Dia Faliq Rayyan || 20

13K 651 98
                                        

2 tahun kemudian

" Nah . Sapu ni " sejenis krim sapuan diletakkan di atas meja kopi di ruang tamu . Mia yang sedang bersandar di sofa hanya melihat sahaja . Kepedihan di hujung bibirnya masih terasa .

" Lagi satu...kau jangan keluar rumah . Kalau kau keluar , kantoi dekat aku ... siap kau " kata Faliq mendatar lalu keluar dari rumah . Susuk tubuhnya hilang disebalik pintu itu .

" Lantak aku lah nak keluar ke tak . Kau kesah ke pasal aku ? " Mia terus naik ke atas menuju ke biliknya . Baju kurung dipakai berserta selendang hitam . Kunci kereta yang tersangkut pada tempat letak kunci diambik . Lantas dia turun ke bawah menuju ke pintu masuk rumah . Tidak hairan dengan apa yan Faliq katakan . Dia sudah terima segalanya . Pukul ? Dera ? 2 tahun dia menghadap segalanya . Sudah terjadi kebiasaan dalam dirinya .

Kereta Toyota Vios milik Mia dihentikan betul - betul dihadapan ruang masuk tanah berkuburan . Kaki melangkah keluar dari kereta . Mia menarik nafas dalam . Cuba untuk menahan kesedihan di hati .

Mia langkah masuk ke tanah perkuburan itu . Kaki berhenti di hadapan satu pusara . Pusara Ibu dan neneknya . Sudah lama dia tidak datang menziarah . Terubat rindu dihatinya .

" Ibu .... nenek ... Mia datang ni " tikar dihampar lalu melabuhkan punggung . Batu nisan dipegang. Dipandang lama batu nisan yang terpacak di tanah kubur itu.

Puan Khadijah dan Nenek Saleha pergi ke negari abadi pada tahun lepas . Kemalangan yang amat dasyat menimpa mereka serta Encik Malik .  Puan Khadijah dan Nenek Saleha meninggal di tempat kejadian , manakala Encik Malik selamat . Namun sehingga kini , Encik Malik masih terlantar di atas katil . Sudah hampir setahun dia koma .

" Kenapa ...kenapa.. ibu dan nenek tinggalkan Mia dengan Ayah ? " getar suaranya merungkap perasaan . Sebak dan rindu.

" Ibu dengan nenek kata akan ada dengan Mia . Dengar apa yang Mia luahkan . Ibu nenek buat Mia jadi lebih kuat . Lupa apa yang jadi dekat diri Mia . Tapi sekarang... Mia sakit...hati Mia sakit sangat - sangat . Faliq...Faliq dah ada orang lain dalam hati dia . Dia nampak bahagia sangat dengan perempuan tu ... " air mata yang ditahan tumpah juga akhirnya .

Faliq dan kekasih barunya memang kelihatan bahagia . Mia tahu Faliq tidak akan bahagia jikalau bersama dirinya sebab itu dia hanya membiarkan sahaja . Walaupun hatinya bagaikan kertas yang diremuk . Keperitan dan kesakitan hanya dia rasakan.

Sejurus selesai membaca surah Yaasin dan membersihkan sedikit pusara Puan Khadijah dan Nenek Saleha , Mia terus berangkat ke hospital . 

Pintu ward yang diduduki oleh Encik Malik ditolak , lalu Mia melangkah masuk dan melabuhkan punggung. Kain selimut dibetulkan diatas dada Encik Malik . Mia memegang erat tangan ayahnya . 

" Ayah ... " panggil Mia lembut . Tangan Encik Malik diusap perlahan . Mia berbual dengan Encik Malik . Doktor kata orang yang koma dengar apa yang kita katakan tapi mereka tidak mampu membalas atau memberi respon .

" Tadi Mia pergi kubur ibu dan nenek . Mia... Mia rindu diorang " tangisan terus dilepaskan . Menitis air matanya diatas tangan Encik Malik .

" Ke...kenapa orang yang Mia sayang tinggalkan Mia ? kenapa ayah ?  Ibu , nenek tinggalkan kita . Faliq pun tinggalkan Mia . Mia ni... tak layak nak rasa kebahagian ke ? " .

" Ayah cepat sedar tau . Mia rindu ayah ... Ayah janji jangan tinggal Mia . Mia dah tak ada sesiapa . Mia ada ayah je . Walau apa pun yang terjadi , Mia akan ada dengan ayah sampai ayah sedar . Itu janji Mia "

Tanpa Mia sedari , air mata Encik Malik turut mengalir ditubir mata . Mungkin dia tersentuh dengan apa yang anaknya katakan .

" Ayah jangan nangis " Mia mengesat air mata yang tersisa pada wajah ayahnya . Dahi ayahnya dikucup lembut . Sungguh dia rindu .

xxxx

Tepat jam 2 petang , maka berakhir lah kelas kuliah mereka . Pelajar kelas itu semua sudah mula keluar meninggalkan kelas termasuklah Faliq Rayyan.

Kaki berjalan di blok bangunan itu . Susuk tubuh yang sedang bersandar pada dinding menarik pandanganya . Rambut panjang ikal mayang yang sedikit berterbangan akibat tiupan angin membuatkan hati Faliq berdebar . Sisi wajah gadis itu kelihatan . Faliq menapak ke arah gadis itu.

" Hi El . Sorry saya lambat " pinta Faliq .

Elfira hanya mencebik. Tangan disilang di dada.

" Asal diam je ni ? Hmm " kata Faliq sambil memandang setiap inci wajah Elfira .

" Kenapa you lambat ? Lama tau i tunggu . Habis lenguh kaki i berdiri lama dekat sini " adu Elfira lalu menarik raut wajahnya.

" Sorry baby . Tadi saya nak sampai dah tapi saya patah balik sebab tertinggal barang dalam kelas "

" Ouhh barang tu lebih penting dari I lah ? "

" Eh mana ada ! Of course lah  awak lagi penting , Tengku Elfira Medina... " Faliq menyebut nama gadis itu dengan penuh syahdu . Bergetar tulang rusuk Elfira selepas mendengar namanya disebut oleh Faliq .

Tengku Elfira Medina , nama yang menjadi buah mulut ramai di kolej ini . Rupa parasnya yang anggun bak bidadari , senyumannya yang mencairkan hati jejaka disini . Ramai lelaki minat kepadanya  tetapi Faliq Rayyan juga yang dipilih . Hubungan yang terjalin sudah mahu masuk 1 tahun . Sejak hari pertama menjejak kaki ke kolej , hati mula mempunyai perasaan terhadap Faliq hinggalah kini .

" Semalam awak kata nak saya teman pergi shopping kan ? jom lah kita pergi sekarang " 

" haah . jom " Elfira terus memegang erat tangan Faliq . Faliq juga begitu . Mereka saling berpandangan lalu tersenyum .

to be continued

Dia Faliq Rayyan √Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang