MAAF YAA AKU LUPA MAU UPDATE😭😭😭
Rain meletakkan dua cangkir cokelat panas di atas meja depan sofa. Kemudian ia duduk di sebelah Rayner yang sedari tadi memperhatikannya.
"Cepet kasih tau."
Rayner memiringkan tubuhnya menghadap Rain, bersiap cerita tentang apa yang dilaluinya beberapa tahun belakangan. Ia menatap Rain yang wajahnya sudah bersih dari make up.
"Kamu tau kan, hari dimana aku ngilang itu hari keberangkatan aku ke Boston?" Rain mengangguk.
"Sebenernya, aku ga jadi ke Boston hari itu." Rayner memperhatikan raut wajah Rain yang terkejut. "Aku pergi ke bandara sendirian, karena Mami, Papi, dan Kayna waktu itu lagi di rumah Tante aku dan mereka langsung otw bandara."
"Aku pergi naik taksi dari rumah. Pas itu, aku mau ngabarin kamu kalo udah otw bandara. Tapi sebelum aku sempet mencet tombol send, taksi yang aku naikin, tabrakan." Rayner berkata pelan.
Jantung Rain mencelos mendengarnya. Ia membulatkan matanya dan kedua tangannya menutup mulutnya.
"Bisa dibilang parah, karena supirnya ngga selamat." Rayner merubah posisinya menjadi bersandar dengan mata menatap ke langit-langit apartemen Rain.
"Kata Mami, aku koma tiga minggu. Rasanya sakit banget pas bangun waktu itu." Rayner menoleh saat mendengar suara tarikan cairan hidung. Ia mendekat dan menghapus air mata Rain. "Hei, aku gapapa sekarang. Jangan nangis."
"I feel, bad." Rain sesegukan. "Saat kamu lagi dalam masa sulit, aku, aku gaada buat kamu. Terus malah kesel pas kamu ngilang. M-maaf." kata Rain terbata-bata.
Rayner menarik Rain mendekat dan memeluknya erat. "Gapapa. Kamunya juga gatau. Udah jangan nangis." Rayner mengusap-usap kepala Rain. "Mau lanjut?" Rain mengangguk.
"Waktu itu gaada yang tau aku sampe koma tiga minggu kecuali keluarga aku. Faro aja gatau. Kayaknya gaada yang kepikiran buat ngomong sana-sini, karena kondisi aku lumayan parah." Rain memeluk Rayner semakin erat.
"Aku sempet ga bisa jalan—"
"Huee." Rain semakin kejer.
"Rain, kalo kamu nangis terus aku gamau lanjutin. Aku beneran udah gapapa sekarang, kamu bisa liat sendiri kan?" gadis itu langsung menutup mulutnya menghalau isakan yang akan keluar.
Merasa Rain sudah diam, Rayner melanjutkan. "Dengan kondisi kayak gitu, aku gabisa dong lanjut kuliah. Aku terapi, segala macem pokoknya. Baru tahun berikutnya aku beneran ke Boston."
"Jujur, Rain, yang pertama kali aku inget setelah bener-bener sadar, itu kamu. Tapi yang lebih aku pentingin waktu itu, sembuh, bisa jalan, kuliah, terus balik lagi ke kamu. Selama proses penyembuhan aku bener-bener fokus. Begitu juga selama kuliah. Aku bahkan cuma sebulan sekali ngabarin Mami kalo aku baik-baik aja lewat email. Dan maaf, aku juga yang bilang sama Mami buat jangan kasih tau keadaan aku ke kamu."
"Kenapa gitu?" tanya Rain dengan suara serak.
"Takut bikin kamu khawatir dan kepikiran."
"Aku emang udah kepikiran!" seru Rain.
"Tapi kepikirannya kan beda. Oke lanjut. Abis lulus kuliah aku balik lagi ke Jakarta dan ternyata kamu udah lebih dulu ada di sini. Aku bangun perusahaan aku sendiri dari nol. Capek, tapi ini buat masa depan aku and maybe for you. Terus aku beli hp. Sebenernya aku pengen banget hubungin kamu, Rain, tapi aku takut. Takut kamu ngejauh dan bener aja kan, kamu ngejauh." Rayner terkekeh miris setelahnya.
"Terus maksudnya, tadi kamu baru berani nyamperin aku?" Rayner mengiyakan. "Cemen banget sih." ledek Rain yang dibalas tawa pelan.
"Aku tau ga mungkin kamu baik-baik aja setelah aku ngilang gitu aja tanpa kejelasan. Aku juga takut ngadepin kenyataan kalo kamu lupa sama aku, udah gaada perasaan buat aku, dan mungkin udah punya pacar?" tangan laki-laki itu mengelus bahu Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raynerain
RomanceRayner and Rain season 2. 21+ Rain pikir, perasannya untuk Rayner sudah hilang setelah hampir enam tahun tidak berhubungan. Nyatanya, ketika ia tanpa sengaja bertemu kembali dengan laki-laki itu, jantungnya masih bereaksi sama seperti dulu.