46.

24.9K 1.3K 50
                                    

Time flies so fast.

Kalimat itu yang paling tepat menggambarkan keadaan Rayner dan Rain saat ini. Mungkin jika mengikuti apa kata dokter kandungan Rain, seharusnya dua atau tiga minggu lagi anak pertama mereka akan lahir.

Di kamar yang luas ini sudah ada baby box berwarna merah muda dan segala keperluan bayi lainnya. Tepat di ujung kamar mereka, telah disulap oleh Rayner dan Rain menjadi serba pink. Tadinya mereka berencana untuk membuat kamar bayi saja. Namun, Rain tidak tega membiarkan anak mereka sendirian di kamar yang luas itu.

Saat ini pukul satu siang. Rain seperti biasa membaca buku tentang parenting dan menonton video-video sejenis itu. Perutnya yang membesar ia usap perlahan dan terkadang ia merasakan tendangan-tendangan pelan dari dalam.

Masih jelas diingatan Rain bagaimana Rayner menangis saat pertama kali merasakan pergerakan dari dalam perutnya. Laki-laki itu sampai tidak mau melepaskan tangannya dari perutnya. Kalau diingat jadi lucu dan juga terharu.

Penantian hampir setahun Rayner dan Rain akan terwujud beberapa minggu lagi. Setelah dengan sabar menunggu dengan rasa frustasi dan Rain yang hampir putus asa. Rain juga masih ingat bagaimana Rayner dengan sabar menyemangatinya dan selalu berada di sisinya.

Tanpa sadar setitik air mata muncul dari kedua sudut matanya. Ia tersenyum lalu mengusapnya. "Makasih udah hadir di perut Mommy ya, Sayang." Rain terkekeh merasakan tendangan pelan dari dalam.

Wanita dengan dress rumahan berwarna merah muda itu meletakkan iPad-nya di meja nakas kemudian meraih ponselnya untuk menelpon Rayner. Hmm, tiba-tiba Rain ingin belanja baju-baju bayi yang gemes lagi.

"Haloooo."

"Halo, kenapa Rain? Ngga kenapa-kenapa kan?" Rayner di seberang sana membaca beberapa laporan yang baru saja dikirimkan oleh bawahannya ke email-nya.

"I'm fineeee. Udah makan?"

"Udah. Kamu udah? Atau nelpon aku karena mau minta jajan?"

"Hmm, sounds good, tapi ngga. Aku udah makan tadi." Rayner berdeham membalasnya. "Kamu sibuk?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Rayner langsung berhenti dari pekerjaannya. Ia meraih ponselnya yang tadinya berada di atas meja dengan mode loud speak, kemudian menempelkannya pada telinga.

"Tergantung."

Rain mengernyit sambil menatap kuku-kuku jarinya. "Kok tergantung?"

"Tergantung kamu mau minta aku ngapain."

"You know me so well yah." Rain terkikik. "Eum, belanja yuk?! Aku bosaaan. Aku pengen belanja baju buat Tobeli and some cute stuff for her."

Rayner merenggangkan dasi yang dipakainya. Belum sempat ia menjawab, Rayner mendengar rintihan Rain. Seketika tubuhnya menegang.

"Heyy? Kenapa, Rain?" tanyanya khawatir.

Rain malah tertawa. "Kenceng banget nendangnya. Mungkin dia excited mau belanja lagi. Ngabisin duit Ayah ya, sayang?"

Duh, kalau mendengar Rain menggemaskan gini, Rayner mana bisa menolak? Padahal seharusnya ia membaca semua laporan yang dikirimkan kemudian akan mengadakan meeting nanti sore.

"Yaudah, kamu siap-siap ya? Aku otw."

"Yeaay! Ngga sibuk kan?"

"Nggaa. Siap-siap ya."

"Okaayy! Aku tutup! Love you!"

Rayner tersenyum mendengar dua kata terakhir. Ia tidak sempat menjawab karena sambungan keburu diputus oleh Rain.

Kini keduanya sudah berada di mall. Rayner masih lengkap dengan pakaian kantorannya. Kemeja lengan panjang dan jas yang navy yang membalut tubuh tegapnya. Niatnya setelah mengantar Rain pulang nanti ia langsung masuk ke ruang meeting. Jadi, ngga harus ganti-ganti baju lagi.

