kalian positif thinking sekali, bagus👍🏻
Pagi ini rasanya Rain lemas sekali. Kepalanya juga pusing dan ia sedikit mual. Sejak bangun sejam yang lalu, Rain hanya diam di atas kasur sambil menatap Rayner. Ketika jam menunjuk pukul setengah tujuh pagi, Rain membangunkan Rayner.
"Ray, bangun ya? Aku siapin bajunya." kata Rain pelan.
Mata Rayner langsung terbuka mendengar suara Rain yang terdengar lemah. Tidak biasanya Rayner bisa langsung bangun seperti ini. Rain saja sampai terkejut.
"Kamu sakit?" tanya Rayner khawatir.
"Pusing. Kayaknya aku mau izin aja." lirih Rain sambil memijat pelipisnya. "Kamu bangun, aku siapin."
Rayner menahan tangan Rain. Ia menempelkan punggung tangannya ke kening wanita itu dan tidak terasa panas. "Ngga panas. Rasanya gimana?" tanya Rayner yang kini sudah duduk di hadapan Rain.
"Emm, pusing, mual, lemes."
Tubuh Rayner menegak. Ia menatap Rain dalam sebelum bangun dan membuka laci nakas. Ia mengeluarkan sesuatu dari sana. Benda panjang yang masih terbungkus rapih.
"Kamu ngapain nyimpen begituan? Terus ngapain dikeluarin? Mending mandi gih, Ray. Nanti telat ke kantornya."
"Coba." Rayner menyodorkan test pack itu ke arah Rain.
"Ngga. Buat apa? Aku ga ngerasa hamil." tolak Rain dengan kening mengernyit.
"Pusing, mual, lemes, emang bukan tanda-tanda hamil? Coba, Rain."
"Ngga—" Rain membekap mulutnya dan segera berlari ke kamar mandi.
Rayner mengikuti di belakang dengan khawatir. Ia meletakkan test pack di atas wastafel dan membantu Rain memegangi rambutnya.
Mata Rain berkaca-kaca saat tidak ada satupun yang keluar. Ia menekan perutnya yang terasa sakit. Ia segera berkumur dan menghela napas.
"Coba ya, sayang?" Rayner menyodorkan test pack lagi.
"Aku gamau berharap, Rayner. Siapa tau ini cuma masuk angin biasa. Semalem aku kan ga makan." jelas Rain.
"Gimana kalo ternyata emang udah ada terus kita telat tau? Aku gamau calon anak kita kenapa-napa karena kitanya telat tau keberadaan dia dan kurang perhatian sama dia."
Dengan pasrah Rain meraih test pack itu. Membaca instruksinya dan membukanya. Rayner benar, bagaimana kalau ternyata ia memang hamil dan ia telat menyadarinya?
Tanpa mengatakan apapun, Rain masuk ke dalam toilet. Namun, tidak lama kemudian Rain keluar kembali dengan wajah memerah. Rayner mengernyit bingung.
"Cepet banget?"
"Aku geli. Masa nampung pipis sendiri?" gumam Rain.
Rayner menghembuskan napasnya. Ia mendorong Rain pelan menuju toilet. Menurunkan celana wanita itu dan mendudukannya di atas wc.
"Merem aja. Aku yang nadangin." Rayner membungkuk di depannya sambil memegang cup bening.
Rain memejamkan matanya. Ia mengeluarkan air seninya, membiarkan Rayner menampungnya di cup kecil itu. Setelah selesai, Rayner menunggu Rain membersihkan miliknya lalu mereka akan melakukannya bersama.
Rain mencelupkan ujung test pack ke dalam cup tersebut selama beberapa detik lalu mengangkatnya. Ia menutup kembali ujungnya dan meletakkannya di atas wastafel.
Begitu hasilnya keluar, keduanya menatap lama benda panjang itu. Rayner yang lebih dulu memeluk Rain dan mengecup kepalanya. "Sorry." bisiknya.
Rain tidak membalas pelukan Rayner. Ia malah melepasnya. "Kamu mandi. Aku siapin bajunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raynerain
RomanceRayner and Rain season 2. 21+ Rain pikir, perasannya untuk Rayner sudah hilang setelah hampir enam tahun tidak berhubungan. Nyatanya, ketika ia tanpa sengaja bertemu kembali dengan laki-laki itu, jantungnya masih bereaksi sama seperti dulu.