1.

100K 4.3K 438
                                    

Brak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak.

Prang.

Gadis berumur 24 tahun itu merengek. Ia melempar spatula yang tadi ia pakai untuk mengaduk adonan kuenya dengan asal. Dapur apartemennya sudah seperti kapal pecah. Tepung dimana-mana, mangkuk ada di lantai, dan ia tanpa sengaja, baru saja menyenggol gelas ukur membuatnya pecah berantakan.

Hari ini hari Minggu dan rencananya Rain ingin mencoba membuat kue yang belum pernah ia buat sebelumnya. Untuk pertama kalinya Rain mencoba membuat kue tanpa Hera, bundanya, mengawasinya dan alhasil dapurnya sudah seperti diterpa badai.

Setelah lulus kuliah dan Xabiru menikah, keluarga Rain kembali ke Jakarta. Perusahaan yang kini dipimpin oleh Xabiru dialihkan ke Jakarta. Dan sudah setahun Rain tinggal sendiri di apartemen tidak jauh dari kantornya.

Tinggal sendiri di apartemen membuatnya leluasa melakukan sesuatu tanpa dikomen oleh sang bunda, tapi tidak enaknya, ia harus melakukan apa-apa sendirian.

Akhirnya Rain melepaskan apron yang dipakainya dan merapihkan segala kekacauan yang ia buat. Mulai dari memungut pecahan gelas ukur sampai mengelap meja.

"Buang-buang bahan aja nih Rain." gerutunya sendiri.

Saat sedang merebahkan tubuhnya di sofa, ponselnya berdering. Rain segera mengangkatnya saat tahu itu dari Awan, papanya.

"Haloo."

"Halo, Rain. Hari ini jadi pulang kan?"

Rain mengangguk. "Jadii, Papa. Bunda sama Papa mau Rain bawain apa? Ada Abang ngga di rumah?? Ada Xelina ngga? Aduh, Rain udah kangen berat sama si gembul satu itu." cerocos Rain.

Rainy Abigail masih sama dengan kecerewetannya, barangnya yang serba merah muda, dan masih begitu menyukai stroberi. Tidak ada yang berubah darinya kecuali umurnya yang bertambah dan rambutnya yang tidak lagi diwarnai. Oh, dan tubuhnya yang semakin berisi.

Awan terdiam selama beberapa detik. "Papa lupa lho, Rain, kamu tadi nanya apa aja."

Gadis berkaus putih itu terkikik. "Papa sama Bunda mau dibawain apa?"

"Calon mantu!" seru Hera.

Rain mendengus. "Rain masih kecil, Bunda, udah calon mantu-calon mantu aja."

"Dua-empat udah gede, Rain."

"Masih kecil, titik." Rain lagi tidak ingin membahas hal-hal menyangkut pasangan. "Rain bawain donat dari KR Bakery mau?"

"Boleh tuh. Dua lusin ya, Dek!" kini suara abangnya yang terdengar.

"Jangan lupa diganti duit Rain nanti."

"Pelit dasar."

"Udah-udah." Awan menengahi. "Terserah Rain mau beli berapa."

"Papa emang yang terbaik." kata Rain senang.

RaynerainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang