Epilog

4K 240 53
                                    

Tap

Tap

Suara langkah kaki beradu dengan jalan setapak bagaikan melodi yang memecah keheningan di hari dimana matahari akan segera terbit. Sudah 5 tahun semenjak kejadian yang nyaris saja meluluhlantahkan dunia dan dunia Shinobi kini menjadi lebih berkembang dengan adanya trasnportasi yang lebih modern sehingga tidak banyak orang yang berjalan kaki. Namun pemuda ini sepertinya masih berusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan dunia yang selama ini ia lewatkan karena sebagian waktunya ia habiskan di dimensi berbeda untuk melaksanakan tugas sekaligus hukumannya.

5 tahun sebelumnya

" Aku sudah memutuskan hukuman untukmu, Boruto "

Pemuda bernama Boruto itu mengangkat wajahnya untuk manatap sang ayah dan siap menerima segala hukuman apapun.

" Saat di ruang interogasi aku melihat isi hatimu yang bertekad untuk memusnahkan seluruh klan Otsutsuki, apakah kau mengakuinya? "

Boruto tampak diam sejenak. Memang mustahil menyembunyikan hal ini. Dirinya ingin melakukan hal ini diam-diam dan tak ingin melibatkan orang-orang di dekatnya lagi karena hal yang menyangkut Otsutsuki adalah hal yang berbahaya.

" Aku.. memang belum tahu pasti dari mana mereka berasal tapi, aku akan mencarinya " ucap Boruto bersikeras.

Naruto tampak mempertimbangkan ucapan Boruto. Sasuke dan Shikamaru memperhatikan situasi berharap Naruto mengeluarkan keputusan yang tepat.

" Kalau begitu, musnahkan mereka. Itu juga bagian dari hukuman sekaligus tugasmu " ucap Naruto

" Ne? "

" Laksanakan sebaik mungkin. Karena kemungkinan ini akan berbeda dimensi dengan dunia kita, aku ingin kau selalu memberikan kabarmu setiap kali kau keluar dari dimensi " ucap Naruto

" Akan aku laksanakan perintahmu, Nanadaime "

--

Kini dirinya sudah menginjak usia 22 tahun, butuh waktu lama untuk menyelesaikan misi dan hukuman ini. Sekarang ia ingin pulang, ke rumahnya. Konohagakure.

Mengingat tentang Konoha, pikiran Boruto melayang memikirkan sosok wanita yang ia yakini akan semakin cantik. Semua memori yang ia habiskan bersama dengan wanita itu terputar kembali bagaikan film dokumenter.

Ternyata benar. Matamu lebih biru dari Nanadaime

Baka, Boruto!

Iya.. aku datang untuk menjengukmu

Hei lepaskan tanganku dasar modus!

Kau berniat untuk membuatku mati kehabisan napas?

Boruto terkekeh geli saat mengingat kalimat tersebut dan tanpa sadar mengusap bibirnya seraya tersenyum.  Beberapa meter lagi dirinya segera sampai di Konoha. Gerbang kebanggaan desa mulai terlihat dari jauh meskipun sedikit tertutup kabut namun keindahan tidak pernah sirna.

Saat kau menjadi hokage, aku akan menjadi pelindungmu, Sarada!

Boruto teringat akan janjinya untuk menjadi orang yang akan melindunginya saat menjadi hokage kelak. Ia harus menempatinya, namun kepergian yang cukup lama membuat timbulnya rasa kekhawatiran.

Apakah Sarada masih menunggunya? Bagaimana jika Sarada lelah menunggunya dan memutuskan untuk berpaling darinya. Apalagi Sarada berteman dengan Chocho yang suka sekali mengajak Sarada untuk melakukan kencan buta.

Boruto menghentikan langkah kakinya saat merasakan keberadaan Cakra lain di depannya. Boruto berusaha untuk melihat sosok tersebut namun karena mata kanannya yang buta memperburuk kondisi penglihatan miliknya.

" Boruto? "

' suara ini! '

Mereka berdua berjalan saling menghampiri dan perlahan Boruto bisa melihat sesosok wanita yang ia rindukan dan selalu ia pikirkan.

" Okaeri, Boruto-kun "

.
.

" Tadaima, Sarada-chan "

Sarada tersenyum mendengar suara Boruto yang menyapa indera pendengarannya. Lima tahun berlalu Sarada selalu berusaha mengingatkan suara Boruto di pikirannya.

Boruto bergerak maju dan membawa Sarada ke pelukannya yang di sambut baik oleh Sarada. Boruto tidak menyangka perasaannya benar-benar terhubung. Mereka berdua tidak pernah mengirim surat satu sama lain karena berbeda dimensi bahkan Boruto melupakan janjinya pada ayahnya untuk selalu memberi kabar.

Sarada mengusap punggung Boruto yang semakin lebar membuat dirinya tenggelam dalam pelukan pemuda itu. Entah kenapa hari ini Sarada bangun lebih awal dan memutuskan untuk berjalan-jalan keliling desa seperti ada sesuatu yang akan datang.

" Aku mencintaimu, Sarada "

Hati Sarada menghangat mendengar Boruto mengucapakan kalimat ini. Sarada melepaskan pelukan mereka lalu membingkai wajah tegas milik Boruto di tangan mungilnya.

Cup!

" Aku juga mencintaimu, Baka "

Boruto terkekeh pelan lalu tangannya memegang wajah Sarada dan menciumnya. Kedua insan ini saling menyampaikan rasa rindu yang menumpuk di hati mereka.

Kekhawatiran Boruto seakan sirna dan dirinya merasa bodoh karena meragukan rasa cinta dari seorang uchiha yang terkenal dengan klan yang menjunjung tinggi cinta.

Cinta yang diam-diam tumbuh sejak mereka masih kecil, semakin besar saat menjadi anggota tim. Keduanya sempat mengelak perasaan masing-masing namun saat mereka berjauhan dan rasa sesak karena berpisah dengan orang yang mereka cintai membuat mereka perlahan merasa kesakitan.

Namun, setelah perjalanan panjang dengan berbagai tragedi yang menyertainya, perasaan itu pun berhasil keluar dari persembunyiannya.

" Ayo.. semuanya pasti sudah menunggu " ucap Sarada seraya mengandeng tangan Boruto untuk melangkah masuk ke dalam desa.

Boruto mengangguk lalu mengikuti langkah Sarada. Sarada terlihat begitu bahagia seraya menjelaskan semua hal baru yang ada di desa.

' Aku berharap.. masa kini dan di masa depan nanti aku bisa melihat senyum cerah milikmu, Sarada '

--

Bersabar, menunggu dan percaya itu lah yang aku pelajari dari kedua orangtuaku - Sarada

Aku tidak akan mengulang kesalahan tou-chan yang hanya memiliki sedikit waktu untuk orang terkasihnya. Aku akan membagi waktuku denganmu sebaik mungkin - Boruto

--

Extra Part?
To be continue~
- A

I'll Be Waiting For You || Uzumaki Boruto x Uchiha Sarada Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang