BAB 62 : Psikopat

60.8K 6.9K 598
                                    

Hmm, aku nggak pernah nulis Flashback pakek italic, jadi teliti ya bacanya biar nggak bingung 😳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hmm, aku nggak pernah nulis Flashback pakek italic, jadi teliti ya bacanya biar nggak bingung 😳

Happy reading 💞

***

Author Pov

Enam bulan lalu....
Kelas 11 semester 2, SMA Kencana.

Cahaya matahari sedang terik-teriknya siang ini, saking panasnya bahkan terasa mampu membakar kulit tubuh. Seorang lelaki dengan bandana merah di lengan kanannya itu menyipitkan mata, menyeka sebelah pelipisnya yang berkeringat. Sebelah tangan lelaki itu memegang bola bewarna orange.

"Istirahat dulu." Rayyan mengintrupsi sembari menarik napas terengah. "Pulang sekolah jangan langsung balik, yang kabur gue susul ke rumahnya."

Kumpulan murid laki-laki dengan seragam yang sama itu mengangguk patuh. "Siap!"

"Minggu juga jadi, pagi-pagi jam 7 udah stay di lapangan sekolah. Awas aja kalau masih pada molor," kata lelaki itu lagi. Tidak susah sebenarnya mengingatkan semua anggota, mereka terbiasa disiplin apalagi di bawah pimpinan Rayyan sebagai leader.

"Duh, Ray. Lo udah macem bapak yang ngurus anak-anaknya." Salah satu temannya berceletuk. "Tenang aja, didikan Pak Rayyan nggak pernah gagal sama kenal kata ngaret."

“Iya lah! Kapten siapa dulu dong, SMA Kencana punya!”

Rayyan mengangkat sudut bibirnya samar. “Apaan sih elah.”

"Enak banget jadi Rayyan, beres latihan udah ditungguin sama cewek cantik," ujarnya temannya sembari melirik ke salah satu titik penjuru tempat. "Bau-bau pedekatean nih."

“Udah deket gitu, tinggal diresmikan aja sih. Greget gue sebagai netizen.”

"Enggak ya. Kita temen doang." Rayyan menyanggah, kepalanya ikut menoleh ke arah seorang gadis yang berdiri di sisi pilar dekat lapangan. Tanpa pamitan, Rayyan melenggang pergi meninggalkan teman-temannya lalu melangkah mendekati seseorang itu.

"Kok di luar? Nggak masuk kelas emangnya?" tanya Rayyan setelah mengusap tekuknya yang basah. Sebelum menjawab, gadis itu segera menyodorkan sebotol minuman dingin yang baru saja dibelinya tadi.

"Tadi ada ulangan harian, yang beres keluar kelas lebih dulu." Gadis itu menjawab dengan pergerakan tangan—bahasa isyarat. "Eh ini minum dulu. Pasti capek udah latihan."

Rayyan mengambil tanpa rasa sungkan sedikitpun. “Makasih, Anna.”

Sama-sama.” Gadis itu membalas ramah. Nama lengkapnya Zivanna Neira—biasa disebut Anna. Si pemilik senyuman manis yang memiliki keterbatasan dalam berbicara, ia seorang tunawicara dari lahir. Meski begitu, Anna termasuk golongan siswi terpintar di SMA Kencana.

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang