siapkan hati membaca part ini
Sebulan setelah Rayner meminta imbalan—yang mana tetap saja Rayner yang memimpin permainan—kini keduanya tengah bersiap menuju acara pertunangan salah satu sepupu Rayner. Acara yang dilangsungkan di Puncak itu dihadiri oleh keluarga saja.
Dari tadi Rain menahan mulas diperutnya. Hari ini bertepatan dengan hari pertamanya datang bulan membuat perutnya terasa mulas dan pinggangnya pegal.
"Nginepnya cuma sehari kan? Minggu pulang?" tanya Rain sambil memasukkan satu pak pembalut ke dalam koper.
"Iya. Kamu lagi bulanan?" tanya Rayner.
"Hemm. Udah semua nih. Nanti kita dijemput sopir kan? Apa kamu jadinya bawa mobil sendiri?"
"Dijemput. Perutnya sakit, Rain?" Rayner yang daritadi hanya menatap wanita itu dari pintu walk in closet, mendekat.
"Dikit, gapapa. Yaudah yuk, udah mau jam delapan."
Keduanya pun keluar dari kamar. Rayner memeriksa pintu dan jendela rumah, memastikan telah terkunci, dan alat-alat listrik. Tidak akan ada yang datang ke rumah mereka ini kecuali pak satpam.
Diperjalanan, Rain tidak bisa diam. Ia mengeluh pelan karena tidak bisa menemukan posisi yang pas untuk meredakan pegal di pinggangnya.
"Sini tiduran, aku pijitin pinggangnya." kata Rayner sambil menepuk pahanya.
Baru dua detik Rain tiduran, ia kembali duduk dan meringis. "Ga enak posisinya." wajahnya terlihat pucat dan Rayner jadi kasihan melihatnya.
Rain jarang seperti ini, biasanya ia dapat mengatasi efek dari datang bulannya sendiri. Paling hanya sekali dua kali mengeluh pada Rayner. Mungkin juga karena mereka sedang dalam perjalanan yang lumayan jauh membuat Rain tidak bisa bebas tiduran.
"Mau gimana, sayang?" tanya Rayner pelan sambil menatap Rain yang cemberut. "Sini aku pangku. Nemplok aja sini."
Rain menatap ke arah Rayner lalu melirik Pak Doni yang menyupiri mereka. Rayner ikutan menatap Pak Doni. "Gapapa. Kan aku mau bantuin kamu biar enakan. Ga ngapa-ngapain."
Akhirnya Rain duduk di atas kedua paha Rayner, menempelkan tubuh bagian depannya ke tubuh laki-laki itu. Kepalanya ia rebahkan di bahu kanan Rayner.
Rayner mulai memijat perlahan pinggang Rain, sesekali ke punggungnya. Gumaman nyaman Rain berikan dan matanya perlahan terpejam. Lama-kelamaan Rain pun tertidur.
Setelah hampir tiga jam perjalanan, mobil yang dikendarai Pak Doni berhenti di depan sebuah vila mewah yang sudah ramai. Pak Doni turun terlebih dahulu dan mengeluarkan barang bawaan Rayner dan Rain, sedangkan Rayner sendiri membangunkan Rain.
"Jelly, Jelly," gumam Rayner sambil mengguncang pelan lengan Rain. "Udah sampe, bangun. Mau aku gendong gini ke dalem?"
Rain melenguh dan mengerjapkan matanya. Ia menjauhkan tubuhnya lalu meringis saat kembali merasakan pegal di pinggangnya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Rayner.
"Masih pegel?"
"Dikit." gumam Rain.
"Yaudah turun dulu yuk, nanti aku pijitin lagi di kamar."
Rain menurut. Keduanya turun dari mobil dan langsung disambut oleh dua orang tante Rayner, termasuk Mira, Kara, dan eyang Rayner. Wajah Kara tampak khawatir melihat raut pucat Rain.
"Kenapa pucet banget, Rain? Sakit?" tanyanya.
Belum sempat Rain menjawab, Mira nyeletuk heboh. "Ohhh, lagi isi yaa? Yaampun, udah berapa minggu? Biasanya kalo masih lemes-lemes gini, baru awal-awal nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raynerain
RomanceRayner and Rain season 2. 21+ Rain pikir, perasannya untuk Rayner sudah hilang setelah hampir enam tahun tidak berhubungan. Nyatanya, ketika ia tanpa sengaja bertemu kembali dengan laki-laki itu, jantungnya masih bereaksi sama seperti dulu.