7.

86.2K 4K 628
                                    

bacanya santai aja ya, biar ngga komen 'part-nya kurang panjang'☺️ cuz' fyi, setiap part itu lebih dari 1100an kata😀

"Rain males sama Abang!" seru Rain kesal sambil menempelkan es yang dibalut handuk ke rahang Rayner.

Setelah hampir sebulan dekat, baru kali ini Rayner mengunjungi rumah Rain. Ternyata tidak hanya orang tua Rain yang sedang ada di rumah, tapi juga Xabiru dan keluarga kecilnya.

Saat melihat Rayner, Xabiru langsung memasang wajah garang. Abang mana yang tidak marah saat adiknya terus-terusan bersedih karena laki-laki? Dan ketika si penyebab kesedihan ada di depan matanya, Xabiru langsung menarik kerah Rayner kasar.

Rain tentu menahannya, ia menjelaskan dengan cepat apa yang sebenarnya terjadi pada Rayner saat itu. Raut wajah Xabiru melunak, tapi ia tetap memberikan bogeman pada rahang kiri Rayner. Katanya,

"Biar Abang lega."

Padahal awal mula masalah Rayner sama Rain dari Xabiru ga sih😌

Untung Rayner tidak selemah itu. Ia tetap berdiri kokoh dan meringis saja. Andai bukan abangnya Rain, sudah ia balas si Xabiru.

"Yaudah si, dianya juga ga kenapa-napa. Malah santai aja itu muka." Xabiru yang sedang memangku Xelina—anak perempuannya yang berumur satu tahun—menatap geli Rain yang terlalu khawatir.

"Nanti kalo rahangnya geser gimana? Nanti gabisa makan, nanti perlu diapa-apain sama dokter. Kan kasian! Abang tuh, isshh!" Rain mengepalkan tangannya gemas.

"Gapapa, Rain. Cuma memar doang ini." kata Rayner menengahi.

"Tuh, wle!" Xabiru memeletkan lidahnya.

"Rain bilangin Kak Xaviera awas aja. Biar ga dikasih jatah!"

Tidak hanya Xabiru yang melotot, Rayner pun ikut-ikutan menatap Rain tidak percaya.

"Heh, ada anak gue, Rain! Dijaga kenapa kalo ngomong."

Rain menatap Xelina yang daritadi anteng dengan boneka unicorn-nya. "Dia gabakal ngerti juga."

"Ya, tapi, ah taulah." Xabiru pasrah menghadapi Rain. "Eh, nih gue titip Xelin dulu. Mau nyamper Xaviera, lama banget di belakang."

Rain meletakkan handuk tadi di atas meja dan menerima bayi satu tahun itu dengan antusias. Ia sangat menyukai Xelina, karena anak itu anteng dan sangat lucu.

"Halo, Xelina. Sama Aunty lagi hehehehe." Rain mencium-cium kedua pipi Xelina yang berbau khas bayi membuatnya tertawa.

"Ini kenalin, Uncle Rayner. Say hai." Rain melambaikan tangan mungil Xelina ke arah Rayner.

"Hai, Xelina. Cantik banget sii." Rayner mengelus pipi Xelina dengan punggung telunjuknya.

"Siapa dulu Aunty-nya. Ya ga, Xelin?"

Xelina hanya tertawa saja sambil menepuk-nepuk pipi Rain dan Rayner bergantian. Hal itu membuat keduanya semakin gemas.

"Ayo buat, Rain."

"Buat apa?" tanya Rain tanpa mengalihkan tatapannya dari Xelina.

"Buat yang kayak Xelina, tapi mirip kamu."

Rain mendelik. "Maunya." cibir Rain.

"Iya emang mau."

Kemudian Awan datang memutus pembicaraan mereka.

"Hati-hati yaa." seru Hera saat mobil yang dikendarai Rayner keluar dari perkarangan rumahnya.

Rain melambaikan tangannya sampai rumahnya tidak lagi terlihat. Ia menghela napas. Rayner yang menyadari itu menoleh.

"Kenapa? Mau nginep?"

RaynerainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang