1,5k votes, 500 comments? banyak draft hehehehe dan uda ga begitu sibuk
Pagi telah datang. Sinar matahari mengintip melalui sela-sela gorden. Di balik selimut tebal berwarna putih, sepasang manusia masih terlelap dengan tubuh saling menempel.
Laki-laki tanpa atasan lah yang pertama kali mengerjapkan matanya dan sedikit menggeliat. Ia memfokuskan tatapannya pada wanita yang tertidur di sebelahnya itu. Sebelah tangannya yang tadinya melingkar di pinggang sang wanita, beralih menuju kening wanita tersebut.
Rayner menghela napas lega saat suhu tubuh Rain sudah normal, tidak panas seperti pagi buta tadi. Ia menelusupkan tangannya ke dalam hoodie yang dipakai Rain lalu mengelus punggungnya yang juga sudah bersuhu normal.
Wanita itu menggumam lembut dan semakin merapat pada dadanya. Rayner mencium pelan rambut Rain yang halus. Setelahnya, ia menjauhkan tubuhnya perlahan agar wanita dengan hoodie itu tidak terbangun. Namun, tetap saja Rain terbangun. Rain seperti tidak ingin melepaskan Rayner.
"Kenapa?" tanya Rayner lembut sambil mengusap punggung Rain.
"Aku masih ngantuk." gumam Rain tidak jelas tapi Rayner masih dapat menangkapnya.
"Aku ngga bangunin kamu." balas Rayner lalu mengecup kening Rain sekilas.
"Tapi kamu mau pergi."
Rayner tersenyum dalam diam. Ia kembali memeluk wanitanya itu dengan erat. Satu tangannya menyelip di balik hoodie yang dipakai Rain, melepas kaitan bra-nya, lalu mengusap naik-turun punggung yang selalu terasa lembut di tangannya. Hal itu membuat Rain melenguh nyaman.
Rayner menunggu sampai Rain terbangun dengan sendirinya. Tangannya tidak berhenti mengelus punggung wanita itu dan sesekali mengecup ringan puncak kepalanya.
Saat matahari di luar sana semakin tinggi, Rain baru bangun. Tepatnya pada pukul setengah sepuluh. Rayner masih sabar menunggu sampai nyawa Rain benar-benar terkumpul.
"Udah bangun?" tanya Rayner yang diangguki oleh Rain.
Rain merenggangkan tubuhnya membuat Rayner melepaskan pelukannya. Rain beralih ke kiri, dimana ada Teddy yang terkacangi sejak semalam. Ia memeluknya sekilas lalu beranjak duduk diikuti Rayner.
"Sini aku pasangin." kata Rayner saat melihat Rain meraba punggungnya.
Setelah memasangkan kaitan bra Rain, Rayner mengecup tengkuk wanita itu. Kemudian pipinya. "Ciuman kamu emang ampuh yaa." kata Rain sambil terkekeh. "Besok-besok kalo sakit, cium aja ya, Ray."
"Iya." balas Rayner singkat.
Rain berbalik lalu memeluk suaminya itu dengan erat. Gatau kenapa, lagi pengen manja-manjaan dan untungnya Rayner menerimanya dengan baik.
"Mau mandi?" tanya Rain yang masih memeluk Rayner.
"Kamu mau mandi?" tanya Rayner balik.
"Ngga mauu, mau gini ajaa. Tapi kebelet pipis." kata Rain.
"Yaudah ayo pipis." Rayner dengan peka menggendong Rain ala koala.
Keduanya memasuki toilet masing-masing. Rayner keluar terlebih dahulu dan ia mencuci muka dan menyikat giginya di wastafel. Tidak lama kemudian, Rain keluar lalu memeluk Rayner dari samping.
"Manja banget kenapa, hm?" Rayner menyerahkan sikat gigi milik wanita itu yang sudah ia olesi pasta gigi. Rayner juga menyiapkan segelas air untuk Rain berkumur nanti.
"Hmm, pengeen. By the way, makasih yaa." Rain mengangkat sikat giginya sekilas sebelum mulai melakukan aktivitas pagi harinya. Rayner melepaskan bye-bye fever di keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raynerain
RomanceRayner and Rain season 2. 21+ Rain pikir, perasannya untuk Rayner sudah hilang setelah hampir enam tahun tidak berhubungan. Nyatanya, ketika ia tanpa sengaja bertemu kembali dengan laki-laki itu, jantungnya masih bereaksi sama seperti dulu.