47.

46.9K 1.8K 283
                                    

tolong terima apapun yang terjadi di part ini😔

Laki-laki dengan kemeja yang sudah acak-acakan itu menutup wajahnya. Dalam diamnya, ia menangis tertahan. Usapan di bahunya tidak dapat membuatnya berhenti menangis. Rayner tidak peduli kalau ia dikatakan cengeng. Nyatanya memang segala hal menyangkut wanita yang ia cintai membuatnya lemah. Apalagi kini wanita itu terbaring dengan selimut putih menutupinya.

Rayner memeluk Hera, bunda Rain yang juga menangis. Kemudian ia keluar dari ruangan tersebut. Semua orang yang ada di depan ruangan menatapnya, beberapa memeluknya sambil mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat ia tersenyum sekilas dan mengangguk.

Langkahnya ia arahkan ke bagian lain dari rumah sakit yang besar ini. Lorong yang sepi dan jarang dilewati orang-orang. Memang bagian ini begitu dijaga ketenangannya. Hingga sampailah kaki yang terbalut sepatu itu pada kaca besar yang menampilkan isi dari ruangan itu.

Tepat di hadapannya, di ranjang kecil berwarna merah muda, di sanalah anaknya berada. Dengan raut tenang tidak seperti beberapa saat lalu yang menangis kencang, seolah tidak terima keluar dari rahim sang mommy. Satu kata yang langsung terlintas di otaknya saat melihat wajah anaknya pertama kali.

Cantik.

Cantik sekali sampai Rayner ingin menyembunyikannya dari semua orang. Sepertinya ia akan menjadi ayah yang posesif.

Sayang sekali bayi mungil itu belum memiliki nama dan belum merasakan hangatnya dekapan sang mommy. Rayner kembali meneteskan air mata. Kembali menangis, tapi kini dengan senyum teduh sambil menatap anaknya.

"Maaf, abis ini, kita cuma berdua."

Rayner melenguh merasakan tubuhnya sakit karena tertidur dalam posisi duduk. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing. Ia menatap pakaiannya yang masih sama sejak pagi, kemeja baby blue yang sudah keluar dari celana bahannya. Kemejanya kusut di beberapa bagian, mengingat bagaimana tadi Rain meremas kemejanya sekuat tenaga.

Rain.

Rain meninggalkannya dan anaknya.

Rayner mengusap wajahnya. Ia menatap sekeliling yang sudah gelap. Aneh banget Rayner tidur di taman. Rayner bangkit lalu menuju ruang VIP yang ada di lantai tiga.

"Kamu ngapain, lama banget?" tepat di tengah ruangan yang luas itu, Rayner melihat sosok yang di dalam mimpinya meninggalkannya. Wanita itu sedang menyusui anak mereka yang terbalut kain merah muda.

"Ketiduran di taman." jawab Rayner lalu duduk di kursi samping brangkar.

"Hah?" Rain tertawa mendengarnya. Kemudian ia mengerjap saat merasakan anaknya bergerak. "Rae, liat, Ayah bobo di taman hihi."

Rayner diam menatap kedua perempuan yang akan ia jaga seumur hidupnya itu. Melamun memikirkan mimpinya yang sangat jelek itu. Sebal sekali kalau mengingatnya. Fokusnya kini mengarah pada bayi cantik itu.

Rae Alicia Dexalion.

Rain yang menamakan anak mereka dan Rayner setuju, karena namanya cantik seperti orangnya. Awalnya Rayner meledek Rain yang menambahkan nama akhirnya pada anak mereka. Kalau kalian ingat, Rain pernah mengejek namanya menjadi Dexacroc.

"Tapi jadi makan kan? Ngga langsung bobo di taman?"

"Iya, udah."

Rain mengernyit. "Kamu kenapa sih? Kerasukan hantu taman? Kenapa jadi aneh, diem ga jelas gini? Tadi aja nangis-nangis sambil cium-cium aku sama Rae."

Rayner tersenyum. "Gapapa. Aku seneng, kalian ada di sini."

"Jangan tinggalin aku ya?" lanjut Rayner sambil mengelus punggung tangan Rain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaynerainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang