-OUR BABY END-

51.9K 1.8K 812
                                    

Happy Reading Guys..

Jangan lupa VOTE and COMMENT nya..

CMIIW Ya^^
------------💜

Kini Aksa di temani oleh Bian, Lio dan juga Sekar tengah berada di koridor depan ruang ICU untuk menunggu sahabat mereka yang tengah dalam penanganan dokter.

Dari wajah wajah mereka semua sudah nampak raut khawatir mengenai kondisi Zella, sebab melihat baju Aksa dan Zaid yang ikut berlumuran darah Zella membuat mereka yakin jika kecelakaan yang menimpa wanita itu bukanlah kecelakaan kecil.

Singkatnya yang mereka tau adalah Zella di tabrak oleh sebuah mobil dengan kecepatan tinggi hingga membuat wanita itu langsung tak sadarkan diri di tempat.

“Kenapa bisa gini sih, Sa?” tanya Bian sambil menghampiri Aksa yang sedari tadi hanya menatap lantai rumah sakit dengan tatapan kosong.

Lelaki itu masih tak menjawab, ia hanya diam membuat Bian menghela nafas sambil beberapa kali menepuk nepuk pundak Aksa.

“Udah lo tenang aja, kita doain Zella sama sama.” Ujar Bian menenangkan sahabatnya.

“HIKS BUBU JEID..” tangis Zaid yang tengah berada di gendongan Sekar, sedari tadi bocah itu terus menangis hingga suaranya serak dan ia juga terus memberontak hendak masuk ke dalam ruang ICU. “BUBU..” teriak Zaid dengan sesegukan.

“Shtt.. Zaid jangan nangis, Bubu nya gapapa kok.” Ucap Sekar yang matanya sudah memerah karena tak tega dengan bocah malang itu.

“Zaid mau di gendong sama, Om Lio?” tanya Lio dengan tulus, jujur ia juga tak tega melihat Zaid yang tiada henti menangisi sang Bunda.

“BUBU JEID.. JEID MAU CAMA BUBU! BUBU.. HIKSSS.” Derainya.

Aksa beranjak menghampiri putranya itu, ia merentangkan kedua tangannya hendak menggendong Zaid namun bocah itu malah membuang muka dan memeluk leher Sekar dengan kuat.

Hal itu membuat hati Aksa berdenyut nyeri, perlahan ia menurunkan tangannya sambil menatap Zaid dengan tatapan pilu.

“Gapapa, mungkin Zaid lagi shok aja.” Ucap Lio sambil mendorong bahu Aksa untuk menjuahi Zaid dan Sekar.

Kini ketiga lelaki itu masih setia berdiri mengerumuni Aksa yang tengah bersandar pada dinding sambil memejamkan kedua matanya.

“Pasti bakal berat banget jadi Zella sama Zaid.” Gumam Lio.

“Iya, kasian tuh bocah, gue beneran gak tega liat Zaid.” Sahut Bian.

“Sa, sebenernya kejadiannya tuh kaya gimana sih? Kenapa bisa sampe kaya gini?” heran Lio.

Aksa masih saja terdiam, lelaki itu sedari tadi tidak mengeluarkan sepatah kata pun, ia juga tidak menjawab pertanyaan para sahabatnya yang sudah hampir mati penasaran akan kejadian yang sebenarnya menimpa Zella.

“Yaudah kalo lo emang masih belum bisa cerita, gapapa kok, gue tau ini emang berat.” Tutur Bian dengan bijak.

Suasana yang tadi ramai oleh tangis seketika menjadi hening, sebab Zaid yang sedari tadi merengek kini sudah tertidur, mungkin karena bocah itu lelah sebab tiada henti terus menangis.

Sudah sekitar dua jam lebih mereka munggu tetapi Dokter dan para perawat lainnya juga belum menampakan tanda tanda keluar dari ruangan tersebut, sepertinya kondisi Zella memang sangat parah sehingga para tim medis membutuhkan waktu lama untuk menanganinya.

Kembali menunggu beberapa saat, tiba tiba pintu ruang ICU terbuka dan menampilkan para Dokter dan suster yang nampak begitu kelelahan.

Bergegas mereka segera menghampiri Dokter tersebut untuk menanyakan kondisi Zella.

OUR BABY [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang