31.

57.4K 3.1K 502
                                    

"Ray."

Rayner yang masih tidur dengan kepala yang bersembunyi di dada Rain itu bergerak pelan. Ia semakin menekan bagian tubuh Rain yang empuk itu.

"Bangun, Ray. Aku mau buat sarapan."

Mata Rayner sedikit terbuka dan langsung disuguhi kulit dada Rain. Semalam, Rain memang hanya mengenakan satin lingerie berwarna hitam. Lingerie itu tidak dapat menutupi dada Rain dengan sempurna. Apalagi Rain memiliki dada yang berisi. Katanya, sesekali memanjakan mata Rayner.

Rayner mengusel di dada Rain membuat lingerie itu merosot turun. Rain berdecak gemas. "Disuruh bangun malah ngusel. Emang kamu hari ini ga kerja, Ray? Banguun doongg."

Kening Rayner mengernyit. "Bukannya tanggal merah ya?" tanyanya serak sambil tangannya terulur ke bahu Rain dan menurunkan tali lingerie tersebut sampai lengan.

"Oh iya. Tuh, nakal deh, nakal." Rain hendak menaikan kembali lingerie yang sudah merosot, menampilkan sebelah dadanya, tapi Rayner keburu memeluknya semakin erat.

"Bangun, Rayner. Aku laper loh. Pengen bikin susu stroberi juga."

Rayner bergumam saja dan malah mengecupi puting Rain yang masih bersembunyi, tidak mengacung tegak seperti ketika Rain terangsang. "Nenenin dulu sejam." kata Rayner.

"Ngga mau. Dibilang laper aku tuh. Tega kamu mah, istrinya laper malah ditahan. KDRT namanya. Kelaparan Dalam Rumah Tangga."

Rayner terkekeh, masih dengan bibir menempel pada puting Rain membuat wanita itu bergidik geli. Rain akan mendorongnya, tapi Rayner selalu kekeh menahannya.

"Setengah jam deh."

"Lima menit aja."

"Lima belas menit?"

"Sepuluh menit deh." Rain menghela napas.

"Lima belas menit atau sejam?"

"Fine! Lima belas menit."

Tanpa berkata lagi, Rayner langsung mengemut puting Rain. Ia menyedotnya dengan sepenuh hati. Sementara itu, Rain meraih ponsel dan memainkannya sambil menunggu Rayner selesai.

Lama-lama, Rayner semakin lancar menyedot-nyedot puting Rain. Sudah seperti bayi yang sedang diberi susu oleh ibunya. Matanya juga kembali terpejam dan tangannya melingkari pinggang Rain.

Lima belas menit sudah terlewati. Rain meletakkan ponselnya lalu melirik ke bawah. Ia baru sadar napas Rayner terasa teratur di permukaan kulitnya.

"Ray? Bobo lagi?" tanya Rain pelan yang tidak mendapat tanggapan apapun.

Rain menepuk pelan pipi Rayner, tapi laki-laki itu masih memejamkan matanya. Gerakan mulut Rayner yang menghisap putingnya juga masih sama.

Rain menyentuh payudaranya dan menariknya perlahan dari mulut Rayner. Ia hampir saja tertawa saat melihat Rayner seperti mencari-cari putingnya. Kemudian ia masukkan lagi putingnya ke dalam mulut Rayner dan laki-laki itu kembali menghisapnya seperti tadi. Hal itu Rain lakukan berulang-ulang sampai tidur Rayner terganggu.

"Emh." erang Rayner kesal.

"Kamu begadang ya semalem? Ngerjain apa?" Rain mengusap rambut Rayner yang kembali mengemut putingnya. "Begadang ga bagus, Rayner. Jangan sering-sering. Untung hari ini tanggal merah, coba kalo ngga, emang kamu bisa fokus kerja?"

"Bolos aja." kata Rayner ringan.

"Emang itu perusahaan punya kamu?!" sewot Rain yang lupa kalau memang Rayner-lah pemilik perusahaan tersebut.

"Kan emang."

Rain jadi kesal. Ia menarik payudaranya dan langsung membungkusnya membuat Rayner melotot. "Kamu dinasehatin bales terus. Udah sana kalo mau tidur lagi, tapi ga pake nenen segala. Aku mau makan, laper."

RaynerainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang