BAB 33 : Bahaya!

67K 7.3K 1.1K
                                    

Author Pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author Pov

"Kita prepare dua Bodyguard kelas VIP untuk aktris papan atas dari Malaysia seperti perjanjian kontrak, kemarin managernya bilang ingin mereka stay di tempat sebelum konser bulan depan." Pria itu menjeda beberapa detik, lalu melanjutkan. "Satu lagi, kita seleksi lagi kelas VVIP untuk pengawal baru Wakil Presiden Singapura."

"3 Bodyguard untuk penyanyi asal Tiongkok?"

"In the process. Atur saja semua persiapannya. Saya percayakan pada Pak Fahri," kata Arsyil setelah menutup lembaran dokumen di atas mejanya.

Mengalihkan tatapannya pada sang Direktur Personalia, fokus Arsyil terusik ketika mendapati presensi seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangannya. Memasang raut wajah tak peduli, hanya Fahri yang menoleh ke arah belakang. Dan ternyata Geo lah yang datang.

Seakan paham, pria dewasa itu bangkit berdiri setelah meminta izin. "Saya permisi dulu, Pak Arsyil."

"Iya."

Geo menoleh ketika Fahri hendak melewatinya. Dari sudut mata, pria itu nampak memberi peringatan. "Saya juga mau bicara sama anda, Pak Fahri."

"Saya menunggu di luar," balas Fahri seadanya.

Setelah kepergian pria itu, Geo mengarahkan kembali sorot matanya pada Arsyil di sana—masih terduduk di kursi dengan roman tak minat. Hubungan persaudaraan mereka memang tak pernah membaik. Dari dulu. Dari keduanya masih berstatus anak-anak. Hingga sekarang pun masih. Ditambah dengan pembelaan Arsyil terhadap Rayyan selama ini.

"Dimana kamu menyembunyikan anak gangguan jiwa itu?" tanya Geo.

"Dia punya nama. Sebut namanya. Atau gue lempar muka lo pakek vas bunga," kata Arsyil tak kalah sadis.

Geo menegur. "Language! This is a company, use your formal language."

Arsyil tergelak. Tawa ringannya mengudara memenuhi sudut ruangan kantor. "Apa bedanya? Mau pakai formal atau non formal juga nggak ngaruh. Sama aja. Lo kan ngertinya bahasa hewan, Ge."

Geo tak menyahut, arah pandangnya tertuju pada figura berisikan foto Kaivan dan Rayyan ketika masih berseragam SD di atas meja Arsyil.

"Mau apa nanya-nanya tentang Rayyan?" tanya Arsyil sedikit ada keinginan untuk merespons. Pria dewasa itu keluar dari kursinya, lalu menghadap Geo dengan belakang tubuh menyender pada sisi meja. "Bukannya lo nggak sudi ya liat anak yang lo sebut pembawa sial itu? Terus kenapa masih aja nanya?"

"Cuman ngemastiin aja, takutnya anak sakit mental itu kembali berulah." Geo menarik napasnya ringan. "Dia 'kan sukanya nyari masalah dimana-mana."

"Rayyan? Cari masalah? Kaca di rumah lo kurang banyak apa sampe nggak bisa nyadar diri?" tanya Arsyil menyindir telak di depan wajah kakaknya. Frontal. "Ck, lucu juga ya."

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang