BAB 48 : Selidik

62.5K 8.1K 2.5K
                                    

Stay posthink, hilangkan nethink. Monggo overthinking, sampe sintink 😭 Komennya atuh, ramein ya! :'))

Ini trailer udah di-up di IG, cuman mau aja up di sini juga. Tonton, ya 💞

***

Dunia ini adalah permainan. Jika kamu tidak pandai bermain, maka kamu yang akan dipermainkan.❞ —Impostor

***

Author Pov

Devan mau dibawain sarapan ke sekolah nggak? Kalau mau, biar aku siapin dulu sekarang.

Kata Papa, ulangan fisika kamu remidi terus, ya? Boleh liat soalnya? Kali aja aku bisa bantu.

Devan masih benci aku, ya? :(

Ini hanya kumpulan sticky notes lama, yang kembali dibaca oleh sang penerima. Anna memiliki keterbatasan dalam berbicara sejak lahir. Meskipun Devan sedikit mengerti bahasa isyarat, namun gadis itu lebih sering  berkomunikasi dengannya menggunakan tulisan tangan.

Devan memandang kosong sudut kamar saudara tirinya, sebuah ruangan yang tak pernah ia masuki, kini lelaki itu datangi hari ini. Hening. Lelaki itu terhenyak ketika mengingat ucapan kasar apa saja yang sering ia lontarkan pada gadis baik itu.

"Bacot lo anak haram!"

"Nggak usah sok peduli! Gue juga malu punya sodara gagu kayak lo!"

"Kalau bukan karena Papa, udah gue usir lo dari rumah!"

Keterlaluan. Devan cukup sadar atas perbuatannya selama ini. Lelaki itu terduduk di sisi ranjang, menunduk dengan kedua telapak tangan kekar menutupi wajahnya. Gusar, gelisah dan marah. Ia tidak bisa mendeskripsikan perasaannya dengan jelas. Ntah lah, Devan membenci juga memikirkan gadis itu di waktu yang sama.

"Lo kemana, sih Na? Lo ketemu sama siapa malem itu sampe nggak pulang?" Devan melirih pelan. Ada rasa penyesalan yang terlukis dari nada suaranya. "Lo diapain sama dia...."

Jalan Teratai Merah.

Devan tercenung sejenak. Itu bukan jalan pulang menuju rumah mereka, pun jauh dengan lokasi kafe—tempat kerja yang Anna tekuni setiap sepulang sekolah. Itu berarti, Anna dan teman lelakinya itu memang membuat janji bertemu di sana. Karena gadis itu tidak mungkin ke jalanan itu jika tidak ada alasan. Tapi ... ada urusan apa mereka?

Keyla juga bilang, Anna memiliki pacar. Devan lantas dibuat semakin pusing. Dirinya bahkan tidak tahu nama serta rupa dari kekasih adiknya itu. Ini semakin mempersulit keadaan.

"Sialan! Puyeng banget!" keluhnya.

Netra Devan terhenti pada satu titik, ketika ia tak sengaja melihat laci bawah milik Anna itu terbuka. Niat hanya ingin menutup tertahan, kala lelaki itu mendapati satu buah polaroid yang terselip di dalam sana.

"Lho? Ini sama pacarnya?" Devan bermonolog. Lelaki itu tak begitu yakin juga, karena isi gambarnya hanya potret candid Anna bersama lelaki bertubuh tinggi yang tengah membelakangi. Hanya wajah ceria Anna yang terlihat, lelakinya tidak.

"Bener nih pacarnya. Vibes-vibes orang kasmaran keliatannya," kata Devan langsung meyakinkan diri.

Posisi keduanya begitu hangat dan dekat. Anna bahkan terlihat begitu bahagia dengan senyuman cantik, hanya saja yang Devan sayangkan adalah lelaki itu tidak menghadap kamera. Lagi, Devan memperhatikan lamat-lamat benda itu, lalu dirinya tertegun saat membaca seutas kalimat singkat di balik polaroidnya.

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang