17.

69.6K 3.3K 498
                                    

Rayner memilih untuk menunggu Rain di luar mobil. Ia berdiri di depan mobilnya dan menyandarkan tubuhnya di sana. Matanya menatap gedung perkantoran Rain yang tidak terlalu tinggi.

Rayner dengan pakaian kerja yang sudah tidak rapih tentu menarik perhatian. Rambutnya sudah acak-acakan—sebenarnya style-nya dari dulu seperti itu, tapi tidak mungkin ia bekerja dengan tataan rambut yang tidak rapih—, lengan kemejanya sudah digulung asal hingga siku, dan dasi yang ia pakai sudah melonggar. Rayner bukan tipe laki-laki yang suka memakai celana bahan longgar. Jadi, dengan celana bahan yang membentuk kakinya itu menambah kekerenannya.

Salah satu karyawan dari kantor Rain termasuk ke dalam orang yang tertarik dengan Rayner. Meski ia tahu laki-laki yang kini sedang memainkan ponselnya itu sedang menunggu kekasihnya, ia tetap merasa memiliki kesempatan sebelum keduanya menikah. Oleh karena itu, dengan langkah pasti, ia mendekati Rayner.

Mendengar suara langkah kaki mendekat, Rayner mengangkat kepalanya sambil tersenyum manis. Namun, ia segera menggantinya menjadi senyum biasa saat melihat siapa yang menghampirinya. Ia berdiri tegak menatap perempuan asing yang lebih pendek dari Rain itu.

"Halo, aku Emely." katanya manis sambil mengulurkan tangan.

"Rayner?" balas Rayner singkat setengah bingung dan tanpa membalas uluran tangan Emely. "Ada urusan apa ya?"

"Aku—"

Ucapan Emely terpaksa berhenti saat melihat Rayner mengalihkan tatapannya ke belakangnya. Ia menoleh dan menemukan atasannya dengan raut wajah bingung.

"Hey, Jelly. Aku bawa dua susu stroberi hari ini." kata Rayner langsung dengan senyum manis yang tadi sempat Emely lihat.

"Oh ya?" Rain setengah antusias juga setengah bingung melihat keberadaan Emely. "Kamu ada urusan apa, Emely? Kenal sama Rayner?" tanya Rain langsung lalu mengalihkan tatapannya pada Rayner yang masih menatapnya. "Kamu ada apa sama Emely? Aku baru tau kalian saling kenal."

"Baru kenal barusan. Aku juga belum tau dia ada urusan apa sama aku." kata Rayner sebelum mencubit pipi Rain, karena raut wajah gadis itu perlahan berubah.

"Cuma mau kenalan aja, Mbak. Nambah temen." jawab Emely akhirnya.

Rain menoleh cepat ke arah Emely. Otaknya memproses hal familiar ini. Kemudian ia tersenyum lebar yang malah terlihat sedikit menyeramkan, tapi lucu menurut Rayner.

"Ohh. Kalo gitu kenalin, ini calon suami aku loh. Nanti kamu harus dateng yaa di acara nikahan aku sama Ray. Aku juga punya temen namanya Leya sama Rere, nanti kamu kenalan juga sama mereka supaya temen kamu makin banyak. Sama Faro juga boleh, temennya Rayner. Iya ga, Ray?" Rain mendongak menatap Rayner yang masih juga menatapnya, tapi kini dengan senyum geli.

"Iya." jawabnya singkat dan pelan.

Rain kembali menatap Emely yang kini berwajah masam. Ia pura-pura melirik jam tangannya. "Duh, sorry yaa, Emely. Aku sama Rayner udah janji mau makan bareng. Jadi kita pulang duluan gapapa kan?"

Setelah mengangguk, Emely membiarkan pasangan itu pergi. Rayner bahkan tidak menoleh lagi kepadanya dan terus memusatkan perhatian pada Rain. Sungguh, ia iri.

Di dalam mobil, Rayner menusukkan sedotan ke susu kotak dengan rasa stroberi itu lalu menyodorkannya pada Rain. Gadis itu masih menatap Emely yang kini melangkah menuju jalan raya.

"Minum, Jelly, biar ga panas." kata Rayner lalu terkekeh.

"Kayaknya, Emely suka sama kamu." Rain menoleh sambil menerima susu favoritnya. Ia menyedotnya sedikit dan mood-nya seketika naik beberapa tingkat.

Bahu Rayner terangkat acuh. "Aku sukanya sama Rain. Sayangnya sama Rain. Cintanya sama Rain. Beneran ga peduli sama yang lain-lain." balas Rayner tanpa menoleh, ia fokus pada jalanan yang ramai.

RaynerainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang