32.

57.8K 3K 394
                                    

Mata yang biasanya terlihat ceria itu kini menatap datar pasangan yang tengah dalam kebahagiaan. Terlihat si laki-laki mengelus perut istrinya yang masih rata dengan lembut.

Harusnya ia tidak usah datang ke acara yang merayakan kehamilan wanita itu. Pemandangan tersebut membuatnya sakit. Kenapa ia yang menikah duluan, tapi wanita itu yang hamil duluan? Rain merasa kesal dan sedih.

Pandangannya tertutupi oleh tubuh tegap yang sudah ia hapal. Ia mendongak, menatap Rayner yang mengulurkan cupcake stroberi. Laki-laki yang sudah menjadi suaminya selama lima bulan ini tersenyum lembut.

Rain menerima cupcake tersebut. "Kalo kamu mau nanya, aku baik-baik aja apa ngga," Rain menggantung ucapannya dan melarikan tatapannya pada apapun selain Rayner. "Aku ga baik-baik aja sekarang." lanjut Rain pelan.

"Aku minta maaf, tapi Rain, ga mungkin kan, aku ga dateng di acara bahagia sahabat aku?"

Ya, pasangan yang tengah berbahagia itu adalah Faro dan Kinara yang menikah dua setengah bulan yang lalu.

Rain tidak menjawab. Matanya malah tanpa sengaja menatap tangan Kinara yang mengelus perutnya. Ia melengos, kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Rayner.

Harusnya Rain tidak seperti ini, tapi gimana ya, itu menyakitinya. Rain ikut bahagia kok melihat wajah berseri Kinara tadi membuatnya jadi tidak sabar untuk menantikan kehadiran nyawa di dalam perutnya suatu saat nanti.

Rain tahu Rayner mengikutinya dari belakang. Laki-laki itu pasti tidak akan membiarkannya sendirian. Jadi ketika Rain berhenti, kedua lengan kekar Rayner melingkari pinggangnya. Keduanya kini berada di teras rumah Faro yang sepi.

"Please, jangan gini, Jelly." gumam Rayner. "Aku sakit banget liat kamu begini, ditambah sedih juga karena belum dikasih baby yang gemes-gemes."

Rain menggenggam cupcake tadi dengan kedua tangannya. Ia menatap krim berwarna merah mudah yang menghiasi cupcake tersebut.

"Kamu maunya gimana, Sayang?" Rayner bertanya lembut. "Mau check up? Mau program aja? Mau gimana?"

"Ngga mau check up." kata Rain bergetar. Jelas ia takut apa yang dipikirkannya benar dan takut mengecewakan Rayner. "Mau gini aja." lanjutnya pelan.

"Tapi jangan kayak gini. Aku kangen Rainy yang cerewet, yang ngomong suka ga pake mikir, ceplas-ceplos khas Rainy Abigail. Please?" mohon Rayner sambil meletakkan dagunya di bahu Rain.

Rain menghela napas. "Iya, maaf ya?"

Rayner membalik tubuh wanitanya lalu memeluk dari depan. Rain memelototkan matanya.

"Rayner!" Rain menjauhkan tubuhnya kemudian melihat pakaian mereka. "Cupcake-nya!" seru Rain lalu tertawa melihat kemeja navy Rayner ternoda krim berwarna pink, begitu juga dengan blouse putihnya.

Keesokan harinya, saat Rayner sedang berlari pelan di atas treadmill yang ada di halaman belakang rumahnya, Rain tiba-tiba datang dengan wajah cemberut. Di hari Minggu yang cerah ini, wanita itu memakai setelan rumah berwarna putih campur pink pastel.

"Kenapa, Jelly?" tanya Rayner sambil mematikan treadmill-nya. Ia meraih sebotol air mineral yang tadi Rain siapkan lalu meminumnya.

"Berat aku lima-dua."

Kening Rayner mengernyit. "Terus?" tanyanya.

"Berat aku lima-dua, Raay. Liat, perut aku udah ngga serata dulu." Rain mengangkat kausnya lalu mencubit perutnya. "Ini semua gara-gara kamu yang ngasih aku makan kebanyakan. Udah dibilang jangan suka beli banyak-banyak makanan. Aku jadi ga tahan buat makannya tau. Jadi gendut kan." bibir wanita itu melengkung ke bawah sambil menatapnya perutnya.

RaynerainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang