Happy Reading Guys..
Jangan lupa VOTE and COMMENT nya..
CMIIW Ya^^
------------💜Kemal mengela nafas, kini ia tengah berada di sebuah toilet rumah sakit, lelaki itu membasuh wajahnya dengan air segar untuk menenangkan diri, bertemu dan menghadapi Aksa sungguh sangat sukses membuat emosinya meledak ledak.
Dari pantulan kaca nampak sekali jika remaja lelaki itu tengah menahan gejolak emosi, lagi lagi ia membasuh wajahnya dengan kasar kemudian bergegas meninggalkan toilet.
Ia berjalan di sepanjang koridor rumah sakit sambil mengelap air yang menetes di wajahnya dengan telapak tangan membuat sebagaian pasien maupun suster yang berpapasan dengannya terpsona akan karisma Kemal.
Sampai di ruangan Zaid Kemal langsung melemparkan tubuhnya pada sofa, lelaki itu nampak memejamkan kedua matanya membuat Zella menatap bingung sang adik.
“Kenapa lo?” Tanya Zella yang tengah duduk di samping bangkar Zaid.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya. “Zaid kapan boleh pulang?”
“Dari tadi juga udah boleh pulang, cuma lo nya aja yang lama! Abis dari mana sih lo?”
“Kantin.” Bohong Kemal. Lelaki itu kemudian berdiri dan menghampiri Zaid.
“Yaudah ayo.” Ajaknya.
“Tuh tas Zaid, lo yang bawa.” Pintah Zella sambil menunjuk sebuah tas yang tergeletak di sofa dengan dagunya, wanita itu kemudian menggendong tubuh Zaid yang masih nampak lemah.
Kemal hanya menurut, lelaki itu mengambil tas Zaid dan menentengnya, Kakak beradik itu lantas segera pergi meninggalkan ruang rawat menuju parkiran.
Dari sepanjang mereka meninggalkan ruangan tersebut, seseorang terus saja menatap ketiganya dengan pandangan yang sulit untuk di artikan, lelaki itu nampak hanya menatapnya dengan wajah datar, namun matanya yang memerah tak dapat berbohong.
Dalam perjalanan pulang Zaid hanya tertidur pulas dalam dekapan Zella hingga mereka sampai di kediaman keluarga Brawijaya, Zella lantas turun terlebih dahulu sambil menggendong Zaid di susul oleh Kemal yang juga turun sambil membawa tas perlengkapan keponakannya.
Saat melewati ruang tamu ia berpapasan dengan Sera, wanita itu nampak khawatir dengan menanyakan keadaan cucuk satu satunya.
“Zaid gapapa kan, Zel? Apa kata dokter? Cucu Mamah baik baik aja kan?” Tanyanya beruntun.
“Zaid gapapa Mah, kata dokter Cuma demam biasa aja.”
Sera menghela nafas lega. “Huft! Syukur lah, yaudah kalo gitu kamu langsung ke kamar aja, kasian Zaid.”
Zella mengangguk kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Dengan perlahan ia meletakan tubuh Zaid di atas ranjang agar putranya tidak terbangun atau pun terusik, usai itu di kecupnya kening Zaid dengan lembut seiring dengan getaran ponsel di sakunya, wanita itu pun segera menuju balkon untuk mengangkat telpon tersebut.
Ternyata telpon dari negara +90 lah yang masuk, siapa lagi yang menelponya selain sang tunangan.
Bergegas Zella mengangkat telpon tersebut.
“Hallo..” Sapa seorang lelaki dengan suara baritonnya.
“Hi.”
“Sayang, giaman keadaan Zaid? Udah membaik?” Tanya Daneen.
“Zaid aja nih yang di tanyain?” Goda Zella yang berlaga merajuk.
Lelaki di sebrang telpon terkekeh. “Iya iya.. Bubu Zaid apa kabar, hmm? Sehat gak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR BABY [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Dia bukan anak gue bangsat!, Lo urus aja sendiri, kalo perlu lo gugurin tuh bayi!." Sentak Aksa membuat hati Zella mencelos. Dengan wajah datar dan berkesan dingin Zella menatap tajam mata Aksa. "Lo inget kata-kata lo barusan, dan jangan pernah nye...