Di depannya, Rain mengenakan baju terusan yang panjangnya selutut. Wanita itu tampak ceria melihat kesana dan kemari. Namun, tujuannya jelas menuju toko perlengkapan bayi.

Rayner mempercepat langkah dan menggandeng tangan Rain. "Cuma mau beli baju?" tanya Rayner.

"Iyaa." jawab Rain panjang.

Saat Rain memilih-milih baju-baju mungil itu, Rayner setia berada di dekatnya sambil membaca laporan yang tadi belum ia selesaikan. Kemana pun Rain pergi, Rayner mengikuti. Rayner juga yang membawakan baju-baju yang menjadi pilihan Rain.

"Lucuan ini, atau ini?" Rain menunjuk dua kaus kaki bayi yang sama-sama berwarna pink. Yang satu bergambar kelinci dan yang satunya polos tapi ada garis-garisnya.

"Dua-duanya lucu. Beli aja semua."

Rain mengangguk kemudian memberikan kedua kaus kaki itu pada Rayner. Saat Rain kembali melihat-lihat, Rayner juga kembali membaca laporan.

Sampai satu jam mereka melihat-lihat dan Rayner menyuruh Rain untuk berhenti. Laki-laki itu takut Rain kelelahan. Rai menurut dan keduanya beranjak menuju kasir. Saat di kasir, sekretaris Rayner menelpon, karena memang sudah seharusnya ia melaksanakan meeting di jam ini.

Rayner mengangkatnya setelah melirik singkat jam yang melingkar di tangannya. "Ya?"

Rain hanya memperhatikan baju-baju yang menjadi pilihannya itu. Ia sungguh tidak sabar untuk memakaikannya pada anaknya nanti.

"Diundur setengah jam bisa?"

Wanita cantik itu menoleh saat Rayner menyerahkan kartu debitnya tanpa melihat berapa nominal yang tertera di layar. Rain saja sampai syok melihatnya. Hampir seharga ponselnya yang ada di dalam tas! Memang ini pertama kalinya mereka belanja di sini. Rain ingin melihat variasi lain dari baju-baju bayi. Namun, ia tidak tahu kalau jadi semahal itu.

"Saya sampai setengah jam lagi."

"Meeting-nya gak akan lama. Tolong bilang ke karyawan, saya minta maaf karena diundur." ucap Rayner sambil memasukkan pin atm-nya.

"Oke, makasih." Rayner meraih paper bag yang lumayan besar tersebut kemudian beranjak dari sana setelah mengode Rain untuk mengikutinya.

"Kamu sibuk ya sebenernya?" tanya Rain setelah Rayner mengantongi ponselnya.

"Ngga. Cuma ada meeting buat eval aja."

"Harusnya kamu bilang... Aku jadi ga enak."

"Enakin." balas Rayner santai. "Tadi abis berapa ya btw? Untung saldonya cukup." Rayner menggenggam tangan Rain saat akan menaiki eskalator.

"Kamu lagi ga punya duit?" Rain menatap Rayner sedih, tambah merasa tidak enak.

Rayner menoleh cepat. "Ngga. Aku salah ngeluarin kartu. Yang tadi kayaknya isinya ga banyak-banyak banget."

"Beneran begitu? Bukan karena—"

"Ngga, Jelly." potong Rayner.

"Ray,"

"Hmm?" Rayner membukakan pintu untuk Rain.

"Kebaikan apa ya yang aku lakuin dulu sampe bisa dapet kamu?"

"Mungkin kamu bantuin plankton buat dapet resep krabby patty." jawab Rayner asal dan agak mendorong Rain agar segera masuk.

Suasana haru yang sudah Rain ciptakan tadi dengan cepat sirna membuat wanita itu merengut dan masuk ke dalam mobil. Rayner tertawa sekilas lalu memasukkan belanjaan mereka ke kursi belakang.

"Aku yang beruntung bisa dapet kamu yang bawel ini." Rayner mencubit sekilas pipi tembam Rain lalu memakaikan seatbelt Rain.

"Ngga keteken kan?" tanya Rayner setelah memperbaiki posisi seatbelt agar Rain nyaman.

"Ngga kok, makasih ya."

Cup.

"Sama-sama, sayang."

aneh, harusnya part 45 ada gambarnya tapi kok gaadaaa:( kenapa tbtb gabisa upload foto:(

semoga ini ga mengecewakannn, love you guys!

RaynerainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang