🔞🔞🔞
"Ish, susah! Bukain kenapa sih?!"
Rayner terkekeh lalu tangannya terulur ke bawah, membuka ikat pinggangnya dengan mudah di depan Rain. Ia juga membuka kaitan celananya dan menurunkan resletingnya.
Jantung Rain berdetak kencang saat ia melanjutkan kegiatan Rayner untuk menurunkan celananya sampai paha. Ia meneguk air liurnya dengan berat begitu melihat gundukan besar yang tertutup celana dalam seharga sejuta kurang seribu.
Rayner mendesah lega begitu Dee terbebas dari kesesakan. Ia menatap geli Rain yang melongo melihat miliknya yang mengacung tegak.
"Kenapa tangan kamu bisa selembut itu?" tanya Rayner berat ketika tangan Rain menggenggam penisnya.
"Dulu ngga segede ini kayaknya. Dee bertumbuh juga ya?" kata Rain tidak menjawab pertanyaan Rayner.
"Hemm." Rayner hanya bergumam.
Ibu jari Rain mengusap kepala penisnya membuat ia mendesis pelan. Kemudian berhenti di depan lubangnya dan mengelusnya di sana. Gadis itu mulai mengocok penisnya dengan tempo sedang. Rayner hanya diam sambil sesekali menghela napas berat.
Kini gadis itu memainkan kedua bolanya. Meremasnya pelan secara bergantian. "Kenapa sih gaada desah-desahnya? Perasaan aku berisik banget kalo lagi digituin kamu."
"Kamu kan emang berisik." kata Rayner. Tangannya melingkupi tangan Rain yang menggenggam penisnya kemudian ia gerakan lebih cepat.
Rain menuruti maunya Rayner. Ia menggerakkan tangannya lebih cepat. Kemudian tangannya yang lain memijat kepala penis Rayner.
"Tapi aku pengen denger kamu desah."
"Hemm." Rayner hanya bergumam dengan mata terpejam. Ia sedang menikmati tangan lembut Rain memanjakan si Dee. Napasnya semakin memberat.
"Kamu lama ya keluarnya."
Rayner membuka matanya menatap Rain yang fokus pada miliknya. Matanya turun ke paha Rain yang gadis itu gesekkan.
"Kenapa?"
Kepala Rain mendongak dengan cepat mendengar suara Rayner yang serak-serak berat. Jujur, gairah Rain kembali naik. Rayner terlihat begitu seksi saat ini. Dengan tubuh setengah bersandar pada kepala ranjang, wajah dan lehernya sedikit memerah, dan perut kotak-kotaknya yang begitu menggoda. Celana dan ikat pinggangnya yang tidak sepenuhnya dilepas justru menambah keseksian laki-laki itu.
"Sini." Rayner melepaskan tangan Rain dari miliknya dan menarik pinggang Rain membuat gadis itu berdiri dengan lututnya.
"Satu kali, kurang ya, sayang?" Rayner mendongak sebelum memasukkan tangannya ke dalam celana dalam Rain.
Wajah Rain memerah malu. Ia berpegangan pada bahu Rayner. "Kamu belom keluar."
"Hemm. You're my priority. Di dalam segala situasi." Rayner menyentuh klitoris Rain dan mengusap-usapnya lembut.
"Ahh. Geliii."
"Tapi enak kan?"
"Eumm—Ah! Jangan dijepit gitu."
Rain menggelinjang saat Rayner mencoba menjepit pelan klitorisnya dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Kemudian jarinya turun ke bawah, kembali memasukkan satu ruas jarinya ke dalam Rain.
"Raayy." desah Rain dengan mata terpejam.
"Hmm?"
Jari tengah Rayner semakin menusuk ke dalam. Kini dua ruas jari panjang laki-laki itu terbenam di dalam Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raynerain
RomanceRayner and Rain season 2. 21+ Rain pikir, perasannya untuk Rayner sudah hilang setelah hampir enam tahun tidak berhubungan. Nyatanya, ketika ia tanpa sengaja bertemu kembali dengan laki-laki itu, jantungnya masih bereaksi sama seperti dulu.