29.

66.7K 3K 656
                                    

lupa mau up kemaren🙏

1,5k votes, 500 comments, lagi?

Umur pernikahan mereka sudah jalan satu bulan dan satu bulan itu dilalui dengan suka cita. Baik Rayner maupun Rain begitu menikmati hari-hari yang mereka lalui bersama.

"Ga sabar ada dedek bayi di sini." ucap Rayner yang sedang merebahkan kepalanya di atas perut Rain.

Belum ada tanda-tanda Rain hamil dan mereka masih sabar menunggunya. Toh baru sebulan menikah.

"Aku juga. Ga sabar nanti dia lahir, terus rambutnya aku kasih pita-pita lucu. Pake rok pink-pink gituu." Rain mengacak gemas rambut Rayner karena terlalu tidak sabar untuk menantinya.

Kening Rayner mengernyit. "Itu kalo yang keluar cewek, kalo cowok?"

"Oh iyaya." Rain melongo sebentar. "Pake topi-topi gitu lucuu. Ih pokoknya mau keluarnya cewek atau cowok aku mau dandanin biar emess."

"Kasian anak aku dijadiin boneka." Rayner menumpukan dagunya pada perut Rain, menatap wanitanya.

"Kan aku Mommy-nya. Suka-suka aku dong. Nanti juga aku yang urusin." Rain memeletkan lidahnya, meledek.

"Aku juga urusin lah. Nanti mandi pagi sama aku. Kalo sore baru sama kamu."

Tiba-tiba Rayner bangkit dan mereka jadi duduk sila berhadapan di atas kasur king size itu. Rain paham apa yang akan suaminya itu bicarakan.

"Kamu, masih tetep mau kerja setelah ada anak kita, Rain?"

"Kamu larang?" tanya Rain balik membuat Rayner terdiam.

Rayner itu inginnya Rain di rumah saja bersama buah hati mereka nanti. Kalau wanita itu tetap bekerja, siapa yang akan menjaga anak mereka? Meskipun kini di rumah yang besar ini terdapat dua ART, satu tukang kebun, dua satpam yang shift-shift-an, dan Rayner bisa menyewa baby sitter, ia tetap tidak bisa meninggalkan anaknya di tangan orang asing.

"Kalo... iya?" Rayner berkata ragu.

Rain terlihat berpikir sebelum mengangguk. "Yaudah, nggapapa. Aku di rumah aja nanti."

"Serius?" tanya Rayner tidak percaya, karena sepenglihatannya, Rain itu merupakan wanita pekerja yang mandiri yang tidak akan melepaskan pekerjaannya.

"Iyaaa. Atau nanti aku freelance aja gapapa. Aku paham kok, aku juga gamau biarin anak kita nanti di tangan orang lain. Gamau juga repotin Bunda sama Mami. Kak Xaviera juga dulu resign setelah beberapa bulan hamil. Oh iya! Tapi aku mau resign-nya nanti yaa. Gamau pas udah tau hamil langsung keluar gitu, gapapa kan?"

Rayner tersenyum senang. Ia mengangguk sambil mengacak-acak rambut Rain membuat wanita itu cemberut.

"Kalo kamu mau kerja di perusahaan aku bisa. Bisa kerja dari rumah, tetep digaji."

Kepala Rain menggeleng-geleng. "Aku gamau satu perusahaan sama suami sendiri. Berdasarkan film-film, biasanya istrinya suka digibahin. Apalagi kalo suaminya itu bos, pimpinan, atau orang berpengaruh di perusahaan itu." jelas Rain panjang lebar.

"Iya aku cuma nawarin. Terserah kamu mau gimana nanti." kata Rayner lalu merentangkan tangannya.

Rain langsung masuk ke dalam pelukan laki-laki yang dicintainya itu. Laki-laki yang selalu memperlakukannya dengan baik.

"Kamu nanti mau dipanggil apa? Mommy?"

"Iyaa, lucu kan? Mommy, mommy. Kamu apa? Daddy?"

Rayner membaringkan tubuh mereka, membiarkan Rain merebahkan kepalanya di atas dadanya. "Maunya, ayah."

RaynerainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang