tadinya mau malem, tapi kasian kalian kentang kemaren🤭✌️
lanjutan okey🔞
Rain memekik dan menjauhkan pinggulnya. Ia tidak menyangka Rayner akan menjilatnya di sana, tepat di bagian yang menegang dan sensitif itu. Rayner tersenyum menenangkan lalu menarik pinggangnya. Rain meremas rambut Rayner dan mendesahkan namanya saat laki-laki itu mencium vaginanya.
"Rayy, mmhh, Raynerhh. Ahh! Rayner."
Desahan Rain semakin berisik saat Rayner lebih intens memainkan dan menghisap klitorisnya. Pinggulnya bergerak-gerak tidak beraturan membuat Rayner harus memeluknya agar diam.
Tidak lama kemudian, Rayner kini memasukkan dua jarinya dengan perlahan membuat Rain mendongak. Kedua jari panjang Rayner bergerak keluar masuk dengan tempo yang tidak cepat, tapi juga tidak lambat. Kemudian kedua jari tersebut menekuk, menyentuh gspot-nya. Menggeseknya di sana.
"Rayhh, kayaknya aku mau pipis." kata Rain setelah hampir dua puluh menit Rayner menggesek bagian tersebut. Rain bangun dari tidurannya dan bertumpu dengan kedua sikunya.
Rayner melepas hisapannya pada klitoris Rain dan menaikkan sebelah alisnya. Meski begitu, ia tidak berhenti menggesek bagian tersebut.
Ketika Rain ingin menahan tangan Rayner agar berhenti, kedua tangannya malah digenggam dalam satu genggaman tangan. Gadis itu menggelengkan kepalanya saat sesuatu itu semakin ingin meledak.
"Rayy, bentar, beneran, ahh, mauu pipisss."
"Aku mau liat kamu pipis." balas Rayner santai.
Lubang Rain semakin berkedut. Mencengkram kedua jari Rayner membuatnya mendesis. Ia membayangkan bagaimana rasanya jika penisnya yang dicengkram seperti itu.
Rain mengerang saat cairan bening keluar dari miliknya. Rayner menarik kedua jarinya dan memandang takjub hasil kerjanya. Ia tahu itu bukanlah pipis seperti yang Rain maksud.
Rayner merebahkan Rain lalu mengecup bibirnya. "Cantik. Enak pipisnya?"
"Hhh, aneh." Rain memeluk leher Rayner, matanya terpejam. "Aku ga pernah pipis sampe capek gini. Kayak, mmhh, enak, kayak bukan pipis." gadis itu berkata tidak jelas.
"Nanti ganti lho, sprei-nya, Rain. Kamu ngompol." kata Rayner jahil sambil menggesekkan kembali kepala penisnya di lubang Rain. Kali ini ia yakin miliknya bisa masuk ke sana. Sudah cukup foreplay-nya hampir sejam sendiri.
"Emmhh, kamu lah." Rain membuka matanya ia mengusap tengkuk Rayner membuat laki-laki itu bergidik. "Aku tadi udah bilang mau, ahh, diem dulu." Rayner tertawa pelan, tapi tetap menusuk-nusuk di bawah sana.
"Aku tadi udah bilang mau pipis, tapi kamu malah, aahh, Rayhh." Rain melengkungkan punggungnya, sehingga dadanya menekan dada Rayner. Rain bisa merasakan sedikit bagian dari penis Rayner masuk ke dalam.
"Malah apa?" tanya Rayner sebelum menurunkan kepalanya ke dada Rain dan menghisap putingnya.
"Akunya malah kamu tahan." lanjut Rain terbata. "Aaah!" kedua tangan Rain mencengkram bahu Rayner.
"Maaf, sakit banget?" tanya Rayner khawatir setelah berhasil memasukkan kepala penisnya.
"Ngga, ngga sakit. Nyeri dikit. Udah segitu aja, Ray. Rasanya udah penuh banget."
"Ini baru kepalanya, Jelly." Rayner tersenyum melihat Rain membulatkan matanya.
Ketika Rain ingin melihat ke bawah sana, Rayner malah menahannya. Ia mulai bergerak pelan-pelan sambil terus berusaha mendorong penisnya agar dapat masuk lebih dalam. Rayner menggenggam salah satu tangan Rain sambil terus menatap wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raynerain
RomanceRayner and Rain season 2. 21+ Rain pikir, perasannya untuk Rayner sudah hilang setelah hampir enam tahun tidak berhubungan. Nyatanya, ketika ia tanpa sengaja bertemu kembali dengan laki-laki itu, jantungnya masih bereaksi sama seperti dulu.