakan kalau 'bintang itu seperti meises di kue donat'. Wanitanya sangat menyukai makanan.

Lucas mengarahkan benda pipi itu di telinga. Handphone Nisa berdering dan ia segera mengangkatnya. Tanpa menyapa, seseorang diseberang sudah melontarkan pertanyaan demi pertanyaan.

"Untuk apa diluar? Kamu tidak merasakan udara dingin? Kamu mau sakit? Untuk apa kamu memegang lukisan itu?"

Ck!

"Kamu sangat menyebalkan. Simpan semua pertanyaan itu. Aku gak akan menjawabnya"

Alis Lucas terangkat. Nisa bisa melihat dengan cahaya yang minim kalau pria itu sedang kesal. Terdengar dari decakan yang keluar dari mulutnya.

"Kamu bisa sakit"

"Aku sudah sakit" jawab Nisa cepat. "Tanpa atau dengan angin malam, aku sudah sakit. Dan aku juga tau mana yang baik untukku"

"Pulang! Aku mau tidur"

Tutt. Panggilan telah berakhir sebelah pihak oleh Nisa. Nisa menatap pria itu datar lalu menatap langit yang mulai tertutup awan hitam. Tuhan bukan hanya mempermainkan takdir, tapi juga dengan alam. Semula langit cerah dengan banyak bintang, kita sudah hitam dan bintang yang ntah bersembunyi di mana.

Nisa meletakkan kanvas itu di pangkuannya dan mulai menggerakkan kursi rodanya memasuki kamarnya. Hufftt.. perlahan Nisa menutup pintu balkon dan menutup tirai jendela kamarnya.

"Good night baby girl". Lucas memasuki mobilnya ketika sudah melihat lampu kamar itu yang sudah mati yang menandakan wanitanya sudah tidur.

    Lucas POV

Lucas merasa gusar di kamarnya. Tangan kirinya bertumpu di belakang kepala dan mulai memejamkan matanya. Ck! Ia membuka matanya dan mengambil posisi duduk.

Lucas mengusap wajahnya kasar dan bangkit dari tempat tidurnya. Bertelanjang dada dan celana pendek yang di kenakan. Siapa yang tidak tergoda dengan kotak-kotak yang ada di tubuhnya.

Hufftt! Lucas menghembuskan nafas berat dan segera mengambil kunci mobilnya. Melajukan mobil itu di jalanan desa yang terbilang sunyi karna sudah larut malam.

Nisa house, itu tujuannya. Ia melihat seorang wanita yang duduk di kursi roda tengah memegang kanvas. Lucas menebak itu adalah lukisannya tadi sore.

Lucas merasa tidak tenang dan pikirannya berkecamuk kemana-mana. Dia rindu wanitanya, cintanya, hidup dan nafasnya. Ia merindukan sosok Maira sebagai wanita dicintainya. Tapi, sejak pertemuan tadi sore, ia semakin yakin kalau Nisa adalah Maira nya yang hilang.

Rindu pelukan hangat itu, rindu senyum manis itu, rindu dengan hijab yang dia pakai setiap hari. Semua yang ada pada wanita itu sangat rindu dan seperti candu baginya.

Lucas mengeluarkan handphone nya dari saku celananya. Tangannya mulai lihai mencari sebuah nama, my love. Bagaimana dia tau? Jangan tanya dia dapat dari mana karna itu sangat mudah baginya.

Ia terus mengetik kata demi kata lalu menghapusnya kembali dan terus ber-ulang. Lucas bingung harus bagaimana. Dia merasa gugup seperti baru berkenalan, tapi tidak. Itu adalah Maira, kekasihnya yang hilang.

Akhirnya setelah berdebat dengan pikiran sendiri, ia memutuskan untuk mengirimnya pesan pada Nisa. 'Masuk atau kau akan sakit'

Pandangan Lucas tak lepas dari Nisa. Ia melihat kalau Nisa mengedarkan pandangannya, mungkin ia berpikir bagaimana bisa tau. Tak lama handphone Lucas berbunyi 'Bintangnya cantik, aku suka'

Ck! Lucas berdecak sebal. Keras kepala itu tetap tidak hilang. Lucas terus membaca balasan pesan itu. Kenangan tentang beberapa tahun lalu berputar dipikirannya bagai kaset rusak. Kenangan saat dimana mereka duduk di taman mansion dan mengatakan 'bintang itu seperti meises di kue donat'.

Lucas tertawa saat mengingat momen itu. Maira yang sangat suka dengan makanan dan tak berhenti makan. Dia benar-benar merindukan sosok itu.

Lucas mengklik ikon telepon di sudut kanan atas. Dia juga dapat mendengar suara handphone wanita itu berbunyi.

"Untuk apa diluar? Kamu tidak merasakan udara dingin? Kamu mau sakit? Untuk apa kamu memegang lukisan itu?" Kataku cepat.

Ck! Lucas bisa mendengar Nisa berdecak kesal di seberang sana.

"Kamu sangat menyebalkan. Simpan semua pertanyaan itu. Aku gak akan menjawabnya" katanya dengan jelas. Alis Lucas terangkat sebelah dan mulai memasang wajah datarnya. Ia tidak suk dengan jawaban yang diterimanya.

"Kamu bisa sakit"

"Aku sudah sakit" jawab Nisa cepat. "Tanpa atau dengan angin malam, aku sudah sakit. Dan aku juga tau mana yang baik untukku". Ada rasa sedih saat mendengar Nisa mengatakannya. Tanpa sadar, tindakannya sudah membuat wanitanya terluka dan menderita.

Mereka berdiam beberapa saat sampai Nisa mengatakan sesuatu dan memutuskan panggilan mereka. "Pulang!! Aku akan tidur"

Lucas melihat Nisa yang mulai menggerakkan kursi rodanya masuk kedalam kamarnya. Lampu kamar itu juga sudah mati yang menandakan si pemilik sudah tidur.

"Good night and nice dream, my love" kata Lucas yang masih mengarahkan handphone itu di telinganya walau tau panggilan itu telah terputus dan sudah pasti tidak dapat mendengarnya.

"Aku akan berjuang terus sampai Tuhan sendiri berkata tidak. Dan selama itu aku akan terus meminta, setidaknya untuk terus bersamamu dan melihatmu tetap ada di dunia"

***

Two Owners One LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang