Rain mengintip Rayner dari celah pintu yang terbuka. Laki-laki itu sedang sibuk dengan laptopnya di atas kasur. Wanita yang sudah tidak bekerja sejak kehamilannya memasuki usia 18 minggu atau 5 bulan itu memajukan bibirnya melihat Rayner begitu fokus dan sepertinya sulit diganggu.
Rain tidak tahu kenapa waktu secepat itu berlalu. Tiba-tiba saja sekarang kehamilannya sudah 21 minggu, berada di akhir bulan kelima. Lima hari lagi, ia memasuki bulan keenam.
Rain tidak tahu apakah ini ngidam atau bukan, tapi yang jelas tiba-tiba saja ia ingin memakan kepiting yang ada di pinggir jalan dekat komplek rumahnya itu. Rain pernah ke sana beberapa kali bersama Rayner, ntah saat pulang kerja atau malam minggu.
Akhirnya, Rain masuk perlahan. Wanita dengan perut buncit dibalut dress piyama bergambar stroberi itu naik perlahan ke atas kasur. Cengiran lebar ia berikan ketika Rayner meliriknya.
"Kenapa kamu ngendap-ngendap gitu?" tanya Rayner sebelum kembali fokus pada laptopnya.
"Sibuk banget ya, Ray?" Rain duduk tepat di sebelah Rayner dan melihat apa yang sedang laki-laki itu kerjakan.
Sejak sudah tidak bekerja, Rain jarang sekali membuka laptop. Hari-harinya diisi dengan membaca artikel kehamilan dan parenting. Ia juga melakukan olahraga dengan instruktur yang dibayar oleh Rayner. Kadang yoga, kadang berenang. Jika sedang weekend, Rayner akan menemaninya.
"Kamu mau apa, Rainy? Atau baby-nya mau apa, hm?" Rayner mengelus pelan perut buncit Rain sambil menatap istrinya itu.
Mereka akhirnya sepakat untuk memanggil bayi mereka dengan sebutan 'baby' setelah melakukan pengecekan jenis kelamin. Namun, keduanya masih belum mengetahui jenis kelamin anak mereka. Nantinya akan dibuat party reveal gender beberapa minggu lagi. Kalau jenis kelaminnya perempuan, Rain akan kembali memanggilnya 'Tobeli' dan kalau laki-laki tetap 'Baby'.
Pokoknya suka-suka Rain aja ya guys ya.
"Hmm, aku ngga tau ini ngidam apa bukan, tapi aku mau makan kepiting!" seru Rain dengan wajah berseri.
"Gofood aja mau?"
"Maunya sih... makan di sana, tapi kalo kamu sibuk banget, gapapa kapan-kapan aja. Soalnya aku pengen makan di tempatnya, soalnya suasananya beda. Kayak ga seru kalo makan di rumah."
Rayner melirik jam yang menunjukkan pukul delapan malam. Sebenarnya mereka berdua sudah makan malam pukul tujuh tadi, tapi mungkin Rain belum kenyang.
"Yaudah ganti baju gih. Pake training panjang sama sweater."
Mata Rain berbinar sekilas sebelum tanpa sengaja sadar akan laptop Rayner. "Tapi kamu lagi kerja. Emang gapapa? Kalo lagi sibuk banget, gapapa kok, Ray, ga nurutin aku. Aku juga ga akan ngambek cuma gara-gara ga bisa makan kepiting detik ini."
Rayner langsung menutup laptopnya. "Aman, sayang. Bisa nanti lagi kok. Aku pernah bilang kan, kamu prioritas aku dalam hal apapun, selagi kerjaan aku bisa dikerjain nanti, ya nanti aja, kamu dulu sama anak kita."
"Uuu, cini cium." Rain meraih rahang Rayner kemudian mengecup bibirnya dua kali membuat Rayner terkekeh pelan.
—
Tangan Rayner tidak pernah lepas dari tangan Rain. Keduanya memilih untuk jalan kaki, karena jarak yang tidak jauh. Langkah kakinya menyesuaikan langkah kaki Rain yang pelan dan kecil-kecil. Sedikit banyak, Rayner paham kalau mengandung itu terasa berat. Jadi, kalau Rain langkahnya lama, ia akan sabar menunggu.
"Rain, tapi inget ya, kamu emang boleh makan seafood, tapi—"
"Ngga boleh banyak-banyak, ngga boleh banyak-banyak, ngga boleh banyak-banyak, harus mateng, harus mateng, harus mateng." potong Rain sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Good girl." Rayner mengusap puncak kepala Rain dengan tangan satunya.
Mereka telah sampai di warung seafood. Untungnya tidak terlalu ramai, masih ada sekitar tiga meja yang kosong. Rayner membiarkan Rain memilih tempat dan ia yang memesan.
Tidak lama kemudian, Rayner bergabung dengan Rain dan duduk di hadapan wanita itu. Rain memangku kepalanya dengan kedua tangan, menatap Rayner senang.
"Makasih, Rayy."
"My pleasure, Jelly."
Beberapa menit menunggu, pesanan mereka datang. Rain menatap sebotol air mineral dan segelas es jeruk. Ia cemberut melihatnya. Jelas air mineral untuknya dan es jeruk itu untuk Rayner. Kemudian ia menatap sepiring nasi yang ada di hadapannya.
"Loh, kamu ngga makan?" tanya Rain.
"Ngga, aku makan kerang aja. Masih kenyang." jawab Rayner sambil mencuci tangannya di wadah air.
Rain menatap kerang dara yang ada di hadapan Rayner dengan wajah melas. Rayner yang menyadarinya, meraih kerang yang ia pesan kemudian ia keluarkan isinya dan ia letakkan di piring Rain.
Wanita itu tersenyum senang. Ia mencuci tangannya lalu melahap beberapa kerang yang diberi oleh Rayner. Hanya sedikit, mungkin sekitar lima?
"Bisa sendiri?" tanya Rayner saat melihat Rain mengambil bagian kepiting untuk ia makan.
Meski Rain mengangguk, Rayner tetap membantu Rain membuka cangkang kepiting dan mengeluarkan dagingnya. "Kamu makan aja, aku yang bukain."
"Ga seru, ga bisa di srup srup nanti."
"Yaudah aku bantu bukain yang keras-keras aja."
Keduanya tidak sadar kalau diperhatikan oleh beberapa remaja yang makan di sana. Ada yang heboh sendiri sampai memukul temannya dan ada yang senyum-senyum sendiri melihat kemanisan pasangan R itu.
"Gue kapan, gue kapan coyy???" pekikan tertahan salah seorang gadis di sana.
Balik lagi ke Rayner dan Rain sekarang.
"Digigit nyamuk ngga?" tanya Rayner sambil menatap Rain setelah berhasil memisahkan daging kepiting.
Rain menggeleng-geleng sambil menghisap capit kepiting. Matanya menatap Rayner biasa, caranya menghisap capit kepiting yang berbumbu itu juga biasa, hanya pikiran Rayner yang tidak biasa.
Sekilas ia memperhatikan gerakan mulut Rain sebelum mengumpat pelan. "Fuck."
Rain sampai terkejut. "Kamu ngumpat ke aku??? Aku salah apaa???" kedua alis Rain menyatu.
"Hah?" Rayner mengerjap. "Oh, ngga papa, tadi lagi mikirin sesuatu aja." Rayner menunduk, kembali sibuk membukakan cangkang kepiting.
"Awas aja kalo kamu beneran ngumpat ke aku gitu."
"Ngga, sayang, mana pernah aku gitu."
"Sering, kalo kita lagi—"
"Ini kepitingnya udah mau abis, udah ya? Nasinya juga tinggal dikit itu." potong Rayner cepat, tau kemana arah pembicaraan Rain.
Rain menatapnya malas kemudian lanjut menghabiskan makanannya. "Aku terima kamu ngomong kasar gitu cuma pas—"
"Iya, Rain. Lagian itu bukan maksudnya aku kasar ke kamu, itu karena, ehm," mata Rayner menatap kanan kirinya yang sibuk sendiri. "Keenakan." lanjutnya pelan.
Kemudian Rain tertawa merasa lucu dengan wajah Rayner sekarang. Ia hanya mengangguk-angguk sambil mencuci tangannya, karena makannya telah selesai. Setelah itu lanjut minum air mineral yang tutupnya sudah dibukakan Rayner di awal tadi.
"Nanti malem, mau keenakan ngga?" Rain tersenyum manis melihat Rayner yang tersedak es jeruk sampai wajahnya memerah.
maaf lagi huehuehue:(
makasihh banyak yang udah nunggu dan masih semangatin aku🤍🤍
semoga ini ga mengecewakan yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Raynerain
RomanceRayner and Rain season 2. 21+ Rain pikir, perasannya untuk Rayner sudah hilang setelah hampir enam tahun tidak berhubungan. Nyatanya, ketika ia tanpa sengaja bertemu kembali dengan laki-laki itu, jantungnya masih bereaksi sama seperti dulu.